Bukan akhir melainkan Awal

84 2 0
                                    

"Selamat tidur, sayang."

Jantungku berdetak begitu cepat saat benda kenyal nan basah itu menempel di keningku.

Bukan untuk pertama kalinya, tetapi jantung ini masih sama tidak ingin bekerja sama. Dan dengan seenaknya Mas Azmi bersikap semakin manis tanpa memikirkan bagaimana nasib jantung-ku ini.

Aku menggeliat sembari mengucek mata, membiarkan retina mataku menyesuaikan dengan cahaya yang mulai masuk.

Senyumku mengembang begitu sempurna saat mendapati seseorang yang sudah mulai aku cintai ini memejamkan matanya begitu tenang dalam tidur damainya.

Aku sedikit bangkit agar bisa menatapnya lebih jelas. Tanganku terulur menyurai rambutnya yang begitu lembut.

"Entah mulai sejak kapan aku sudah mempercayakan rasa-ku, cinta-ku, Hati-ku sepenuhnya untuk kau genggam. Aku minta jangan terlalu erat menggenggam, karena nantinya kau akan menghancurkan-ku Mas. Begitupun jangan kau longgarkan genggaman-mu, karena aku akan merasa terabaikan. Cukuplah kamu selalu genggem tanpa perlu melepaskan dan menyakiti. Aku bahagia bisa menjadi isterimu. Aku mencintai-mu,

Seberapa berat nanti jalan kehidupan yang harus kita tempuh, aku akan menjadi orang pertama yang berdiri di samping-mu. Menggenggam erat tanganmu dan akan mengatakan semuanya akan baik-baik saja. Sebesar apapun badai gelombang menerjang keluarga kita, aku mohon jangan ucapkan kata cerai yang paling tidak ingin aku dengar keluar dari bibirmu Mas."

Aku merasakan seseorang mengusap cairan di pipi-ku dengan lembut saat aku memejamkan mata, menahan isakan yang nantinya akan membangunkan seseorang di sebelahku.

Tetapi nyatanya aku salah. Mata itu sudah menatapku, tangan itu sudah ter-ulur menghapus jejak air mata.

Mas Azmi menarik ku bangkit dari posisi tidurku yang menghadap kearahnya.
Di ambilnya telapak tanganku. Di genggamnya erat seraya menatap manik mataku.

"Saya bahagia mendengar semuanya Diana. Dan saya berjanji tidak akan mengucapkan kata yang akan membuat rasa dan raga kita akan hancur tak tersisa. Terimakasih telah mempercayakan semuanya kepada saya. Tetaplah mempercayai saya walaupun banyak omongan orang di masa depan yang akan membuatmu sedikit bimbang." Kata Mas Azmi menatap mataku dalam yang semakin sembab karena air mata ini tak membiarkannya berhenti.

"Jangan pernah pergi dari kehidupan saya! Apapun yang akan terjadi di masa depan, berjanjilah untuk selalu tetep di samping saya. Menjadi rumah untuk tempat saya pulang. Menjadi naungan menyejukkan saat semuanya begitu meresahkan. Berjanjilah untuk itu Diana."

Aku mengangguk, dan detik itu, kemudian Mas Azmi menarik-ku kedalam pelukananya.

Rasa nyaman itu kembali merasuk dalam hatiku saat sentuhan demi sentuhan lembut Mas Azmi berikan. Detik inilah merubah semuanya. Semua yang terasa mimpi menjadi nyata. Merasakan keindahan yang  sungguh tak pernah kau duga. Dan bagaimana aku akan mengingkari janji itu jika sekarang semua hak diri-ku sudah sepenuhnya atas dia. Suami-ku.

Semuanya sudah menyatu membiarkan gelombang cinta itu menjadi buah di suatu waktu.
Inilah fungsinya mengapa menjaga kehormatan suci kaum wanita sangat perlu.
Karena, Kesucianmu akan terenggut dengan hormat di sertai banyak-nya pahala yang akan kau tuai, jika dialah pengucap nama-mu di hadapan Robb dan ayah-mu.
Sehingga sempurnalah separuh agama-mu.

"Kamu sudah sepenuhnya menjadi milik saya, Diana. Jadi jangan pernah berpikir untuk meninggalkan saya." Ucapnya seraya menarik tubuhku agar semakin dekat denganya.

Dan aku bisa merasakan deru napasnya yang naik turun. Dan sesekali dia menciumi kening-ku lembut. Merapikan anak-anak rambutku serta menghapus peluh di keningku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Berbagi Rumah SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang