Penyempurna separuh imanku
____________________________________"Diana?" Panggil Umi membuka pintu kamarku.
"Iya, Umi." Sahutku seraya beranjak dari posisiku yang rebahan di atas kasur.
"Abi ingin bicara kepada, Nak." Ucapnya yang hanya aku angguki.
Umi berbalik badan dan berjalan di depanku. Aku mengambil hijab instan di atas sofa yang sempat aku tanggalkan tadi sewaktu pulang dari kampus. Aku mengekor di belakang Umi.
Dan di sinilah aku sekarang, duduk di sofa bulu berwarna coklat, dengan Abi dan Umi duduk tepat di hadapanku.
"Usia Diana sekarang berapa, Nak?" Tanya Abi tiba-tiba yang membuatku mengernyitkan dahi bingung.
"21 tahun, lebih 3 bulan, Bi." Jawabku. "memangnya kenapa,Bi?"
"Apa kamu sudah siap untuk menyempurnakan separuh iman kamu, Nak?" Tanya Abi membuatku menatap Abi dan Umi secara bergantian. "abi ingin kamu menikah, Nak" Lanjutnya memilih duduk di sampingku.
Diam!
"Abi sudah menjodohkan kamu! ." Abi terlihat menarik nafas panjang sebelum melanjutkannya, "apa kamu menerimanya, Nak?" Tanya Abi membuatku menatap Umi.
Umi menganggukkan kepalanya, membuatku mau tak mau harus menahan remasan hati yang semakin menghujamku.
"Bismillah, Diana menerima apapun keputusan Abi! Karena Diana yakin, calon suami yang Abi pilihkan adalah dia yang terbaik untuk Diana." Jawabku menggenggam lembut tangan Abi.
Abi menarik-ku ke dalam pelukannya membuatku terisak kecil di dadanya yang sudah tak sebidang dulu.
_____________________
Gadis mungil itu memilih duduk didepan meja riasnya. Melihat pantulan dirinya di depan cermin. Dengan polesan make up tipis tampak natural di wajah cantiknya.
Abaya panjang membalut indah ditubuhnya, semakin memancarkan aura kecantikan dari dalam dirinya.
Senyum manis tampak menghiasi wajah cantik dengan pipi merona.Satu air mata berhasil mencuri keluar dari pelupuk matanya. Saat ia mendengar suara lantang seorang laki-laki yang tengah menghalalkannya. Yang akan menyempurnakan separuh imannya, di hadapan Nya.
"Saya terima Nikah dan kawinya Diana Humaira Razak, binti Muhammad Razak dengan mahar tersebut di bayar tunai."
Azmi mengucapkan qobul dengan satu kali hembusan nafas.
Sah.
"Diana, sayang ayo kita turun."
Umi dan Mama mas Azmi. muncul di balik daun pintu kamar Diana, seraya tersenyum manis ke arahku.
Membimbingku menuruni anak tangga satu persatu menuju tempat yang barusan selesai ijab qobul. Mas Azmi duduk tenang di sana, dengan tatapan matanya yang kosong.Ia baru tersadar saat merasakan pergerakan di sampingnya. Menatapku cukup lama, membuat semburat warna merah merekah di pipiku.
Pak penghulu meminta kami memakaikan cincin di jari manis masing-masing.
Aku memakaikan cincin di jari manis milik Mas Azmi dan mencium punggung tangannya dengan lembut beberapa detik. Tanpa aku minta, satu butir air mata lolos mencuri keluar mengenai punggung tangannya.
Mas Azmi mengangkat kepala ku dan di tatapnya mataku dengan lembut seraya menghapus air mataku. Dan hal itu sukses membuat semuanya riuh sembari.
Mas Azmi memaikaikan cincin di jari manis tanganku, dan Membawa kepalaku agar semakin dekatnya. Aku memejamkan mata saat merasakan benda kenyal itu menempel di keningku dengan lembut dan cukup lama.
Seketika aku merasakan genggaman erat di tanganku dan itu adalah genggaman milik tangan Mas Azmi. Genggaman tangan yang sekarang akan menggugurkan dosa-dosaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Rumah Surga
SpiritualTetaplah menjadi bunga mawar yang indah di tepi jurang. Agar tak mudah tangan nakal memetiknya, hanya Ia yang berani meregang nyawa yang akan mampu memetiknya. "Assalamualaikum, Shalehah-ku" ___________________ Tetaplah menjadi burung merpati yang...