Part 58

8.7K 788 110
                                    

"Lagi ngapain Zin?"

Zino telonjak dan segera berbalik, mendongak menatap abangnya yang menatap dirinya bingung.

"Hah?"

"Hah.. Hah.. lo lagi ngapain dodol, cengo sendirian disini. Bukannya masuk ke mobil."

Zino menatap abangnya,lalu menatap kerah belakang tubuhnya kemudian kembali menatap kearah abangnya.

"Tau gak bang, tadi ada kakak cantiiiiik banget. Manis lagi." Ucap zino tiba-tiba.

Zehan mengerutkan alisnya, baru kali ini Zino bisa mengatakan seseoang cantik. Karna sejak bertemu Zeina sampai sekarang memori anak itu selalu menangkap jika Zeinalah gadis yang paling cantik.

"Cantikan mana sama kak Zein?" tanya Zehan tiba-tiba.

"Kak Zei cantik." Zehan terseyum, sudah ia duga.

"Tapi kakak yang tadi cantik juga." Ucp Zino yang kemudiamn segera berlari meninggalkan Zehan karah mobilnya.

Zehan mengerutkan alisnya, menatap tak menyangka bocah yang kini sudah membuka pintu mobil dan segera masuk kedalam mobil. Siapa perempuan yang Zino temui dan secantik apa dia hingga bisa mengalihkan fikiran Zino dari Zeina?

*****

Zeina mendudukan dirinya di kursi belakang mobil dengan Elgan kecil di pangkuannya, menghela nafas gusar, membuat lelaki didepan kemudi mentapnya bingung.

"Kenapa Zei?"

Zeina menatap Brigan agak terkejuk kemudian menggelengkan kepalanya dan Brigan hanya menganggukan kepalanya, beruntung lelaki yang sudah ia anggap kakak itu tak menanyainya lebih detail. Zeina syok, kaget dan tak menyangka. Belum lama ia kembali, Zeina sudah di pertemukan dengan orang-orang yang sangat Zeina rindukan. Dan yah, Zeina tak menyanka jika anak kecil yang cerewet dan manja yang selalu menempelinya kini sudah tumbuh menjadi bocah yang tampan.

Zino, adik Zehan sudah besar rupanya. Lima tahun tak berjumpa membuat Zeina hampir tak mengenali Zino jika saja Zeina tak menatap mata bocah itu, Zeina hafal betul tatapan jernih milik Zino yang tiap kali menginginkan sesuatu darinya.

"Zei, Elgan tidur?" lagi Zeina hamper saja terlonjak.

"Ah iya Mbak."

"Yaudah sini sama Mbak."

"Biar sama Zei aja Mbak." Dan Eldira hanya mengangguk, lalu Brigan menjalankan mobilnya.

Zeina menghela nafas, ia jadi ingin cepat bertemu dan bertatap muka dengan Zehan, ia rindu Zehan.

*****

"Ada jadwal pertemuan sama tuan Rajun Ze."

"Bapaknya Zeina?"

Pasya melirik pada yang bertanya, Tio tengah berdiri didekat jendala sambil mengangkat sebelah aslinya tanda bertanya. Sejak kapan anak itu ada di ruangan Zehan.

"Apa melotot-melotot? Gue telat ngomel, gue udah ada disini di pelototin." Omelnya dan Pasya hanya memutar bola matanya malas.

"Dimana?"

"Perusahannya."

Tio mendelik karna ucapannya diabaikan, sedangkan Zehan hanya mengangguk paham.

"Kayaknya sih sekalian makan siang, soalnya pertemuannya jam makan siang."

"Ck, bikin repo aja si tua Bangka."

"Yaudah sih, kali aja dia bawa info tentang Zein- eh ngomong-ngomong Zeina udah balik gak sih? Gimana kabar dia ya?" ucap Tio tiba-tiba membuat Pasya segera melirik Zehan.

ZE (ZEhanZEina) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang