Kisah kita telah usai. Untuk apa kamu hadir kembali? Bukankah dulu kamu sendiri yang meminta untuk lebih baik kita berjalan dijalan masing-masing? Kamu bersikeras ingin mengakhiri dengan alasan kamu bukan yang baik untukku.
Dengan aku yang tak tau permasalah apa yang terjadi hingga kamu melepaskanku, dengan perasaan yang seakan terhantam ribuan godam, dan dengan rasa cinta yang masih besar untukmu, aku menuruti maumu.
Aku berjalan tertatih-tatih sendiri dijalanku, dengan perasaan tersayat. Aku menangis sendirian. Berharap kamu kembali.
Butuh waktu lama untukku menyadari, bahwa apa yang kulakukan adalah kebodohan. Menantimu adalah kebodohanku yang teramat sangat.
Aku kemudian sangat mensyukuri berada dijalanku, tanpamu. Nyatanya aku lebih bahagia tanpamu. Aku tidak menyesali pernah mencintaimu. Bagaimana pun kamu pernah menjadi warna dalam hidupku. Kamu pernah memberiku bahagia, dan aku berterimakasih untuk itu.
Jadi, jangan pernah berfikiran untuk kembali denganku.
Aku sudah sangat bahagia sekarang.
Bukankah, akan lebih baik jika kita saling bahagia dijalan masing-masing seperti maumu dulu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Aksara
Non-FictionSebuah ruang di hatiku menyimpan begitu banyak rasa. Dan aku menuangkannya dalam sebuah aksara.