#1: Her Problem

516 70 6
                                    

In Jungha's Eyes...

"Namaku Park Jungha, pertukaran pelajar dari Seoul International School. Senang bertemu dengan kalian."

Tempat ini tidak ramah, jadi aku juga tidak perlu memperkenalkan diriku dengan ramah seolah aku benar-benar jadi murid pindahan saja. Aku hanya akan ada di tempat ini selama beberapa hari—sungguh, kalau aku bisa menyelesaikan tugasku lebih cepat, pasti dalam hitungan hari aku dan Baekhyun, rekanku, sudah bisa kembali ke Akademi.

Gayanya sombong sekali... Begitu mengesalkan...

Aku ingin tahu apa yang mungkin anak-anak lakukan untuk mengerjainya...

Pikiran manusia, ya, aku mendengarnya. Sebagian besar orang yang ada di Akademi juga bisa mendengar pikiran manusia. Well, bukan berarti aku bukan manusia selayaknya mereka, tetapi kami sedikit berbeda.

Biarkan saja mereka berpikir sesuka hati tentangku.

"Kau bisa duduk di sana Jungha." seorang guru dengan marga Kim berkata, menunjuk ke sudut kelas, satu-satunya kursi kosong di sana adalah kursi yang berada di sebelah seorang murid perempuan dengan rambut berwarna merah menyala.

Sungguh? Dia berpenampilan seperti itu ke sekolah? Padahal kudengar sekolah ini adalah sekolah bergengsi dengan puluhan murid berprestasi di dalamnya. Bagaimana mungkin sekolah ini mengizinkan muridnya untuk mengecat rambut dengan warna merah menyala seperti itu?

Walaupun aku akui, dia memang tampak 'menyala' dan menarik dengan rambut merah seperti itu, tapi rasanya keadaan seperti ini sangat tidak sinkron dengan nama yang dimiliki sekolah.

"Terima kasih, Guru Kim." aku berucap sebelum akhirnya kubawa tungkaiku melangkah ke arah murid perempuan itu—yang bahkan tidak mengalihkan pandangnya dari jendela, tampak begitu jelas dia tidak tertarik pada apapun yang terjadi di kelas ini.

Hah. Rasakan. Kau sekarang duduk dengan Hyerin!

Aku sedikit merasa terusik oleh pikiran yang lagi-lagi kudengar. Apa murid perempuan ini bernama Hyerin? Untuk mengusiknya, dengan sengaja aku sedikit menggeret kursiku—menimbulkan bunyi berderit yang kentara—sehingga perhatiannya bisa teralihkan.

Dan benar saja, setelah mendengar suara kurskiku, dia menoleh, pandang kami bertemu dan bisa kulihat wajah pucatnya tampak begitu lelah dan bosan. Tapi kemudian dia membuang pandang lagi, rupanya kesibukan murid-murid kelas PE di lapangan sana lebih menarik buatnya.

Baguslah. Murid baru itu sombong, dan Hyerin berjuta kali lebih sombong. Mereka sangat cocok.

Melihat dari buku tugas di hadapannya yang terisi penuh dengan tulisan tertata rapi dan jawaban sempurna, dia pasti bukan salah satu murid bermasalah, atau pembuat masalah. Apa dia termasuk dalam kategori yang 'dimusuhi' oleh teman-teman sekelasnya? Well, semua sekolah pasti punya murid-murid yang dikucilkan seperti itu, bukan?

"Siapa namamu?" tanpa bisa menahan diri akhirnya aku mencoba membuka konversasi dengannya. "Lee Hyerin." sahutan singkat itu dia berikan bahkan tanpa menolehkan pandang.

Detik itu juga aku sadar aku sudah melakukan hal yang tolol. Harusnya aku tidak mengajaknya bicara sama sekali. Bodoh. Sekarang aku terlihat seperti orang bodoh yang berharap ia mengajakku bicara!

██║ ♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ │█║♪ ♫ ║▌♫ ♪ ║██

"Bagaimana kelasmu?"

Aku dengar Baekhyun bertanya saat kami bertemu di kantin, satu-satunya tempat di mana kami bisa bertukar konversasi santai selayaknya murid sekolah lainnya.

DREAM [discontinued]Where stories live. Discover now