Three

172 57 50
                                    

Aku terbangun, karena alarm yang terletak di atas meja belajarku, berbunyi. Aku lalu mematikannya dan beranjak dari tempat tidurku, lalu berjalan ke kamar mandi.

***

Setelah memakai seragam sekolah, aku pergi ke ruang makan.

***

Di ruang makan, tidak ada  siapa-siapa. Semua orang sudah mulai melakukan aktifitasnya masing-masing. Ibuku bekerja sebagai guru di sekolah dasar, ayahku dia bekerja di sebuah perusahaan luar negri, jadi dia jarang pulang. Sedangkan kakakku dia masih anak SMA yang terlalu rajin, dia selalu berangkat jam 06.00 pagi, Setiap hari. Entah apa yang dia lakukan di sekolah, sehingga membuatnya berangkat sepagi itu.

Setelah sarapan. Aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Karena letak sekolahku, yang tidak terlalu jauh dari rumahku.

***

Saat di perjalanan menuju sekolah, tiba-tiba ada yang memegang pundakku. Aku menghentikan langkahku.

"Kenapa?" ucapku tanpa menoleh kebelakang.

Dia masih diam tidak menjawb pertanyaanku, tangannya pun masih ada di pundakku. Aku membalikkan badanku.

"Pagi," ucap Lana kepadaku.

"Oh kamu, pagi."

"Bareng ya berangkatnya," ucapnya sambil tersenyum.

"Terserahmu saja."

Kami berjalan bersama menuju sekolah. Dalam perjalanan ke sekolah, kami hanya diam.

***

Sesampainya di sekolah. Aku berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku, yang aku baca kemarin.

"Kenapa kamu mengikutiku?" tanyaku kepada Lana.

"Aku tidak mengikutimu," ucapnya tanpa menolehkan mukanya kearahku.

Kenapa sikapnya bisa berubah derastis? Tadi waktu di perjalanan ke sekolah, raut mukanya biasa, tapi setelah sampai di sekolah, kenapa mukanya jadi seperti mayat hidup? mengerikan. ucapku dalam hati.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" ucapnya dingin.

Bukannya menjawab, aku malah mempercepat jalanku, mendahuluinya pergi ke perpustakaan.

***

Setelah mengembalikan buku ke perpustakaan. Aku berjalan menuju kelas. Tapi yang aku heran, kenapa Lana dari tadi mengikutiku? Setiap kutanya jawabanya selalu sama, "siapa yang mengikutimu" setiap dia berucap seperti itu, membuatku kesal. Buat apa aku bertanya? kalo jawabannya selalu sama.

***

Sesampainya di kelas. Aku langsung meletakan tasku di kursi. Tapi yang aku heran, kenapa nih bocah meletakan tasnya, di kursi yang ada di sebelah bangkuku? lalu dia duduk. Kejadian itu membuat semua mata yang ada di kelas, menatap ke arah aku dan Lana.

"Kenapa Lana duduk di dekat si udik?"
"Ih kenapa?"
"Lana kenapa kamu duduk di situ?"
ucap teman sekelasku, berbisik-bisik.

"Kenapa kamu duduk di sini? Tempatmu bukan di sini, pindahlah!" ucapku berusaha mengusirnya.

Dia malah mengambil bukunya dan mulai membaca. Sehingga membuatku mau tidak mau, aku harus membiarkannya duduk di situ. Tak lama, ketua kelas datang dan langsung menghampiri mejaku, atau lebih tepatnya, dia menghampiri meja Lana.

"Sayang, kenapa kamu duduk di situ? Ayo duduk ke tempat kita!" ucapnya manja. Rasanya aku ingin muntah mendengarnya.

"Nggak, dan jangan pangil aku sayang! Aku tidak suka mendengarnya." ucapnya dingin.

Setelah Lana berucap seperti itu. Ketua kelas yang centil itu, langsung pergi, sambil menghentak-hentakan kakinya dan mengerucutkan bibirnya.

Tak berselang lama bel berbunyi. Tapi tidak ada tanda-tanda guru akan masuk. Akibatnya kelas menjadi ribut. Sedangkan Lana, dia masih menbaca buku dengan tenang.

"Temen-temen katanya guru rapat," ucap Surya, yang berdiri di depan pintu kelas.

Yeeee.. teriak teman satu kelas. Namun teriakan itu terhenti. Saat mereka melihat pak Pon, berdiri di belakang Surya.

"Kenapa?" tanya Surya.

"Surya, kenapa kamu keluar kelas? saat jam pelajaran?" ucap pak Pon sambil menjewer telinga Surya.

"Aduh aduh sakit pak," ucapnya merintih kesakitan.

"Masuk!" ucap pak Pon, sambil melepaskan tangannya dari telinga Surya.

Surya langsung berlari memasuki kelas. Di ikuti pak Pon dari belakang.

"Kalo nggak ada guru, jangan keluar kelas! Kalian ini sudah kelas IX. perbanyak belajar! contoh Lana.....," ucap pak Pon, menceramahi kami satu kelas, panjang kali lebar kali tinggi.

Teng teng teng.... suara bel pulang berbunyi.

"Karena hari ini guru rapat kalian di pulangkan lebih awal, kamu Surya bersihkan kelas ini! Sebagai hukuman karena kamu keluar kelas." Setelah mengucapkan itu, pak Pon keluar dari kelas kami.

Kami berbondong-bondong keluar kelas. Kecuali Surya yang harus membersihkan kelas terlebih dahulu.

"Noval."

Aku menghentikan langkahku. Lalu mebalikkan badanku. Untuk melihat siapa yang memanggilku.

"Lo Noval kan?"

"Ya."

"Em.. kenalin gue Mia. Kelas IXA."

"Oh, kenapa?"

"Gue cuma mau kenalan aja, soalnya akhir-akhir ini gue sering lihat lo, ke perpustakaan."

"Mia,"  panggil Amel, sambil mengahmpiri Mia.

"Kenapa Mel?"

"Lo ngapain, gomong sama si udik ini?" ucapnya merndahkan.

"Udik?"

"Iya udik."

"Lo dapat dari mana sebutan itu?"

"Orang-orang memanggil dia udik." ucap Amel sambil menunjuku.

Aku membalikkan badanku, ingin berjalan pergi. Tapi Mia memegang tanganku.

"Noval, maafin temen gue ya. Dia emang orangnya kaya gitu."

"Hem.."

Akupun berjalan meninggalkan mereka berdua. Aku mendengar walaupun samar, Mia memarahi Amel. Kenapa dia mau membelaku? Apa dia suka padaku? Ah nggak mungkin.

***

Sesampainya di depan rumah. Saat ingin membuka pintu rumah. Aku mendengar seseorang tertawa. Aku membalikan badanku. Di depan ruamahku, aku melihat Eva tetanggaku, sedang berjalan dengan seorang cowok, sambil tertawa bahagia. Aku membuang muka saat dia melihat ke arahku. Dan aku langsung membuka pintu dan masuk ke dalam.

"Kenapa kamu pulang cepat?" ucap ibuku, yang sedang duduk di sofa."

"Guru rapat bu, jadi kami dipulangkan lebih awal."

Setelah aku mengucapkan itu. Aku langsung berjalan kekamar, lalu mengambil hp, untuk bermain game.

Brak... tiba-tiba, pintu kamarku terbuka secara paksa.

"Oppaaaaaa.... "

***

"Setiap orang jahat perlu memliki masa depan. Dan setiap orang baik pasti memiliki masa lalu^^."

Oppa: dalam bahasa Korea artinya kakak laki2 .

Aku beri tau ya Noval nggak punya adik loh. ^^ kalo bisa sebelum pergi tinggalkan keritik dan saran. Aku berterima kasih untuk kalian, yang sudah meluangkan waktu, untuk membaca ceritaku. Sori kalo pendek emang segitu mampunya hehehe..

Dan sori typo nya..

reality of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang