Sejak kemarin, Park Jimin telah memaksa ingin keluar dari tempat ini, tapi keinginannya tidak pernah terlaksana. Dia juga kan punya banyak kesibukan sebagai seorang artis, jadwalnya padat. Sudah dua hari ini Jimin terjebak di dalam rumah orang gila.
"Oke, kau akan aku bebaskan dengan 3 syarat."
Usul Christien tiba-tiba."Apa itu?"
"Yang pertama, aku ingin kita foto bareng."
"Kenapa gak bilang dari kemarin aja sih?!" Gigi Jimin menggertak, kesal. "Itu mah gampang!"
"Eits, tapi ini beda."
"Apanya?"
"Aku pengen mengoleksi sampai seratus foto bersamamu. Tapi dengan kostum yang berbeda tiap fotonya. Gimana? Mau gak?" Tawar si Christine.
"Kenapa banyak banget?"
"Eh gak boleh nawar tau."
"Dasar sinting."
"Iya aku sinting gara-gara kamu."
"Yaudah yaudah, syarat keduanya apa?"
"Rahasia." Jeda, "Aku bakalan kasih tau kalo syarat yang pertama udah dilakuin." Lanjut Christine dengan senyum yang misterius.
"Ribet banget."
"Emang, baru tau ya?"
Setelah persetujuan itu, para pelayannya Christine datang sambil membawa kostum aneh-aneh. Jimin ngeliatin mereka yang bawa-bawa kostum itu. Jika di hitung, jumlahnya memang banyak dan mungkin ada seratus.
Mulai dari kostum tradisional Korea, Jepang, Eropa, Asia, baju pengantin, kostum super hero, kostum binatang, dan lain-lain yang beberapa diantaranya tak ingin ia ketahui. Jimin berfikir kalau perempuan yang kini sedang sibuk memberi komando pada para pelayan dan semua bodyguardnya ini benar-benar sinting, gila, dan otaknya miring.
Jimin yang sedari tadi duduk di sofa, akhirnya bosan. Ia pun berjalan-jalan sambil melihat-lihat tatanan kamarnya Christine.
Tidak terlalu banyak pajangan-pajangan seperti lukisan ataupun foto. Jimin berjalan ke arah pojok, disana ada sebuah meja kecil berwarna putih. Ia pun berjongkok, ingin melihat isi lemari tersebut.
Jimin membukanya, disana hanya ada sebuah galeri foto, flashdisk, laptop dan sebuah buku diary. Karna penasaran, Jimin mengambil semua barang tersebut tanpa memperdulikan sang pemiliknya.
Yang pertama ia membuka galeri foto itu, di sampulnya terdapat judul 'Chim & Chris' yang di tulis tangan memakai spidol. Saat di buka, halaman pertamanya sama seperti galeri foto umumnya, ada tulisan tangan Christine yang di tulisnya menggunakan bahasa inggris.
Jimin membuka lembaran selanjutnya, disana terdapat foto Christine saat kecil. Begitu lucu dan menggemaskan, mungkin? Di bawahnya ada sebuah tanggal.
24 Oktober 1997.
Christine Hakiana Hanopwijh.
Jimin tertawa melihat nama aneh Chrsitine. Dia baru tahu ada nama seperti ini. Setelah puas menertawai nama si pirang itu, Jimin pun membuka lembaran berikutnya. Disana terpampang jelas foto Christine yang memakai seragam SMA. Tanpa sadar Jimin tersenyum ketika melihat wajah ketika Chrsitine remaja.
Jimin membuka kembali lembaran berikutnya. Disana, ada foto pemuda yang memakai seragam SMA, sama seperti yang di pakai Christine.
'Siapa dia?'
'Pacarnya?'
'Temannya?'
Jimin mengangguk-ngangguk.
Tapi, kalau di pikir-pikir lagi, pemuda itu mirip sekali dengan dirinya. Seketika Jimin langsung melihat foto tersebut dengan teliti.
Rambut pemuda itu berwarna cokelat, matanya berkacamata, dan senyumnya.. sama? Hanya kacamatanya saja yang membuatnya terlihat sedikit berbeda.
Tapi bagaiamana bisa Christine menyimpan fotonya saat remaja? Dan, ini apa? Seragam ini? Padahal Jimin sama sekali tidak pernah sekolah disana. Jelas-jelas, dia lulusan dari Korean Arts High School.
Apa ini editan?
Ah yah, tidak ada yang tidak mungkin bagi seorang Christine, 'kan?
Dia saja bisa menculik Jimin tanpa di ketahui orang lain. Kalau urusan mengedit foto seperti ini mah mungkin mudah saja.
Jimin mengangguk-ngangguk. (Lagi)
Tangannya segera membuka lembar ketiga. Jimin tidak terkejut ketika melihat disana terpampang fotonya berdua dengan Christine. Di foto itu, Jimin dan Christine sama-sama tersenyum. Di sana, Jimin mengenakan kaus berwarna putih dan celana jeans pendek, sedangkan Christine memakai dress selutut berwarna biru.
Jimin lagi-lagi mengangguk-ngangguk.
(Dia kenapa si ngangguk-ngangguk mulu?)Lembar berikutnya hingga ke lembar terakhir. Foto editan-editan ini sangatlah bagus, bahkan tanpa kekurangan sedikitpun. Apa yang melakukannya itu sangat ahli? Makanya foto itu terlihat sangat natural dan asli.
Jimin selanjutnya mengambil flashdisk. Lalu ia berniat untuk mengambil laptop. Tapi, kegiatannya itu tak bisa di lanjutkan karna teriakan Christine.
"Jimin, cepatlah. Kostum-kostumnya sudah siap."
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
FanfictionPark Jimin : "Aku tak pernah menyangka akan di culik oleh perempuan gila, tolol, idiot dan tidak waras, lalu dipaksa untuk menikah dengannya. Sial." Christine : "harusnya kau bersyukur karna telah diculik olehku, My dear." ----