Setelah kejadian kemarin, irene semakin sering bertemu dengan seulgi. Entah saat seulgi sedang bekerja, atau saat makan, irene seperti memperhatikannya dari jauh
Seperti.. Menjaganya?
Entahlah, seulgi tidak tau. Yang paling bikin kaget tuh, hari ini, dia kan seperti biasa, makan di bawah pohon mangga, dibelakang kantin, eh tiba-tiba irene datengin dia, sambil bawa makanannya sendiri, terus mereka sekarang makan bareng deh.
Seulgi tuh gak ngerti sama irene. Kadang dia cuek, kadang dia dingin banget, tapi sekalinya anget, duh.
Mereka makan dalam diam, sembari menikmati hembusan angin yang menyejukkan itu. Sebenernya seulgi ingin bertanya pada irene,ngapain dia disini, tumben.
Tapi seulgi mana tega, irene sekarang lagi makan dengan lahapnya, sembari sesekali tersenyum sangat manis, saat angin berhembus sedikit lebih kencang.
Irene lalu menoleh ke arah seulgi, "lo selalu makan disini?" tanyanya.
Seulgi mengangguk, "iya, di kantin seringannya penuh, dan gak ada yang mau semeja sama aku" ucap seulgi.
Irene tersenyum, "yaudah, mulai besok gue makan disini aja sama lo. Gak ada penolakan." ucap irene.
Senyuman seulgi melebar, "aku gak nolak kok" ia memperlihatkan deretan giginya yang rapih itu, dan matanya hilang karna senyumannya yang lebar itu.
Irene memperhatikan senyuman seulgi. Ini pertama kalinya, seulgi menunjukan senyuman itu.
Mata monolid seulgi yang seperti kucing itu hilang, dan pipinya naik, dan seulgi terlihat sangat menggemaskan sekarang.
Irene menahan hasrat untuk tidak mencubitnya sekarang juga.
Lalu keheningan pun menyelimuti mereka lagi. Tidak ada yang berucap satu patah kata pun, karna sepertinya angin sudah menyampaikan pesan dari hati mereka, yang membuat mereka sesekali tersenyum.
Bel tanda waktu istirahat telah selesai berbunyi. Irene dan seulgi langsung merapihkan peralatan makan mereka.
Sejenak seulgi menatap kearah irene, "makasih, udah mau nemenin aku" ucapnya, lalu tersenyum lagi.
Irene tersenyum, lalu mereka pun berpisah, karna kelas mereka memang berbeda.
Selama dikelas, yang bisa dipikirkan irene hanyalah seulgi, seulgi, dan seulgi.
'Dia belajar bener-bener gak ya?' atau
'Ada yang gangguin dia gak?' atau
'Kok lucu sih mukanya?' pikiran irene dipenuhi oleh seulgi.Karna itu, irene jadi tidak memperhatikan pelajaran didepan. Huh, seperti ia memperhatikan saja biasanya.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Hari ini, rencana irene adalah menemani seulgi dalam diam, biar gal ada yang berani ngeganggu.
Ngomongnya sih gitu, padahal dia cuma gak pengen berpisah aja sama seulgi.
Dia ngikutin seulgi, tapi dianya santai aja, dia kan udah tau, dimana tempat kerjanya seulgi. Yang gak dia tau tuh, rumahnya seulgi.
Irene makan dengan tenang di cafe tempat seulgi bekerja itu. Lagipula, disitu ada orang yang dia kenal, jadi dia mau makan berapa banyak pun, biasanya bakal di gratisin.
"Eh ada adik ipar" kata seseorang, lalu ia pun duduk di kursi, berseberangan dengan irene. Orang itu tersenyum, dan irene memutar bola matanya jahil.
"Kakak mana?" ucap irene, dan orang tadi bilang "tadi lagi pergi bentar, entahlah kemana"
Irene menganggukkan kepalanya.
"Jadi.. Kamu ngapain disini?" ucap orang tadi."Oh please, gue gak boleh kesini, gitu?" ucap irene dengan nada pura-pura marah, padahal sebenarnya dia hanya bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
do you feel it too? (√)
Fiksi Remajatentang seulgi, yang selalu ditindas disekolah. namun karna suatu kejadian sang penindas malah jatuh hati kepada seulgi. beberapa hal menghalangi kisah mereka jadi mari kita lihat, kisah dua orang, yang mungkin ditakdirkan untuk bersama, tapi tidak...