Memori ingatan Nina terbawa pada peristiwa 31 Desember 2017. Tahun baru paling memilukan sepanjang hidupnya. Dimana ia merasakan perasaan kehilangan untuk pertam kalinya.
Pada saat itu....
"Nina! Jangan lari!"
Gadis bernama Nina itu tetap saja berlari, meninggalkan tunangannya yang masih tertinggal jauh di belakangnya.
Si lelaki memeluk pinggang Nina dari belakang, ia menghirup dalam-dalan aroma rambut gadis berdarah jawa tersebut.
"Hayo dapet, udah yuk, sebentar lagi udah mau pergantian tahun."
Nina mengangguk, ia menggandeng lengan sang tunangan. "Tio, duduknya disitu aja ya!" tunjuknya pada bangku kosong di depan stand penjual arum manis.
Tio--tunangan Nina--mengangguk. Membawa gadis pujaannya duduk di atas bangku hendak menyaksikan megahnya pesta kembang api di alun-alun kota.
Bersanding dengan langit malam, dan bintang bertaburan, si kembang api tak kalah cantiknya. Nina sampai terkagum-kagum melihatnya. Kepalanya ia senderkan di pundak Tio.
"Belum tahun baru padahal, tapi udah banyak yang main kembang api. "
Tio tertawa kecil, "Sebentar lagi Sayang, satu menit lagi."
Tio melirik jarum jam di tangannya, sepuluh detik lagi, pikirnya.
"Sepuluh detik lagi Yang."
Nina mengangguk dan tersenyum, di dalam hatinya ia ikut bersama pengunjung yang bersorak-sorak menghitung sepuluh sampai satu.
Duar!
Duar!
"Happy new year, Sayang!"
Tio memeluk gadisnya, kemudian mengecup pelipis Nina. "Juga Sayang, semoga tahun ini lebih baik dari tahun lalu ya."
"Iya, amin."
"Kamu mau jalan-jalan kemana lagi?"
Nina menggeleng, mata elangnya menjelajahi seisi taman kota, mencari jajan-jajanan yang dapat mengisi perut laparnya. Netranya berhenti di gerobak penjual nasi goreng.
Ia menarik tangan Tio untuk berdiri. "Ayo kesana! Aku laper, mau makan Yo," rengek Nina.
Tio tertawa melihat tingkah lucu Nina, ia mengacak-acak rambut gadis itu. "Ayo, hari ini aku kabulin semua permintaan kamu."
"Serius?"
"Serius!"
Dengan langkah riangnya Nina berjalan ke arah gerobak yang menjal nasi goreng tadi. Ia memesan dua porsi nasi goreng dan air putih.
Sambil menunggu, tangannya tak berhenti memeluk Tio, tak tahu rasanya ia sangat rindu dengan tunangannya ini. Padahal mereka baru tak berjumpa 3 hari.
Pada saat sang penjual mengantarkan pesanan mereka, Nina dengan semangatnya menyantap nasi goreng itu dengan lahap. Mengahbisinya tak sampai 5 menit. Entah karena lapar, bahagia atau karena nasi gorengnya enak Nina pun tak tahu.
Selesai membayar makanan mereka, Nina kemudia menarik lagi tangan Tio menuju komedi putar.
"Yo, aku mau naik komedi putar pokoknya!" ujar Nina.
"Astaga Nina, umurmu sudah 21 tahun dan kamu mau naik itu?" Tio menunjuk pernainan komedi putar yang kebanyakan dimainkan anak-anak dengan mata terbelalak.
Nina mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak memperdulikan Tio yang masih teridam di tempatnya tadi, Nina sudah bertengger di atas kuda poni. Tio hanya dapat geleng-geleng kepalanya. Ia tersenyum kecil, membidik Nina yang sedang tertawa dengan lensa kameranya.
YOU ARE READING
Neverland Kenangan
Kısa HikayeHeyhoo Imajiner! Mari ikut bersama kami .... Ke mana? Menjelajahi kenangan yang sudah terlewati penasaran? Yuk simak ceritanya! Regards, Peterpan World Write