Suasana terasa hening dimeja itu, padahal ada tiga orang yang duduk saling berhadapan. Mereka terdiam seolah tak peduli betapa cukup ramainya restoran yang mereka datangi saat ini.
"Hah." Hingga helaan nafas terdengar dari orang tertua disana.
Zafran menyandarkan punggungnya di sandaran kursi yang ia duduki, memandangi wajah cantik putrinya. Menikmati waktu yang amat sangat ia nantikan, melihat wajah putrinya dari jarak sedekat ini.
Wajah Zeina hampir menyerupai wajah Christi, bundanya. Dari mata hidung bahkan bibirnya, Zafran tak menyangka jika Christi banyak menurunkan kecantikannya pada putrinya.
"Jadi Zei, apa kamu menerima ayah?" Ucapnya kemudian.
Zeina yang tengah menunduk menatap gelas minuman yang sedari ia adukpun mengangkat pandangannya, menatap lelaki yang diketahui adalah ayah kandungnya.
"Dengan alasan apa Zei nolak ayah, bukannya ayah adalah ayah kandung Zei?"
Zafran menegakkan tubuhnya, menyimpan kedua tangannya di atas meja didepannya. "Ayah takut kamu kecewa sama ayah, ayah takut kamu benci ayah."
Zeina melirik Zehan, Zehan yang melihat sebuah isyarat di mata Zeina pun terkesiap lalu melirik Zafran yang ternyata tengah menatapnya juga.
"Em, om. Ze izin ke toilet dulu ya." Ucapnya kemudian.
Zafran mengangguk, dan Zehan segera beranjak dari duduknya untuk pergi. Sebenarnya hanya alasan Zehan saja, ya Zehan tahu Zeina dan ayahnya butuh privasi.
Setelah Zehan berlalu, Zeina segera melirik Zafran.
"Ayah." Panggil Zeina.
Jujur hati Zafran rasanya berdenyut, merasa bangga, tak menyangka, dan menyesal secara bersamaan.
"Zei gak marah atau benci sama ayah, disaat seperti ini Zei bersyukur bisa di pertemukan dengan ayah. Zei fikir Zei hidup sendirian di dunia ini." Ucapnya.
Mimik wajahnya biasa, tapi Zafran bisa tahu jika banyak luka yang Zeina sembunyikan saat ia mengatakan itu.
"Maafin ayah yang tidak bisa melakukan apapun saat itu."
"Yang penting ayah sudah berusaha, terlebih dari usaha ayah Tuhan lah yang menentukan bukan? Mungkin ayah sama bunda memang gak di takdir kan bersama di dunia."
Zafran tersenyum saat mendengar ucapan Zeina, bijak tapi masih terdengar sangat kekanakan. Bahkan Zafran tidak lupa jika putrinya itu bukan anak sekolahan lagi, dan Zafran tahu jika putrinya itu sedang memimpin perusahaan peninggalan ibunya yang hampir bangkrut karena Rajun.
"Terus dimana ayah akan dipersatukan dengan bunda kamu?"
"Di surga, bunda pasti nunggu ayah di surga. Tapi.. tapi.. jangan sekarang, ayah masih ada Zei di dunia jadi ayah musti jagain Zei dulu." Jelas Zeina.
Zafran tertawa, putrinya sangat polos ternyata. Dan bahkan sekarang Zeina melupakan rasa canggung yang tadi ia rasakan saat pertama kali harus berbicara dengan Zafran.
"Ah, apa ayah punya istri dan anak?"
Senyum Zafran luntur, menyandarkan kembali punggungnya di sandaran kursi.
"Ayah.. ayah tak menikah lagi Zei."
Satu fakta yang terdengar mustahil di telinga Zeina, jika ayahnya ini tidak memiliki keluarga lain.
"Ayah terlalu cinta pada bunda mu, sampai-sampai ayah memutuskan tidak pernah menikah sampai sekarang."
Zeina menggaruk tengkuknya yang tak gatal, bingung menanggapinya. Tapi hei Zeina saja sampai tak pernah sedetikpun memikirkan lelaki lain selain Zehan saat mereka berjauhan, itu karna Zeina mencintai Zehan bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
ZE (ZEhanZEina) [Sudah Terbit]
Teen Fiction⚠️Sudah Terbit!!! 📱Pemesanan lewat Instagram @dlisnawati_046 Hidup itu sebuah misteri, kita tak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Sama halnya ketika seorang Zehan Adrio Rainendra bertemu dengan Zeina Mikaila, sigadis misterius nan tertutup...