1 Tahun Kemudian
"KAMU yakin enggak mau ke kantin, Ra? Enggak lapar? Sudah sepuluh menit Zaffar belum datang," tanya Irenne, teman sebangku sekaligus sahabat Zahra.
Zahra menghembuskan nafas kasar, dengan muka cemberut ia menjawab," Of course i'm hungry. Tapi aku sudah janji mau makan sama Zaffar di sini, kamu duluan saja."
Irenne mengangguk paham, "ya sudah aku duluan ya, tapi pesanku, kalian kalau makan, jangan mesra-mesra khawatir dikira orang yang enggak-enggak, secara kalian kembar enggak identik."
Irenne tergelak, melihat ekspresi Zahra yang memandang sinis, sementara Zahra sudah bersiap melempar buku paket yang sudah dipegangnya, Irenne segera berlari keluar meninggalkan kelas yang bersisa satu mahkluk hidup itu.
Zahra melirik jam yang berada di kelasnya, sudah jam sembilan lewat sepuluh, tetapi Zaffar belum juga kelihatan batang hidungnya.
"Assalamu'alaikum," salam seseorang yang sudah ditunggu-tunggu.
"Wa'alaikumussalam!" jawab Zahra jutek.
Zaffar hanya tersenyum menggeleng melihat Zahra yang sudah merajuk. Ia berjalan menghampiri Zahra, duduk di sebelahnya.
"Sorry, i'm late," ucapnya sambil menyiapkan makanan yang dibawanya.
"Enggak perlu bilang, sudah jelas kamu telat!" judesnya.
Zaffar menghela nafas, "Ra, jangan cemberut, kamu lebih cocok senyum. Soalnya manis, lebih manis dari madu."
Zahra tersenyum, pipinya merona, ia paling tidak dapat menahan senyum apabila sedang digoda, apalagi dengan kembarannya.
"Jangan senyum terus nanti matahari yang sedang bersinar cemburu melihat kecantikanmu yang lebih mempesona."
Bukannya marah, senyum Zahra semakin mengembang mendengar gombalan Zaffar.
"Zaffar! Stop it!" seru Zahra masih dengan senyumnya.
Zaffar tertawa ringan, "okey okey, sorry. Now, let's eat."
Zaffar membawa tiga kotak bekal, dua kotak berisi nasi putih ditemani telur dadar dan satu kotak berisi capcai. Semua Zaffar sendiri yang memasak, khusus untuk dimakan berdua dengan Zahra. Mereka memang selalu makan bersama saat istirahat dari kelas XI awal semester. Jika tidak di kelas Zahra maka di kelas Zaffar lah tempat makan mereka. Ini semua karena permintaan Zahra, Zaffar pun tidak keberatan dengan itu, ia justru senang menghabiskan waktu dengan kembarannya.
Dengan mulut penuh makanan Zahra bertanya kepada Zaffar, "kamu kenapa telat datangnya?"
"Habiskan dulu yang dimulut baru bicara," pinta Zaffar.
Usai menelan makanannya ia mengulangi pertanyaannya, "kamu kenapa telat datang nya, Zaff?"
Zaffar tidak jadi memasukkan sendok ke dalam mulutnya mendengar pertanyaan Zahra, ia menatap Zahra dengan perasaan bersalah.
"Maaf ya Ra, aku lupa kelasmu di bawah aku mengira di lantai tiga ternyata temanmu Adit yang tidak sengaja aku temui mengatakan kelasmu di bawah dekat lab komputer," jawabnya diiringi perasaaan bersalah.
Seketika wajah Zahra berubah sedih mendengar jawaban Zaffar, ia menunduk menahan air mata yang sudah diujung kelopak.
"But, i'm promise. Enggak akan lupa lagi sama kelas XI OTP 1," Zaffar mengulurkan jari kelingkingnya, ingin berjanji kepada Zahra.
Zahra melihat jari kelingking Zaffar yang putih pucat, sama dengan ia. Lalu tersenyum. Zahra memautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Zaffar, bertanda Zaffar berjanji.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Twin (SLOW UPDATE) ^^maaf
Ficción General"Mengapa kamu selalu buat aku tersenyum? Aku benci," ujar Zahra. "Bukankah senyum itu ibadah?" jawab Zaffar dengan senyum khasnya. "Tapi senyumku tak berarti bila hatiku tengah dirundung pilu," kini Zahra menatap Zaffar sendu. "Kamu lebih kuat dari...