"Diana, Alyvina sudah menunggu kamu di ruang tamu, Nak." Panggil Umi dari balik pintu kamar-ku.
"Iya sebentar, Umi." Balasku beranjak dari atas kasur.
Entah kenapa 3 hari belakangan ini rasanya aku hanya ingin berdiam di kamar. Tetapi aku sudah mengiyakan permintaan sahabatku itu saat akan berkunjung ke rumahku.
"I miss you Diana." Pekik Alyvina menghambur memelukku saat baru saja kaki-ku menyentuh anak tangga terakhir.
Umi dan Abi yang tengah duduk di ruang keluarga hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Sudah biasa melihat tingkah laku Alyvina yang heboh.
"Kita ngobrol di gazebo taman ya Vin." Pintaku menatapnya."Kenapa tidak di kamar kamu, Din?" Tanya-nya dan aku hanya menggelengkan kepalaku. "Tidak Vin, sekarang aku sudah mempunyai suami, tidak seperti dulu lagi." Jelasku yang hanya di angguki olehnya.
Aku duduk di gazebo sembari bersandar pada tiang bambu yang menjadi penyangga sembari mendekap bantal kartun di depanku.
Aku merogoh saku gamis santai yang ku pakai dan mengulurkannya kepada Alyvina.
"Ini apa?" Tanya-nya.
"Baca saja, Vin." Pintaku dan tanpa membuag-bung waktu Alyvina membuka dan membacanya.
"So sweet banget sih suami kamu, Din!" Responnya membuatku memutar bola mata malas.
"Tapi Vin, yang membuat aku bingung. Ini sudah hampir mau 4 hari tapi mas Azmi tidak pernah pulang seharipun. Tidak memberi kabar apapun, sesibuk itukah mas Azmi Vin? Sampai tidak bisa memberi kabar bahwa ia baik-baik saja kepadaku." Lirihku tanpa menatap Alyvina yang berada di depanku.
"Memangnya kamu tidak tahu kemana suami-mu? Dan apa pekerjaanya?" Tanya Alyvina dan aku menggeleng lemah. "Nomer telfonnya?" Aku kembali menggeleng.
"Serius kamu Din? Sebegitu tidak perdulikah kamu kepada suami mu, Din? Bahkan untuk pekerjaan dan nomer telfonnya saja kamu tidak tahu." Ucapnya yang langsung menghunus ke hatiku membuat air mataku meluruh tak tertahankan.
Benarkah ucapan Alyvina itu? Bahwa aku tidak perduli kepada mas Azmi? Hatiku semakin teriris perih saat aku membenarkan hal itu. Kenapa saat itu aku tidak menanyakannya? Kenapa aku tidak meminta nomer ponselnya?
Sehingga aku merasakan Alyvina menarikku ke dalam pelukannya. Dan aku menangis dalam pelukannya. Entah kenapa akhir-akhir ini aku sering sekali menangis.
Apa ini efek dari aku merindukannya. Merindukan mas Azmi? Entah mulai dari kapan rasa rindu ini menguasai seluruh hatiku dan akhirnya membuatku sakit karena hanya dapat memendamnya sendiri.
__________________
Azmi POV
19.05 PM, Holand, Belanda.
Sudah hampir 4 hari aku pergi meninggalkannya, Isteri shalehahku. Dan selama itu jugalah aku merasa sangat tersiksa karena merindukannya.
Entah mulai sejak kapan aku merasa bosan dan sangat lama di negeri ini, padahal biasanya aku bisa sampai 1 minggu di negeri orang, tetapi tak pernah merasa bosan dan lama. Dan sekarang semuanya telah berubah saat ada seseorang yang secara perlahan mengisi hatiku, menggantikan dia masa lalu-ku, dan orang itu adalah shalehahku.
"Kenapa Anda belum tidur, Capt?" Tanya Edwin mengambil duduk di bangku kosong sebelahku.
"Aku menunggu matahari terbit." Jawabku memandang langit holand yang sungguh indah jika di lihat dari atas ketinggian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagi Rumah Surga
SpiritualTetaplah menjadi bunga mawar yang indah di tepi jurang. Agar tak mudah tangan nakal memetiknya, hanya Ia yang berani meregang nyawa yang akan mampu memetiknya. "Assalamualaikum, Shalehah-ku" ___________________ Tetaplah menjadi burung merpati yang...