[02]

1.7K 85 1
                                    

Saya tidak mengejar seseorang ketika pergi. Bukan karena tidak penting, tapi saya yakin. Jika dia ingin saya ada dihidupnya maka ia tidak akan pergi. -RMA

***

Hari ini Ali sedang berada dikantor dengan istri dan anaknya setelah pertengkaran hebat tadi yang berada dibutik milik Prilly, awalnya Prilly ingin pulang sendiri tetapi Ali tak mengizinkan ditambah ia membawa Aluna pasti istrinya lebih gampang buat pergi. Dan Ali tak ingin itu terjadi lagi cukup sudah waktu dulu.

"Prill.. percaya sama aku," ucap Ali pada Prilly yang masih dingin dan enggan melihatnya.

"Keisha memang perempuan yang dijodohin sama aku, tapi sama sekali aku gak pernah menerima. Bahkan pertunagan itu dipersetuji oleh satu pihak. Cuma kamu Prill, cuma kamu sama Aluna yang aku inginkan selamanya." Jelas Ali tanpa diminta.

"Sedikit pun aku gak mau ngerusak hidup kamu." Balas Prilly yang masih menatap arah lain.

"Aku mohon jangan pergi lagi, cukup kemaren aku rapuh." Ali berkata sendu lalu menghapus sisa air mata yang menggenang diwajah istrinya.

"Papih.. " Aluna memanggil yang sedari tadi sibuk dengan mainannya, menghampiri menatap kedua orang tuanya aneh.

"Eh. Iya, kenapa sayang?" tanya Ali memangkunya.

"Peluk," ucap Aluna terkekeh, membuat Ali ikut terkekeh lalu memeluknya. "Beltiga, pih.." Tambah Aluna saat merasa kurang.

Ali dibuat bengong anaknya sendiri, entahlah mungkin Aluna peka pada orang tuanya. Lalu Ali meraih Prilly bersamaan dengan bisik, "Please, so sorry." Prilly pun merespon Ali dengan senyuman dan membalas pelukannya dengan setetes air mata saat ia ingin merasakan kenyamanan keluarga kecilnya itu.

Brak!!

"Wah.. wah.. wah, bagus sekali acting anda." Fanni bersedekap setelah mengatakan yang tak lain ibu dari suaminya.

"Mah.. jangan buat keributan dikantor Ali." tegas Ali.

"Biarkan!! Biar semua orang tau, wanita jalang itu yang mengacaukan semua. Termasuk pertunangan kamu dengan Keisha," sinis Fanni menatap Prilly dan anaknya.

"Ali mohon, jaga ucapan mamah. Wanita yang mamah sebut barusan wanita yang berstatus istri sah Ali, wanita yang Ali cintai sampai mati." Ali menatap mamanya tajam.

"Lihat? Sekarang anda lihat!! anak saya bahkan berani menentang saya karna wanita murahan seperti anda!!" Fanni berteriak keras tepat depan Prilly.

"Mih.. hiks.." Aluna menangis seketika memeluk Prilly erat.

"Ssst.. sini sayang Mamih gendong, anak cantik gak boleh nangis, okeey?" balas Prilly dan menggendong Aluna sembari menghapus sisa air matanya itu.

"Mungkin nyonya benar saya wanita murahan tapi saya bukan wanita jalang seperti yang nyonya bicara!! Bukan wanita yang ingin merusak kebahagian orang apalagi anaknya sendiri. Sama sekali saya gak minat buat merusak kebahagian orang, cukup kebahagian saya yang dirusak. Permisi" sarkastik Prilly membuat wanita bernama Fanni itu tertegun.

"Prill.." teriak Ali menarik tangan Prilly hingga kembali, "Jangan pergi." Tambahnya lirih.

"Buat apa aku disini? Memang harusnya dari awal aku sadar, bahwa tempat aku bukan disini. Sudah tidak ada yang bisa buat aku bertahan, maaf." Prilly menatap sendu setelah mengucapkan.

"Demi aku!! Kamu harus bisa bertahan demi kita, demi aku dan Aluna. Aku mohon. Aku bahkan udah janji untuk selalu bahagiakan kamu dan Aluna, aku udah janji mengangganti semua tangisanmu jadi kebahagian. Please tetap disini, kita berjuang bersama." Ali pun mengeluarkan air mata walau setetes, Prilly pun menggeleng pelan mendengar kalimatnya.

"Papih... hiks.. Papihh, Luna mau Papih.." rengek Aluna berontak, Ali maju selangkah mengambil alih Aluna dari Prilly yang masih dipeluk erat.

"Aluna butuh aku Prill, kesampingkan egoismu." lirih Ali saat Aluna sudah berada digendongannya.

"Huh.. drama apalagi ini," Fanni sinis  berusaha menutupi rasa bersalahnya walau secuil dan ia berlalu meninggalkan keluarga kecil itu.

***

Melupakan sejenak tentang pertengkaran keluarganya tadi, Ali lebih asik dengan anaknya.

"Aluna sayang Papih gak?" Ali bertanya jahil mengecup pipi aluna.

"Cayang dong, cayang Mamih juga" cerewet Aluna.

"Papih cayang Mamih cama Aluna gak?" Aluna bertanya kembali.

"Sayang banget," Ali tertawa  mengucapnya mendengar ocehan putrinya itu dengan mata yang melirik kearah Prilly yang seadari tadi memperhatikan dengan senyum tipis sangat tipis.

"Coba Aluna tanya Mamih, Mamih sayang gak ya sama Aluna? sama Papih?" ledek Ali pada Prilly yang ditatap hanya mendelik.

"Mamih cayang Aluna?" Aluna menatapnya.

"Sayang banget dong," Prilly tersenyum pada aluna setelah mengatakan, "Kalo Papih, cayangkan?" Tambahnya lagi.

"Hah.. oh, iya.." Prilly berkata dengan gugup.

"Iya apa?" Ali terkekeh geli melihat kegugupan Prilly.

"Aliii, ledek aja terus." kesal Prilly memukul pelan bahu Ali.

"Iya apa, sayang?" Ali bertanya spontan tersenyum geli.

"Ck, iya sayang Papihnya Aluna.." dengan ragu sampai Prilly salah tingkah membuat Ali tertawa puas diikuti Aluna walau ia tak tahu apa yang terjadi, dan mereka saling berpelukan saling menguatkan dan saling memberikan kasih sayang.

"ILoveyou!!"

"Loveyoumore.!!"

* * * *

Lanjut?

Ayo ketuk tanda bintang dan berikan kritik atau saran.

Foto dimulmet, foto aluna😍

Salam kiss dari keluarga pratama!!

Jakarta, 26-Maret-2018

KESALAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang