Drama kehidupan ini baru saja dimulai. Jika saat ini kamu menyerah, maka bisa dipastikan kamu akan kalah.
******Vanya membuka matanya dipagi hari, membiarkan cahaya memasuki pandangannya. Dia bangun dalam kondisi yang cukup memprihatinkan. Matanya tampak membengkak setelah semalaman dia menangis. Tubuhnya menggigil, karena tidur tanpa adanya selimut yang menghangatkannya.
Sungguh malang nasib Vanya. Dimalam pertamanya dia harus menelan kekecewaan yang teramat dalam, karena mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Dan sekarang, dihari pertamanya menjadi seorang istri. Dia tampak kacau dengan kondisinya yang sekarang ini.
Vanya bangun dari posisinya, lalu berjalan memasuki kamar mandi. Dia berdiri dibawah shower tanpa melepaskan pakaiannya. Menyalakan kran air dingin tanpa perduli adanya air hangat yang lebih bisa menghangatkan tubuhnya. Entahlah, mungkin dengan mandi air dingin bisa membuat rasa sakitnya sedikit meredah.
Semalam benar-benar hari yang buruk bagi Vanya. Bagaimana bisa selama ini dia tidak sadar akan niatan buruk dari suaminya itu. Harus dia sadar, jika tidak mungkin atasannya yang diawal terlihat kaku dan beku tiba-tiba datang melamarnya. Mereka bahkan tidak pernah berbincang mengenai cinta sebelumnya. Namun tak disangka, dia datang dengan alasan yang cukup mengejutkan. Dan semua ucapannya itu, terlihat manis dan meyakinkan.
Mungkin waktu itu Vanya dan keluarga memang benar-benar dibutakan oleh keterkejutan. Hingga tanpa sadar, mereka mempercayai segala ucapan Malvin yang penuh akan kebohongan.
Tiga puluh menit berlalu, dan Vanya keluar dari dalam kamar mandi dengan handuk kimono yang membalu tubuhnya. Dia menuju kopernya dan mengambil satu stel pakaian santai untuk dikenakannya.
Setelah mengganti pakaiannya. Vanya berjalan mendekati ranjang dengan sedikit ragu. Dia takut untuk membangunkan suaminya sendiri. Dia takut jika nanti suaminya itu akan melontarkan ucapan yang menyakitkan lagi. Namun segala ketakutan itu segera ditepisnya, dan dia mulai melangkah lalu menyentuh bahu suaminya untuk membangunkannya.
"Bangunlah, Tuan Malvin! Ini sudah pagi." Ucap Vanya masih menyentuh bahu Malvin dan menggerakkannya.
"Hemm." Malvin hanya bergumam tanpa bergerak maupun membuka matanya.
"Bagunlah, Tuan Malvin!" Vanya sedikit menaikan nada bicaranya.
Malvin mulai membuka matanya. Emosinya kembali memuncak, saat diawal harinya dia harus melihat Vanya.
"Pergilah dari hadapanku!" Bentak Malvin menepis tangan Vanya."Mandilah. Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu." Ucap Vanya dengan suara yang sedikit bergetar.
"Jangan memerintahku! Dan jangan pernah berakting menjadi seorang istri yang baik didepanku! Karena itu tak akan merubah apa pun, dan tak bisa membuatku tertarik padamu!" Tegas Malvin yang kemudian berlalu memasuki kamar mandi.
Vanya mematung ditempatnya. Hatinya serasa teriris dan menimbulkan luka gores yang mendalam. Anehnya luka ini tak mengeluarkan darah, dan hanya menyisakan kepedihan dalam hatinya.
"Ting... Tong..."
Terdengar suara bel dari luar kamar hotelnya. Vanya menyeka air matanya, sebelum akhirnya dia membukakan pintu untuk orang yang berada diluar."Selamat pagi, Vanya." Sapa seseorang yang kini ada dihadapannya.
Vanya mencoba memaksakan senyumnya. Dia berharap jika seseorang yang berada dihadapannya kini tidak pernah tau akan kesedihannya.
"Selamat pagi, Kakek.""Dimana Malvin? Apakah di belum bangun?"
"Malvin sedang berada dikamar mandi, Kakek. Apakah Kakek membutuhkan sesuatu?" Tanya Vanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me!
FanfictionWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA! COMPLETE ✅ HR #72 in Fanfiction 17/05/2018 Ketidak tahuanya akan maksud buruk dari lelaki yang menikahinya, membuatnya harus terjerumus dalam hidup yang penuh drama. Berpura-pura saling mencintai, dan hidup bersama layakny...