Part 2

35.2K 2.7K 87
                                    

Hari masih pagi, tapi seorang gadis sudah duduk dibangku kelasnya dengan sebuah novel ditangannya. Rambut hitam sepunggungnya ia kepang dan berponi, tak lupa kaca mata tebalnya yang selalu bertengger di hidungnya.

Zeina Mikaila, gadis pendiam yang pintar dan cerdas. Dia bukan tidak memiliki teman dan dijauhi, tapi Zeina selalu menutupi dirinya dari dunia luar. Dia juga berfikir jika memiliki teman hanya membuatnya pusing dengan segala macam ocehan dan apapun itu terlebih sudah tidak ada teman yang tulus, setiap orang yang datang padanya pasti hanya ingin menyalin tugasnya atau menyuruhnya mengerjakan PRnya.

Mata Zeina terus bergerak kekiri dan kekanan mengikuti arah bacaan yang ia baca, beginilah dirinya. Mengisi waktu kosong dengan membaca buku entah buku pelajaran atau buku novel yang ia suka. Sesekali Zeina membenarkan kaca matanya yang melorot.

Semua murid mulai berdatangan, tapi tak sedikitpun mengganggu kenyamanan Zeina yang masih membaca novelnya hingga suara keras membuay Zeina terlonjak kaget.

"Heh cupu! Kerjain tuh tugas gue!" Ucap seorang gadis berambut merah sambil melemparkan sebuah buku kehadapan Zeina.

Zeina menatap buku dan wajah gadis itu bergantian.
"Apa liat-liat? Cepet kerjain nanti keburu masuk!" Bentaknya lagi.

"I-iya Miranda!"

Zeina segera mengambil kotak pinsilnya yang berada didalam tas, ia segera mengisi semua tugas gadis yang bernama Miranda itu. Sedang Miranda hanya duduk dan bercanda-canda dengan kedua temannya Cilla dan Tika.

Tak perlu waktu lama untuk menyelesaikan tugas pelajaran yang sangat ia sukai itu, Zeina mampu menyelesaikan 10 nomor tugas matematika milik Miranda dengan waktu 5 menit saja. Bertepatan dengan masuknya kepala sekolah kedalam kelas mereka.

"Sini cupu!" Miranda dengan cepat memgambil buku tugasnya dan duduk dikursinya.

Zeina hanya menghela nafasnya, andai dia punya keberanian. Semuanya tidak akan seperti ini.

"Pagi anak-anak!"

"Pagi pak!"

"Kelas kalian kedatangan teman baru!" Ucap pak Satrio sebagai kepala sekolah SMA Pasundan.

"Cewe cowok pak?" Celetuk seorang siswa yang duduk paling belakang.

"Laki-laki! Mari sini, perkenalkan diri kamu!"

Zeina sedari tadi hanya mendengarkan tidak berniat memperhatikan betul-betul, menurutnya anak pindahan itu sudah biasa.

"Kenalin gue Zehan Adrio Rainendra, kalian bisa panggil gue Ze. Gue pindahan dari Jakarta."

Semua tatapan tertuju padanya, terutama kaum hawa kecuali Zeina yang masih fokus pada novelnya. Bagai mana tidak Zehan memiliki tampang yang tampan dengan rambut yang berwarna hitam legam, rahang keras hidung mancung dan tatapan mata yang bikin melting. Apa lagi bibirnya yang tipis membuat orang yang melihatnya jadi gemas sendiri.

"Ada yang ingin di tanyakan anak-anak?" Tanya pa Satrio kemudian.

"Cung pak, cung!" Seorang siswa yang duduk paling belakang mengangkat tangannya.

"Ya Pasya!"

"Eh bro, lo pindah kenapa?" Tanya siswa yang bernama Pasya itu sok akrab.

"Problem" jawab Zehan singkat.

"Ada lagi?" Tanya pa Satrio lagi.

Miranda mengangkat tangannya.
"Single gak? Nomor ponsel boleh dong?" Ucapnya dengan nada genit.

"Itu bisa lo tanyain nanti!" Zehan mengedipkan matanya membuat kelas menjadi riuh.

"Sudah-sudah nanti kalian bisa tanya langsung pada Zehan, dan kamu Zehan! Duduk di belakanh Zeina"

ZE (ZEhanZEina) [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang