Eight

38 13 27
                                    

"AYUUUUUU!!!" teriak seseorang dari belakang. Yang membuat telingaku sakit.

Aku, Lana, Ayu dan Eva membalikkan badan. Aku melihat Amel berlari menghampiri kami.

"Heh Amel, lo apa-apaan sih?! teriak-teriak berisik tau," ucap Eva. Saat Amel sudah berada dihadapan kami.

"Gue nggak ada urusan sama lo," ucapnya lalu beralih menatap Ayu.

Yang ditatap malah cengegesan.
"Ayu lo ngam..."

"Iya gue tau, lo mau marah karena hp lo hilangkan?" ucap Ayu. Memotong omongan Amel.

"HILANG?! Lo yang ngambilkan?!"

"Bukan ngambil tapi nyimpen."

"NYIMPEN APANYA?!"

"Nggak usah teriak-teriak juga kali! sakit kuping gue, dengar suara lo yang cempereng, ibu yang nyuruh gue nyimpen hp lo, soalnya lo kan sebentar lagi ujian."

"Ini masih semester satu tau, ujian masih lama."

"Ya elah disiapkan mula sekarang dong! Lagian kalo lo megang hp, lo bisa lupa waktu."

"Lo taunggak? gue butuh banget hp gue."

"Sok  butuh. Padahal lo buka hp untuk stalker  doi lo 24 jamkan? buat apa? Nggak guna, buang waktu, lebih baik lo belajar!"

"Sok tau banget si lo. Masih kecil juga,  sok ikut campur urusan gue."

"Emang gue tau. Dan gue sekarang bukan anak kecil lagi, jadi jangan ngerendahin gue!"

"Udah lah lo berdua! mau berantem sampai kapan? ini sudah..." Eva menganga. "JAM TUJUH, KITA TELAT!!!" ucap Eva sambil berlari.

"APAAAAA!" teriak kami bersamaan.

Aku Lana, Amel dan Ayu langsung berlari menyusul Eva, menuju ke sekolahan.

***

"Maaf kalian nggak bisa masuk," ucap pak  Amad penjaga gerbang. "Tunggu sampai upacara selesai! Baru kalian bisa masuk."

"Buka dong pak," ucap Eva sambil memohon.

"Maaf nggak bisa," ucap pak Amad.

"Ih bapak jahat," ucap Ayu.

"Yah percuma dong aku lari," ucap Lana lalu tidur di tanah.

"Iya kita terlambat. Tapi jangan tidur di tanah juga kali Lan!" ucapku.

"Ini adalah bentuk keputus asaan aku tau," ucap Lana.

"Serahmu lah," ucapku.

"Ini semua gara-gara lo," ucap Amel menunjuk Ayu.

"Kok gue? Elo yang salah, lo duluan yang ngajak ribut!"

Ya ampun adek kakak ini. Bikin pusing aja, dari tadi kerjaanya berantem mulu. Nggak capek apa?

"Lo..."

"Sudahlah! Kami juga trlambat tau, tapi kami nggak nyalahin kalian berdua, lebih baik sekarang kalian diam!" ucapku memotong omongan Amel.

Mereka berdua langsung diam.

"Yah gue nggak bisa cuci mata dong hari ini," ucap Amel, tiba-tiba.

"Cuci mata? Bisa kok, nih air," ucapku mengeluarkan aqua dari dalam tas.

"Buka itu! Maksud gue! Gue mau lihat cogan yang lagi upacara tau," ucap Amel.

"Cogan? Yang lagi upacara? Pak Palimu kah? Diakan guru yang paling rajin upacara," ucapku.

reality of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang