-
Jimin's POV
Dengan sangat terpaksa, aku berlutut dihadapan Si Pirang Christine sambil menyerahkannya setangkai bunga mawar yang kuharap bunga tersebut berduri, lalu dengan tidak sengaja melukai Si Pirang. Tapi nyatanya bunga tersebut sangat bersih dan tidak ada duri sedikitpun.
Dan, dengan terpaksa juga aku menyanyikan lagu romantis untuknya sambil tersenyum kecut.
Sekarang aku sudah seperti laki-laki gila yang jatuh cinta pada perempuan sakit jiwa. Lama-lama aku benar-benar akan gila kalau tidak segera keluar dari tempat ini. Jadi, mau tidak mau, aku memang harus melakukan apa yang perempuan ini mau.
Seharian penuh, kuhabiskan untuk membuat lagu. Letih? Tentu. Walaupun aku sangat menyukai musik, tapi tidak semudah itu untuk bisa mengarang bait-bait lagu.
Aku terus menyanyi hingga akhirnya, sebuah kalimat laknat keluar dari mulutku,
"I love you.."
"I love you too." Jawab Christine cepat sambil memamerkan giginya.
Cuih. Dalam hati ingin sekali aku menjambak rambutnya yang panjang itu. Ingin sekali aku memaki-maki perempuan ini. Tapi apa daya, keadaannya tidak memungkinkan aku untuk berbuat lebih jauh.
Kupaksakan diriku untuk terus bernyanyi hingga waktu akhirnya berakhir. Chistine bertepuk tangan sambil bersorak ria layaknya anak kecil yang baru saja di beri sebuah balon.
Hal yang tak kuduga, setelahnya dia langsung memelukku dengan sangat erat.
Aku mematung ditempat.
-
-
-Setelah aksi gila di studio itu, aku memutuskan untuk langsung menemui Si Pirang Gila Christine yang kini berada di kamarnya. Berdasarkan informasi dari bodyguardnya, katanya dia sedang sangat sibuk sekarang. Tapi aku tak terlalu memperdulikan itu. Toh, keadaanku lebih gawat.
Aku segera masuk ke kamar perempuan itu setelah sedikit berdebat dengan bodyguardnya.
Saat masuk, aku disuguhi pemandangan Si Pirang Christine yang baru saja selesai mandi, masih memakai handuknya.
Reflek, aku berbalik memunggunginya sebelum perempuan itu menyadari kehadiranku.
Beberapa detik kemudian, Christine membuka suaranya.
"Berbaliklah, aku sudah berpakaian."Aku pun berbalik, dan benar saja, dia sudah memakai baju lengkap. Secepat itukah? Hanya 15 detik?
Oke-oke. Aku seharusnya tidak perlu terkejut.
Aku memperhatikannya yang sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer. Dia duduk di depan meja rias, sedangkan aku masih berdiri dengan jarak 2 meter darinya.
Oh ya, tadi kata bodyguard-nya dia sedang bekerja, tapi ini? Jelas-jelas dia baru saja mandi. Sepertinya bodyguard itu sudah tidak waras juga, jadi pikirannya kadang kacau mungkin?
Aku masih terdiam sambil memperhatikannya. Kini, ia sedang berdiri sambil membenarkan letak rok pendeknya. Jujur, aku sedikit ngilu setiap kali ia melakukan sesuatu yang secara tidak langsung menyentuh bagian perutnya yang terluka. Dia membenarkan letak roknya agar lebih rendah, untuk menghindari lukanya menurutku.
Sejak dia terluka, aku selalu melihatnya yang berjalan sedikit tertatih dan berhati-hati, mungkin agar lukanya tidak terlalu sakit. Aku selalu merasa bersalah setiap kali melihatnya yang terkadang memegang luka di perutnya.
Tapi, bukan salahku 'kan?
Oke, sekarang bahas tentang keadaanku saja.
Aku sudah lebih dari tiga hari disini. Aku juga sudah menyelesaikan syarat kedua yang di ajukan Christine. Kini, aku hanya tinggal melakukan syarat ketiga yang dia inginkan.
"Christine, apa syarat ketiganya?"
Dia sedang sibuk memakai eyeliner di kelopak matanya. "Sepertinya kau sangat ingin cepat-cepat keluar ya dari sini." Gumamnya.
Ya pastilah. Apa dia tidak memikirkan segala kesibukanku?
Aku diam selama beberapa saat.
Menyadari aku yang terdiam, Christine pun menoleh.
"Tak usah marah seperti itu. Oke-oke, syaratnya ada di bawah bantalku. Lihat saja." Ujar Christine yang langsung ku balas dengan keingintahuan.
Semoga bukan syarat aneh.
Aku langsung menuju ranjang tidur si Pirang itu. Aku mengambil sebuah kertas kecil yang ada di bawah bantal.
Lagi-lagi aku berdoa dalam hati agar syaratnya bukanlah hal yang aneh.
Dan,
Gleb.
Tulisan berderet yang tertata di kertas ini membuatku reflek membulatkan mata dengan sempurna.
-----------------------------
Syarat ketiga~
Menikahlah denganku.
------------------------------
Aku tak tahu harus bereaksi seperti apa, terutama saat melihat Christine yang tersenyum sinting.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
FanficPark Jimin : "Aku tak pernah menyangka akan di culik oleh perempuan gila, tolol, idiot dan tidak waras, lalu dipaksa untuk menikah dengannya. Sial." Christine : "harusnya kau bersyukur karna telah diculik olehku, My dear." ----