Part 4

31.9K 2.3K 117
                                    

Disinilah mereka, di meja makan besar dengan berbagai macam hidangan yang tersaji hasil karya Mbok Tati yang jago masak. Tapi rasanya semua masakan ini pahit dimulut Zeina, bagai mana tidak ayahnya sudah memutuskan untuk menikah lagi dengan wanita yang kini duduk berhadap-hadapan dengannya.

"Zei, rencananya pernikahan ayah sama mamah Regina akan dilangsungkan satu minggu lagi. Dan mereka akan tinggal disini, dan Salsa juga akan pindah kesekolah kamu!"

Zeina tak menanggapinya, tatapannya menatap kearah piringnya yang masih kosong. Hatinya masih sesak, ia tidak bisa menerima orang lain sebagai pengganti bundanya sedangkan bundanya tidak bisa digantikan dengan siapapun.

"Zei, kamu kenapa?" Tanya Rajun, ayah Zeina.

Zeina hanya menggelang.
"Yasudah cepat makan sayang! Baru kali ini kita makan bersama lagi, lengap pula!"

Zeina menatap ayahnya tak percaya, lengkap dia bilang? Lengkap yang macap apa? Bahkan sosok bundanya tak ada disini!

"Zei kenyang yah, Zei kekamar. Ada tugas yang belum Zei kerjain!"

Zeina segera bangun dari kursinya dan berjalan menuju kamarnya. Sesampainya dikamar, tangisnya tak bisa terbendung lagi. Zeina menangis memeluk foto bundanya.

"Bunda.. Zei kangen!" Isaknya.

Rasanya dunia tidak adil, tiba-tiba saja tuhan memanggil bundanya dan membawanya pergi untuk selamanya. Dan Zeina kehilangan kasih sayang orang tuanya, kini ayahnya pulang membawa wanita lain yang akan menjadi pengganti bundanya.

"Bunda- ayah jahat hiks.. ayah jahat bunda!" Pelukannya semakin erat.

Zeina tak menyangka keluarganya akan sehancur ini, ini tak adil untunya.

♡♡♡♡♡

"Andaiku malaikat ku potong sayapku dan rasakan perih didunia bersamamu, perangkan berakhir cinta kan abadi di tanah anarki romansa terjadi!"

Jreng.. jreng..

Sudah satu jam Zehan duduk dibalkon kamarnya sambil memetik gitar akustiknya, menyanyi-nyanyi tak jelas menghilangkan kebosanannya.

Biasanya, saat ini dirinya sedang berkumpul bersama teman-temannya di club. Bersendau gurau dan menikmati berbagai macam minuman, atau gila-gilaan dijalannan dengan motor atau mobilnya. Tapi sekarang? Rasanya Zehan menjadi seorang anak rumahan sekarang. Semua kegiatannya dibatasi, ini membosankan.

"Bosen elah!" Zehan menyimpan gitarnya ditempatnya dan ia menjatuhkan tubuhnya keatas tempat tidurnya yang nyaman.

Ia menatap langit-langit kamarnya dan tiba-tiba saja wajah gadis cupu itu terbayang disana, sedang mengerutkan alisnya dan memajukan bibirnya.

"Cantik!" Gumam Zehan tanpa sadar.

"Sapa ang antik bang?"

Suara bocah kecil membuyarkan hayalannya, ia menatap adiknya yang sedang berusaha menaiki tempat tidurnya.

"Antik? Apa yang antik?" Tanya Zehan yang kemudian membatu adiknya menaiki tempat tidurnya.

"Ntuh, abang biyang antik!"

"Ck, bocah-bocah! Kalo ngomong yang bener napa!" Ucap Zehan jengkel karna ia tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan adiknya itu.

Zino memainkan mobil-mobilan yang ia bawa diatas tempat tidur Zehan, Zehan hanya memperhatikannya. Lucu juga Zino, baru sadar dia memiliki adik lucu seperti Zino.

"Zin, menurut kamu. Abang cocok gak sama kak Sizi?" Tanya Zehan tanpa sadar.

Zino menggelangkan kepalanya dan kemudian menggoyangkan jari telunjuknya yang ia angkat kekiri dan kekanan.

ZE (ZEhanZEina) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang