Ketulusan bukan hanya melalui ucapan, namun semua itu lebih berkesan ketika diimbangi dengan perbuatan.
*******"Seriusan kamu dilamar sama Malvin Hugo?" tanya seorang wanita yang kini sedang makan siang bersama Vanya.
Vanya yang ditanya hanya mengumbar senyum sambil menganggukan kepala.
"Kok bisa? Aku denger dari rumor yang beredar, Malvin Hugo itu bukan tipe lelaki yang mudah ditaklukkan. Bahkan jarang sekali ada gosip mengenai dirinya bersama seorang wanita" jelas wanita itu lagi.
"Aku juga gk tau Key. Tiba-tiba aja semalam dia datang kerumah aku dan ngelamar aku didepan Mama sama Papa" balas Vanya.
"Dan gk tau kenapa, setiap kata-katanya itu terdengar meyakinkan sekali. Aku bahkan tidak bisa untuk menolak dirinya. Pesona dan ketegasannya, sudah membuat hatiku luluh" tambahnya."Astaga, kamu benar-benar jatuh cinta padanya Vanya?" tanya Key.
"Jika perasaan seperti itu yang dinamakan cinta. Mungkin, iya. Aku sudah jatuh cinta" ucap Vanya sambil menerawang tentang perasaannya.
"Siapa yang jatuh cinta?" tanya seorang lelaki yang kini sedang berjalan menghampiri keduanya.
"Riddick, kamu disini juga?" ucap Vanya senang yang kemudian memeluk sahabat lelakinya itu.
"Iya, Key memberitahuku jika dia akan makan siang bersamamu. Jadi karena aku juga merindukan kalian, aku datang kesini" jelasnya sambil tersenyum.
"Lalu, siapakah yang sedang kalian bicarakan? Siapa yang jatuh cinta?" tanyanya lagi."Sahabat kita, Vanya. Dia sebentar lagi akan merubah namanya menjadi Nyonya Hugo" jelas Key memberitahukan kabar gembira kepada sahabat lelakinya itu.
"Benarkah? Sahabat kita yang cerewet ini akan segera menikah?" tanyanya dengan ekspresi bahagia.
Vanya tertunduk membiarkan kedua sahabatnya itu menggodanya. Dan dengan malu dia menganggukan kepala untuk menjawab pertanyaan Riddick.
Riddick tersenyum lalu memeluk Vanya yang ada disampingnya. Walau dari raut wajahnya terlihat ekspresi bahagia, namun ada sesuatu dari dalam dirinya yang berkata sebaliknya. Dia memaksakan senyumnya untuk menunjukkan rasa simpatinya kepada Vanya.
Key yang melihat kedua sahabatnya itu hanya bisa tersenyum. Dia tau benar seberapa dekat Vanya dan Riddick. Maka jika keduanya sudah bertemu seperti ini, tak ada yang bisa mengganggunya. Hingga dia sendiri pun terpaksa mengorbankan perasaannya, membiarkan rasa yang ada pada dirinya membeku untuk sementara.
🍃🍃🍃🍃🍃
Malvin kini sedang melamun diruangannya. Melamunkan segala rencananya yang belum terlaksana. Mungkin memang belum, tapi sebentar lagi semua rencana itu akan berjalan sesuai dengan keinginannya.
Entah apa yang di inginkannya. Apakah itu semua hal baik? Atau justru hal yang buruk? Tak ada seorang pun yang mengetahunya.
Dreeet... dreeett...
Dering ponsel membuyarkan lamunannya.
"Ada apa Kakek?" tanyanya setelah menekan tombol panggilan."Kamu dimana?".
"Malvin masih dikantor".
"Kakek akan kesana".
"Tidak perlu. Aku yang akan menemui Kakek dirumah, tunggulah!" ucap Malvin yang kemudian memutuskan panggilan teleponnya.
Malvin bangkit dari duduknya, berjalan keluar meninggalkan meja kebesarannya. Dia berjalan kearah meja kerja Vanya, dan menarik tangan wanita itu untuk mengikutinya.
"Ikut saya!"."Kita mau kemana tuan?" tanya Vanya kaget ketika tiba-tiba Malvin menarik tangannya dan dia terpaksa mengikuti langkah lebar Malvin yang menariknya.
"Jangan banyak bertanya, cukup menurut saja!" tagas Malvin dengan terus mempercepat langkahnya.
Malvin membawa Vanya kesebuah butik, memintanya mencoba beberapa dress yang sudah dipilihnya. Vanya hanya menurut dan mengikuti setiap perintah Malvin untuknya.
Setelah lima kali bolak-balik memasuki kamar pas, akhirnya Vanya bisa bernafas lega karena Malvin tak menyuruhnya untuk mengganti lagi dress yang dicobanya.
"Sudah kamu pakai itu saja!" ucapnya yang langsung disambut Vanya dengan membulatkan mata.
"Tolong yang itu saja langsung dipakai, dan rapikan pakaian yang tadi digunakannya!" ucapnya pada pegawai butik terasebut.Pegawai itu pun langsung merapikab pakaian Vanya dan membungkusnya. Sedangkan Malvin dan Vanya kini sudah menunggu dimeja kasir. Setelah membayar, mereka keluar dari butik tersebut dan melanjutkan perjalanan pada tujuan yang sesungguhnya.
"Kita mau kemana?" tanya Vanya membuka percakapan.
"Kerumah Kakek" singkat Malvin dengan tetap fokus pada jalan didepannya.
"Lalu kenapa aku harus ganti pakaian? Kakek kamu tau kan jika aku ini sekertaris kamu?".
"Kenapa kamu banyak sekali bicara? Apa tidak bisa diam sebentar dan menurut padaku?".
Vanya langsung diam setelah mendengar ucapan Malvin, dia hanya bisa mengerucutkan bibirnya dan sesekali melirik kearah Malvin yang tak sedikitpun melihat kearahnya.
Malvin memberhentikan mobilnya dipekarangan rumah Kakeknya. Sebelum turun, dia menatap kearah Vanya yang tak berkutik dari tempatnya.
"Ayo turun! Kenapa diam?" ucap Malvin."Tadi kamu yang menyuruhku diam, lalu kenapa sekarang bertanya" jawab Vanya yang masih menundukkan kepala.
Malvin menghela nafas berat, lalu menarik dagu Vanya agar mau menatapnya.
"Apa kamu marah? Apa ucapanku terlalu kasar?" tanya Malvin dengan intonasi melembut.Vanya hanya menggelengkan kepalanya untuk menanggapi ucapan Malvin.
"Lalu kenapa?" tanya Malvin lagi.
"Apa kamu sungguh-sungguh mencintai aku?".
"Tentu".
"Lalu kenapa kamu menyuruhku untuk berganti pakaian? Aku hanya ingin tampil apa adanya didepan Kakek kamu" ucap Vanya yang kembali menundukkan kepalnya.
"Aku hanya ingin melihat kamu tampil cantik didepan Kakek aku. Jika kamu tidak suka, maka maafkan aku. Lain waktu aku janji tidak akan melakukannya lagi" jelas Malvin yang kembali menarik dagu Vanya.
Vanya menatap Malvin dengan penuh cinta. Dan tanpa aba-aba, dia pun berhambur memeluk tubuh lelaki yang ada dihadapannya. Lelaki yang sebentar lagi akan menjadi bagian dari kehidupannya, lelaki yang nantinya akan menjadi belahan jiwanya.
"Kamu tidak perlu meminta maaf. Aku yang seharusnya minta maaf. Mulai sekarang aku akan selalu menuruti keinginanmu" ucap Vanya disela pelukannya.To Be Continued..
Maaf sudah membuat kalian menunggu 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me!
FanfictionWAJIB FOLLOW SEBELUM BACA! COMPLETE ✅ HR #72 in Fanfiction 17/05/2018 Ketidak tahuanya akan maksud buruk dari lelaki yang menikahinya, membuatnya harus terjerumus dalam hidup yang penuh drama. Berpura-pura saling mencintai, dan hidup bersama layakny...