[06]

1.5K 69 1
                                    

Bagaimanapun juga, aku adalah perempuan yang membenci perpisahan. -pathdailyquote.

***

Sudah dua hari mereka berada di Paris. Perjalanan mereka tidak selalu mulus ada saja perdebatan kecil. Namun bisa diatasi.

Sekarang baik Ali maupun Prilly sedang menemani Aluna bermain dengan teman barunya, Aluna cenderung memiliki sifat seperti ibunya. Ekspresif dan Ceria. Setelah Ali dan Prilly melakukan hubungan intim mereka sangat lengket. Ali mengelus kepala Prilly dengan sayang.

"Kita ngulang masa pacaran ya?" Ali tersenyum ketika Prilly melihatnya.

"Jadi kangen." Prilly berucap dengan memeluk tubuh Ali erat. Mata Prilly tak hanya fokus pada Aluna tetapi pada tukang Ice kesukaannya.

"Ali?"

"Hm.."

"Ada tukang ice, Mauu." rengek Prilly manja membuat siapapun yang melihat terkekeh.

"Tunggu ya." Ali berlalu dan tak lama datang membawa dua ice cream berbeda varian.

"Kok dua? Aluna engga?" Prilly menyerit aneh.

"Buat kamu sama Aluna. Aku nyicip biar sweet." kekeh Ali setelah mengatakan. "Aluna juga gak abis, sayang." Tambahnya membuat Prilly mengangguk patuh.

"Aluna... sini sayang." Aluna menghampiri setelah dipanggil sang, Mamih.

"Mau?" Aluna mengangguk cepat dengan mata berbinar.

Mereka menikmati bersama, walau sedikit dengan ocehan Prilly. Namun menyenangkan.

***

Semakin hari hubungan mereka semakin Lengket dan Hurmoris tak jarang mereka membuat adik untuk Aluna. Sebulan setelah meninggalkan Paris. Ali disibukan lagi oleh kertas-kertas penting. Namun saat ini Ali sedang ada pekerjaan di London. Jadi dirumah tinggal Prilly, Aluna serta assistennya.

Seperti sekarang Ibu mertuanya datang sekadar menengok Anaknya namun tak ditemui.

"PRILLY!! Kamu jadi mantu gak becus ya." Fanni perempuan yang disebut Ibu mertuanya berkata nyaring.

"Kamu mau bikin saya bego? Minuman yang kamu buat, asin." marah Fanni melotot.

"Maaf, Mah. Prilly sedang gak enak badan." lesu Prilly dan membiarkan Anaknya bermain bersama assisten rumahnya.

"Biar saya saja Nyonya. nak Prilly sedang sakit." Ella, Pembantunya.

"Gak usah ikut campur kamu!! Sebagai mertua mau dilayani mantunya, tapi tidak becus." Lagi lagi Fanni berkata keras dan mendorong bahu Prilly hingga sedikit tersungkur.

"Prilly buatkan yang baru, Ma." Prilly berkata sangat lemah karna memang kondisinya tidak mendukung.

"Tidak. Hei, denger ya. Sebentar lagi Ali akan menikah dengan wanita pilihan saya. Jadi menyingkirlah sebelum saya bertindak." Fanni berlalu dengan mata sangat sinis.

"Sabar nak, mungkin Ibu Fanni sedang capek." Ella yang berusia lebih tua diatasnya tersenyum seolah menguatkan.

"Trimakasih, bi Ella. Tolong panggilkan Alun---."

"Ibu Prilly.. huh oh huh." teriak Desi pembantunya dengan panik.

"Kenapa Des.. jangan bikin saya khawatir."

"Anu.. Aluna.. Ibu maafkan saya, Aluna hilang." lepasnya Desi dengan mata berair.

"Astaga. Bagaimana bisa?" Prilly berteriak tak terkendali. Cobaan sedang menghampirinya. Tak bisa dipungkin air matanya jatuh lalu Prilly lari seolah mencari keberadaan Alena.

"Bu, maafkan saya. Aluna meminta susu dan saya mengambilkan setelah balik Aluna sudah hilang." Desi menangis tersedu.

"ARGGGGH. Alunaaaa!!" Prilly berkata frustasi lalu menghubungi Ali cepat.

Ali, hiks Aluna hilang.

Prilly berkata setelah mendengar nada 'Hallo'. Tak lama sambungan diputuskan setelah Ali mengucapkan akan segera terbang ke Indonesia.

"Mana Aluna?" bentak Ali pada semua assiten rumahnya. Lalu melihat Prilly yang sedang menangis, emosinya tak stabil.

"Kamu juga!! Jaga anak saja tak becus. Dimana kamu saat Aluna hilang, Hah." Ali meluapkan emosinya.

"Ali.. maaf." Prilly berkata disela isakannya.

"Maaf kamu gak bisa balikin Aluna." ucap Ali segera berlalu.

"Ali mau kemana.. aku ikut." Prilly sangat histeris. "Ya tuhan." Tambahnya lagi. Lengkap sudah penderitaan Prilly kali ini. Detik ini pandangan Prilly seketika berubah gelap.

***

'Shit!'

Ali mengumpat saat melihat Aluna sedang dibekap dengan wanita itu.

"Anjing." Ali mengampiri dengan keadaan yang berantakan setelah menyuruh semua bodygruad untuk mencari keberadaan Anaknya. Sampai ia jumpa disini.

"Lepasin anak gue." emosi Ali semakin tak terkontrol mendengar Aluna memanggilnya.

"Woaaah!! Prok.. Prok.. Prokk.. hebat sekali Husband." Kekeh wanita ular itu. As you know.

"Apa yang lo mau, Hah." Ali maju selangkah mengalahkan rasa takut saat melihat Aluna ingin dibawa.

"Sabar, boy." Keisha, tersenyum miring. "Gampang. Lo harus nikah sama gue!! dan gue balikin anak sampah lo." Tambahnya sinis.

"Bicth." Ali berkata. "Oke. Sekarang kembaliin anak gue." Ali berkata menantang.

"Gue gak sebodoh itu, myboy. Tanda tangani surat itu. Kalo mau anak lo selamat." Keisha berkata lagi dengan nada tinggi.

Entah Ali harus egois membiarkan Aluna dibawa atau berkorban membiarkan Aluna kembali lalu Ali kehilangan semuanya.

Dengan ragu, Ali menanda tangani surat itu. Karena Ali yakin akan kembali pada Prilly.

"Gut boy." Keisha tertawa sinis lalu mengembalikan Alena.

"Harus bagaimana aku, Ya Allah." Ali membatin.

"Papihh... hiks."

Ali mengendong Aluna dan membawanya pulang dengan perasaan bergemuruh.

"Aluna sayang... maafin Mamih." Pecah tangisan Prilly saat melihat putrinya berada digendongan Ali.

Ali pun segera berlalu. Sungguh ia tak bisa hidup tanpa Prilly dan Aluna tapi harus terbiasa. Dengan cara merubah sikap.

* * * *


Jakarta, 08-Aprill-2018.

KESALAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang