JIMIN'S POV
Aku sudah melihatnya. Ya, berita tentangku yang telah muncul menjadi trending topik paling atas. Berita atas hilang, kabur, atau di culiknya diriku. Tapi yang benar hanya beberapa saja dari berita-berita dan artikel-artikel itu. Sedangkan yang lainnya, sebagian besar telah menyebarkan kabar yang hoax dan sangat di lebih-lebihkan.
Mereka mengira bahwa aku kabur karna tekanan dari agensi dan rekan-rekanku. Ada juga yang bilang kalau aku hilang karna tak ingin lagi berurusan dengan dunia musik hiburan. Dan, yang paling parah, adalah berita bahwa aku mengidap penyakit kronis sehingga sekarang sedang di rawat dan tidak boleh di ketahui oleh media, tapi nyatanya ketahuan juga. Apa-apaan mereka ini?
What the-?
"Lihatlah, seluruh dunia sepertinya heboh hanya karna hilangnya dirimu. Dan, siapa yang menyebabkan itu?"
Senyum centil keluar begitu saja dari mulut perempuan gila ini. Melihatnya membuatku sangat muak.
Aku hanya diam, tak ingin menanggapinya. Dia memberiku ponselnya, memperlihatkan banyaknya berita-berita yang bertuliskan namaku disana.
Kenapa aku tak menggunakan ponselnya saja untuk menelpon polisi atau seseorang?
Kenapa?
Karna Christine tidak benar-benar memberinya padaku. Dia hanya memperlihatkan, atau kurang lebih tidak mengizinkan aku untuk menyentuh benda pipih itu.
Sudahlah, lagipula aku juga akan segera keluar dari tempat laknat ini setelah dua syarat yang entah apa itu terpenuhi.
Christine memberiku sebuah note kecil. Awalnya aku hanya diam, tapi akhirnya kuambil juga. Saat ku baca, isinya seperti ini.
~Syarat kedua.~
•Harus menulis sebuah lagu spesial untukku yang romantis. Waktunya terserah.
•Setelah selesai membuat lagunya, harus menyanyikannya untukku dengan cara yang romantis pula.
•Berduet denganku.
___
Aku menghela nafas. Dia fikir membuat lagu semudah itu? Kalaupun iya, pasti membutuhkan waktu hingga berhari-hari. Sedangkan aku tak punya banyak waktu untuk itu. Aku harus segera kelaur dari sini, bagaimanapun caranya. Tapi, pertanyaannya,
Bisa tidak aku menciptakan lagu hanya dalam waktu satu hari?
°°
Christine membawaku ke sebuah studio di lantai tiga. Besar, dan lengkap. Aku sampai dibuat sedikit takjub. Ruangan ini bahkan lebih bagus daripada studio yang ada di agensiku. Ada dance practice room juga. Rasanya seperti mempunyai studio-ku sendiri.
Aku sempat bertanya-tanya, apa sih pekerjaan si perempuan gila yang kini sibuk dengan laptopnya di meja yang tak jauh dariku. Dia sedang berfikir, terlihat jelas dari alisnya yang berkerut dan matanya yang terkadang menyipit. Dia juga membaca banyak berkas-berkas yang tak ingin kuketahui apa itu. Lalu setelahnya dia langsung mengetik sesuatu dengan cepat di keyboard.
Aku tak menghiraukannya lagi.
Kini, fokusku hanya pada gitar dan kertas-kertas yang nantinya akan ku coret-coret. Aku harus fokus, untuk bisa cepat keluar dari tempat laknat tapi mewah ini.
Ku hembuskan nafas pelan.
Barulah akhirnya aku memikirkan rangkaian kata-kata yang indah.
●●●
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsession
FanfictionPark Jimin : "Aku tak pernah menyangka akan di culik oleh perempuan gila, tolol, idiot dan tidak waras, lalu dipaksa untuk menikah dengannya. Sial." Christine : "harusnya kau bersyukur karna telah diculik olehku, My dear." ----