3. TTB (Teman Tidur Bareng)

3.3K 112 19
                                    

"Kenapa lo semangatnya ngalahin gue?"  Ia tak habis pikir melihat Esa meletakkan semua koleksi novelnya dalam sekali raup ke dalam kardus besar berlogo salah satu merk rokok, memplester kuat di setiap sisi sebelum menulis keterangan agar tak tertukar. Dimatanya, senandung riang Esa sembari berjoget kecil benar - benar menggelikan.

"Karna gue ada temen tidur. Bosen peluk benda mati mulu selama beberapa tahun ini."

Esa langsung tersungkur di depan Kotak Rokok berisi Novel koleksi Andini,  saat ada benda empuk menabrak kuat kepalanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Esa langsung tersungkur di depan Kotak Rokok berisi Novel koleksi Andini,  saat ada benda empuk menabrak kuat kepalanya. Ia melirik ke belakang, menatap tajam boneka Teddy Bear berwarna cream - yang diingatnya sebagai hadiahnya untuk Ulang Tahun Dini yang ke - 20, membuatnya mendapat seks terhebat saat itu.  "Jangan main - main Dini, Kita harus kelar juga sebelum malam."

Ini yang paling dibencinya setiap pindah lokasi. "Gue ambil cuti juga kok selama 3 hari. Jadi gak harus buru - buru kayak besok digusur rata."

Ia tergoda ntuk melakban seluruh tubuh Andini lalu meletakkannya dalam peti, agar bisa menyelesaikan semuanya sendiri. Kehadiran si empunya kamar benar - benar melelahkan batin. "Dini, kenapa lo pilih disini? Ini bukan selera lo."

"Kenapa yah? Mungkin gue waktu itu capek nyari lokasi sesuai impian gue, jadi mending nyari tempat bisa tidur doang. Toh gue gak ada juga disini seharian, jadi gak terlalu terganggu akan fasilitas serba minimalis ini."

"Gaji lo itu kalau ditotalin setengah tahun saja, udah bisa beli mobil tahun terbaru tanpa ngutang. Ngapain milih tempat sereceh ini?"

Andini langsung mendekati Esa yang mendumel, dan menyumpal mulut pria itu dengan gulungan kaos kaki yang ditemuinya di laci pakaian dalam. "Lo jangan ngomong sejujur itu, Ibu Kos masih ada disini. Kalau beliau dengar, dibakar nih kamar beserta isinya. Ngerti?"

Esa melempar gulungan kaos kaki itu dari mulutnya itu ke lantai, menikmati wajah cantik Andini yang bersimbah peluh karna sudah bekerja keras selama 12 jam tanpa istirahat. sebenarnya tak ada istirahat sama sekali karna saat semua orang tidur nyenyak sehabis merayakan tahun baru, mereka bertukar peluh dan tawa diatas ranjang.

Bahkan disaat sahabatnya itu merasa penampilannya terjelek sepanjang sejarah, Ia malah berpikir bahwa jelek tak pernah ada dalam kasus Andini. tapi, memuji Andini sama saja memanggil bala musibah.  "Lo gak ngerasa bau?"

"Banget! Nih cium ketek gue, cium sampai mabuk!" Andini langsung membabi buta mendekati Esa yang berlari mundur sambil membuka kedua keteknya selebar mungkin. "Gara - gara lo terlau nafsu ngajak gue kesini jam 6 pagi buta tanpa sarapan apapun bahkan perbolehin gue MANDI, Me Time yang harusnya gue dapatin di awal tahun baru jadi musnah karna lo!"

"Dini, gue cowok dan termasuk ganteng. Gak niat ntuk jaga image  gitu?"

"Masa bodo! Yang jelas lo ngeselin karna bikin jatah libur gue berkurang, perut keroncongan karna cuman makan roti doang, serta badan gue gatal!"

 ia tertawa sembari menoleh ntuk menatap wajah murka Andini, hingga tak menyadari bahwa pelariannya terhenti karna ada ranjang berukuran double size dengan seprai bermotif bunga Sakura di sisi kiri kamar, membuatnya terjatuh di atas ranjang sembari menarik Andini yang siap mencengkramnya, hingga wanita berambut pendek dengan aroma seharum bayi belum mandi jatuh menimpanya. "Dini, kita making love disini, yuk."

 Posisi woman on top seperti ini bukanlah yang pertama baginya - malah favorit mereka berdua setiap bercinta. Namun menatap langsung sorot mata sehitam arang disertai  rambut ikal menggemaskan Esa terhampar di ranjangnya, membuatnya gelisah tak wajar. "Lo jangan gila!"

"Memberi kenangan indah disini gak salah kok, Dini. yuk."

"Esa, apa kata ibu kos gue nanti kalau cowok yang dikenalnya sebagai kakak kandung gue?" Ia mendengus saat Esa malah tertawa terbahak - bahak ketimbang malu.  Demi bisa membantunya ntuk menyingkir dari sini secepat mungkin, Esa sampai mengaku bahwa mereka saudara kandung yang terpisah karna keadaan, kepada Ibu Kosnya yang berusia 56 tahun dengan aura membuat segan siapapun."Ternyata malah bercinta sama gue - adik kandungnya sendiri  bak pemain blue film?"

"Asal lo jangan berisik aja bisa?"

"Gak bisa Esa." Ia lupa cara bernapas saat tangan kiri berjari panjang namun kuat itu mengelus belakang tengkuk lehernya perlahan hingga ia kegelian. "Esa.. Disiplinin tangan lo."

"Gak mau." Esa sangat menikmati ekspresi terangsang Dini karna sentuhannya kini berada di dalam tank top hitam Andini, menyentuh punggung telanjang wanita itu dengan sangat pas. "Gue suka nyentuh lo, Dini."

"Tapi jangan disini."

"Lo maunya dimana sayang?" 

Mati gue mati!

Sentuhan Esa semakin menggila hingga ia tak mampu berpikir jernih - selain mengumpat dalam hati saat kaosnya terlempar begitu saja ke lantai, disertai tangan Esa kini hendak melepas branya. "Stop Esa."

Esa mengerang saat Andini malah meloncat dari ranjang, disaat kaitan bra berwarna merah darah siap menyusul jatuh ke lantai bersama pakaiannya yang lain. "Dini..." bahkan baru kali ini suaranya terdengar sangat pasrah.

Ia tertawa sambil menggigit bibir bawahnya - salah satu tindakan yang biasanya membuat Esa gila, saat bersandar di pintu yang kini terkunci. "Harus ada yang mengunci pintu kan?"


***



Friends (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang