#6: Flashback (1)

426 60 11
                                    

█ █ █ ████████████████████████

In Hyerin's Eyes...

"Aku akan menjemput Ibuku dulu, kau pulanglah duluan Seolmi-ah."

"Aish, kau ini, kau bilang mau menemaniku ke toko buku...," Seolmi mengerucutkan bibirnya dan membuatku tertawa geli. "Bodoh. Aku akan menyusul ke rumahmu setelah mengantar Ibuku." ucapku sambil mencubit pipi Seolmi. Satu hal yang selalu membuatnya marah padaku.

"Ya! Ya! Hyerin! Hentikan!"

Aku tertawa keras, yakin jika Seolmi sekarang sangat kesal padaku. Biar saja, toh dia tidak akan bertahan marah padaku lebih dari satu menit.

"Kau marah?" godaku pada Seolmi.

Ia hanya melirikku sekilas, dan mengalihkan pandangannya. Aku kembali tertawa geli, Seolmi selalu bertindak kekanak-kanakkan saat dia marah seperti ini.

"Mana mungkin kau bisa marah padaku, kau tidak akan punya teman sepertiku lagi." ucapku dan berhasil membuat Seolmi mencubit lenganku kesal.

"Ih! Kau menyebalkan sekali!" ucap Seolmi marah, tapi aku tahu dia tidak marah padaku. Seperti ini lah Seolmi yang selalu aku kenal. Tidak pernah marah padaku apapun kejahilan yang aku lakukan padanya. Walaupun aku mengerjainya dengan segala macam cara, dia tidak pernah marah.

Seolmi terlalu baik untuk bisa marah padaku.

"Haha! Aku tahu kau tidak akan marah! Ya sudah, aku akan menyusulmu nanti jam setengah 7, jangan terlambat!" ancamku pada Seolmi sambil berlari kecil meninggalkannya.

"Ya! Harusnya aku yang berpesan seperti itu padamu!"

Aku hanya membalas Seolmi dengan lambaian tanganku. Seolmi merengut, tapi kemudian dia melonjak kecil.

"Hati-hati di jalan Hyerin-ah!!" teriaknya dengan suara melengking yang sangat kukenal dan kusukai. "Kau juga Seolmi! Jangan rindu padaku!!" balasku berhasil membuat raut wajah Seolmi berubah.

Aku lagi-lagi harus menahan tawaku saat tahu Seolmi sekarang kesal lagi padaku. Biarlah. Nanti saat bertemu dia pasti sudah tidak marah lagi.

Seolmi selalu begitu.

Aku kemudian berlari kecil ke arah sebuah restoran, dan langkahku terhenti saat melihat sosok yang tadinya ingin kudatangi dengan perasaan bahagia, sekarang sudah berjalan dengan seorang pria seusiaan dengannya.

"Ibu!" panggilku membuat perhatian sosok tersebut langsung teralihkan.

"Hyerin!" Ia melambai, senyum terukir di wajahnya, dan membuat rasa kecewaku hilang. Meluap seketika. Hanya dengan melihat senyumannya saja sudah menjadi kebahagiaan bagiku. Kebahagiaan yang lebih dari segalanya. Walaupun sekarang dia—

"—Kau baru pulang?" tanya Ibu membuyarkan lamunanku.

"Aku tadi ada—"

"—Siswi macam apa yang baru pulang di jam segini."

Aku melemparkan pandanganku ke arah sosok yang sebenarnya sangat tidak kuinginkan untuk ada di dekat Ibu. "Aku tadi ada kelas malam. Apa kau tidak pernah sekolah? Tidak tahu tentang kelas malam?" ucapku dengan nada dingin.

"Hyerin!" sergah Ibu padaku.

"Tetap saja, kau harus mengabari orang tuamu jika kau akan pulang sore." ucap sosok itu. "Aku sudah mengabari Ibu."

"Tapi kau tidak mengabariku,"

"Untuk apa aku mengabarimu? Aku sudah mengabari Ibuku. Dan mengabari Ayahku lewat doa." ucapku santai. Aku tahu sosok di depanku ini sangat tidak senang dengan sikapku. Dan aku juga tidak suka padanya. Entah bagaimana bisa Ibu begitu tergila-gila padanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 19, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DREAM [discontinued]Where stories live. Discover now