Bab 4: One Problem

120 22 3
                                    

Nih.. gw sempet sempetin nulis waktu gw penelitian di Malang. So guys, baca dan jangan tinggalkan vote and comment.

Kali ini gw syebel kuadrat sama siders, kzl sumpah. Masih w liattin nih👀

Oke, happy reading!!

 
  "Dih gue kesel sih sama sih Naya tuh! Sok banget." Desas-desus terdengar dari belakang bangku. Sumpah kagak sengaja kecolongan denger beginian.

  Mungkin salah satu dari kita bertiga, correct Farah,Dewi, and Gue bisa jadi ikutan. Mengingat dari cara berbicara dan tatapan sinis yang dihunuskan ke setiap anak yang berbicara dengannya.

  "Iya, juga sih. Kesel juga. Apalagi waktu dia bilang Miftah gak becus." Sahut Farah.

  "Yaudah lah. Mungkin aja dari bawaan." Santai Dewi.

  Makan dan rebutan lauk terjadi karena perbuatan si cabe eh! Farah. Dan tiba-tiba saja, si Naya ikutan gabung ikut makan. Punya firasat jelek, tapi berusaha menghapusnya. Tak ada salahnya toh, hanya sekedar mencari teman makan siang.

  "Eh! Gue gabung ya? Gak enak nih makan sendiri." Cengirannya pun sontak membuat kami mengangguk.

  Seketika jam istirahat dihabiskan dengan bacotan gak guna dari anak sekelas, dan mungkin ada sedikit kesalahpahaman dari beberapa anak.

  "Assalamualaikum."

  Ucapan salam terdengar dari arah pintu. Banyak kepala yang melongokan melihat.

  "Oh! Ms. Sinta. Ada apa Ms?" Kotak makan pun tergeletak tiba-tiba. Dia Naya yang maju duluan mengahampiri Ms. Sinta.

  "Duduk aja Naya. Kamu masih makan." Ms. Sinta memerintah halus.

  "Oh iya. Kemana si Miftah? Saya perlu bicara sama dia. Ilma nya ada?" Pertanyaan Ms. Sinta hanya ditanggapi celingukan anak sekelas, mencari keberadaan sang ketua dan wakil.

  Ada yang menggendikan bahu. Ms. Sinta hanya mengangguk melihat ketidaktahuan anak-anaknya.

  "Assalamualaikum!!" Suara salam di sertai gebrakan pintu keras mengagetkan penghuni kelas.

  "Ups! Maaf Ms." Dan dia? Yep! Dia Miftah bersama Ilma. Masuk dengan senyuman lebar di bibirnya.

  "Kalian dari mana? Saya hampir aja titipin info ke Naya." Ms. Sinta mempersilahkan mereka untuk duduk.

  "Saya buka ya. Assalamualaikum warohmatullah hiwabarakatuh."

  Sontak anak sekelas menjawab salam Ms. Sinta.

  "Guys. Saya disini mau menyampaikan tentang uang kas, kemungkinan siapa tahu butuh untuk kelas ini. Jadi saya sudah merundingkan dengan Farah dan Anggie selaku bendahara." Ms. Sinta menjelaskan sembari menatap kertas yang dibawa.

  "Apa ada yang setuju jika uang kas nya perhari 1000 rupiah? Ini dapat usulan dari Farah. Mengingat jika 2000 terlalu berat. Dan uang kas ini bakalan saya simpan di tabungan yang sudah dibuatkan buat kelas A1." Tutur ms. Sinta.

  "Loh Ms. Kalo 1000 bukannya terlalu sedikit ya?" Celetuk Miftah.

  "Yeuuw!! Mbahmu yaa! Loe aja masih punya utang ke gue." Sahut si Tyas.

  "Iye-iye. B aja dong yas, ntar gue bayar." Miftah hanya mendengus.

  "Gimana guys?" Tanya Ms. Sinta yang terabaikan dengan percekcokan kecil.

  "Boleh Ms. Nanti setornya ke siapa?" Tanya Naswha yang sedari tadi hanya diam.

  "Eum.. yah ke bendahara kalian. Jadi, mulai hari ini uang kas disetujui 1000 rupiah per hari. Dan setornya ke Anggie kalo tidak ke Farah. Understand guys?" Logat inggris keluar dari bibir Ms. Sinta

SATU KELAS (kelas AmPaS) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang