Pagi ini, seulgi bangun agak kesiangan. Bahkan adik kecilnya itu sudah terbangun sedari tadi.
Yoora mengguncang bahu seulgi pelan, berusaha membangunkan kakaknya ini.
"Kak, bangun. Ayo sarapan" ucap yoora. Namun seulgi masih belum beranjak.
Tidak biasanya kakaknya seperti ini, yoora pun memegang dahi kakaknya, mengecek apakah kakaknya sakit.
Dan saat tangannya menyentuh dahi seulgi, yoora kaget. Kepala kakaknya ini panas banget.
Saat yoora hendak memanggil ibunya, seulgi menahan yoora, dan lalu meletakan telunjuknya di bibirnya, seraya berkata "sssttt, udah gak papa. Kakak baik-baik aja" ucapnya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
Seulgi pun beranjak dari kasur, dan menghiraukan tatapan khawatir dari adiknya itu.
Seulgi tersenyum, lalu mengusap pelan rambut adiknya, "udah gak papa" ucapnya, lalu pergi ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat sekolah.
Seulgi seperti biasa, mengantar yoora terlebih dahulu, baru lanjut ke smanya sendiri.
Sesampainya disekolah, semua mata tertuju padanya. Seulgi bingung, gak biasanya pada gini.
Seketika perasaannya gak enak.
Seulgi menautkan alisnya bingung.
'Apa yang sedang terjadi?' batinnya bertanya-tanya.
Seulgi pun menengok kebelakang, tidak ada siapapun, ia pun semakin bingung. Ia berjalan terus, sampai tiba pada sebuah kerumunan.
Ia hanya berdiri disitu, sampai tiba-tiba kerumunan itu membuat jalan untuk seulgi.
Ia pun berjalan, dan melihat para murid disitu, ada yang melihatnya dengan tatapan jijik, ada juga yang hampir menertawai seulgi, dan ada pula yang menjauh darinya.
Seulgi semakin bingung, ia berjalan ke arah papan pengumuman, dan..
Sepertinya hari ini ujiannya bertambah.
Ya, dia melihat, di papan itu, bertuliskan
"Kang seulgi, murid smp x pernah terlibat skandal, rupanya ia adalah seorang lesbi.. "
Dan seulgi pun sudah tidak kuat untuk membacanya. Ia pun berlari sekuat tenaga, keluar sekolah.
Ini sudah keterlaluan.
Ia memang pernah terlibat skandal, tapi di smp itu, skandalnya adalah ia ditindas juga.
Dan dia bukanlah seorang lesbi.
Seulgi benar-benar hancur kali ini. Rasanya ia benar-benar ada di titik terendah dalam hidupnya.
Seulgi menangis sejadi-jadinya di bawah pohon.
"Lo kenapa, budak?" tiba-tiba seorang gadis menghampirinya.
Seulgi mendongak, dan melihat wajah seseorang yang benar-benar sedang tak ingin dia lihat.
Emosi seulgi yang lagi berantakan pun mengambil alih. Ia menatap kearah irene dengan tatapan penuh benci.
"UDAH PUAS KAMU HANCURIN HIDUPKU!? MAU KAMU APA SIH!? AKU MASIH BISA TERIMA KALO KAMU MENINDASKU KAYAK BIASA, TAPI KALI INI KAMU SUDAH KETERLALUAN TAU GAK!" teriak seulgi.
Irene pun kaget, pasalnya, ia baru saja berangkat sekolah. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi.
"Tapi gua gak ngelakuin apapun.." ucap irene, lalu ia pun menatap seulgi yang sekarang masih menangis.
"Tunggu bentar" ucap irene, lalu dia berlari kesekolah, dan melihat apa yang sedang terjadi.
Ia pun seperti seulgi tadi, berjalan kearah kerumunan dan melihat ke papan pengumuman itu.
Sontak alisnya langsung bertaut. Ia tidak melakukan ini.
Irene pun mengambil kertas itu dan menyobeknya disitu.
"SIAPA YANG BIKIN" ucapnya lantang tapi datar, dan membuat semua murid tanpa terkecuali merinding ketakutan.
Irene memang penindas, tapi ia tidak berbuat sejauh itu, walaupun terkadang memang dia kasar terhadap seulgi, tapi yang ini melukai harga diri seulgi.
Irene, tanpa ia sendiri ketahui, mulai melembut kearah seulgi.
Semenjak kejadian malam itu, irene berpikir, bagaimana bisa ada gadis sebaik itu, di dunia yang penuh dengan orang jahat?
Dan semenjak irene menemukan kertas itu seminggu yang lalu, irene pun tidak membuat seulgi bekerja terlalu keras.
Dengan kata lain, irene mengasihani seulgi, korbannya itu.
Setelah selesai dengan kertas pengumuman tadi, ia pun berlari kembali ke tempat seulgi berada tadi.
Dan ia menemukan seulgi yang masih bertekuk lutut, membenamkan wajahnya di perempatan sikunya.
Irene menghampiri seulgi, "sumpah, bukan gue yang ngelakuin." ucapnya.
Irene pun dengan ragu, mengusap bahu seulgi, berusaha menenangkannya.
Irene terhenyak. Ia tidak pernah sekalipun, sekalipun, tak pernah ia melihat seulgi menangis.
Seulgi adalah gadis paling ceria yang pernah ia temui, ia selalu tersenyum, dalam keadaan apapun. Walaupun sedang ditindas oleh geng irene, walau mendapat tatapan geli dari hampir seluruh murid, ia tetap tersenyum.
Ia tetap tersenyum, walau harinya sedang berat.
Ia tak pernah menangis, irene tak pernah melihat seulgi menangis.
Dan di saat inilah, irene berpikir bahwa sekuat-kuatnya seulgi, ada titik lemahnya juga.
Dan itu membuat irene semakin sedih saja. Ia sudah seminggu tidak ikut menindas seulgi. Yang menindas seulgi dari kemaren adalah gengnya.
Ia tidak ikutan sama sekali, karna irene sudah berniat untuk berhenti menindas seulgi.
Kenapa?
Karna seminggu yang lalu, irene menemukan sebuah kertas..
Dan memikirkannya saja membuat irene bisa merasakan betapa berat hidup seorang kang seulgi, walaupun begitu, ia selalu tersenyum.
Karna tak tahan lagi, irene pun menarik seulgi kedalam pelukannya.
Ia tidak tau kenapa ia melakukan hal itu, tapi melihat seulgi yang begitu rapuh dan hancur sekarang, membuat hatinya ikut merasakan sakit.
Ia memeluk seulgi erat, dan seulgi pun semakin terisak.
Irene mengusap punggung seulgi pelan, "kalo tau gini, dari awal gue juga gak bakalan jadiin lo korban, kenapa sih lo gak ngelawan" ucap irene pelan, sembari masih memeluk seulgi erat, seperti meneguhkan hati seulgi.
Irene mengusap kepala seulgi lembut.
"Gua ada disini. Mulai sekarang, kalo lo butuh sesuatu, gua ada disini, dan gua gak akan ikut ngebully lo. Gua bakal ngelindungin lo, kupu-kupu dengan sayap rapuh" ucap irene.
Seulgi pun semakin terisak. Ia tidak pernah menyangka bahwa irene adalah seseorang yang sangat baik.
Ia bersyukur, karna kejadian hari ini, mungkin saja ia akan baik-baik saja di hari-hari berikutnya.
Dan mungkin, hanya mungkin..
Ia akan jatuh hati sebentar lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
do you feel it too? (√)
Teen Fictiontentang seulgi, yang selalu ditindas disekolah. namun karna suatu kejadian sang penindas malah jatuh hati kepada seulgi. beberapa hal menghalangi kisah mereka jadi mari kita lihat, kisah dua orang, yang mungkin ditakdirkan untuk bersama, tapi tidak...