[07]

1.5K 71 3
                                    

Saat usahamu dinilai tidak penting, saat itu Tuhan sedang mengajarkan. Keikhlasan. -Madho.

***

Sebulan lebih Ali mendiami Prilly, namun masih bisa ditahan oleh Prilly. Tapi yang ia tak bisa tahan Ali menggugat cerai. Hanya Aluna yang bisa berkomunikasi dengan Ali.

Namun Prilly tak tahu, bahwa Ali menahan sakit dan menahan rindu. Ali tak bisa, namun apa yang boleh dibuat? Demi kebaikan mereka Ali rela berkorban. Sungguh bukan hanya Prilly yang merasakan luka namun Ali juga.

"Serius kamu mau ceraikan aku? Iya?" Prilly membentak dengan wajah sembab. Ali tak bisa melihat Prilly seperti ini.

"Aku mohon, Li. Maafin keteledoran aku dengan kehilangan Aluna kemarin. Aku akan berusaha menjadi  lebih baik. Kasih aku kesempatan. Mana semua janji palsu kamu? MANA ALI!!! kamu membohongi aku dan diri kamu. Bukannya itu seorang pecundang?" sinis Prilly dengan menekan kata akhir tanpa diketahui Ali menutup matanya tajam menahan sesak.

"Aku gak bisa. Dan... datanglah ke pernikahan aku dengan Keisha."

Jduarr!! Bagai disambar petir disiang bolong. Sangat menyakitkan Tuhan. Ali segera berlalu.

"ALI LO BRENGSEK. PENGECUT. ARGGHHHH." teriak Prilly hancur sudah pertahanannya lalu ia merobek kertas itu tak lama semuanya gelap.

***

"Eungh.."

"Mamihhh.. " Aluna berkata disela tangisan.

"Minum dulu, nak." Ella, membantunya dengan tersenyum.

"Aluna. Jangan tinggalin Mamih..." lirih Prilly memeluknya erat.

"Di makan dulu nak, habis itu minum obat." Ella berkata lagi walau tanpa diketahui Prilly itu pesan dari Ali.

"Makasih bi Ella. Prilly slalu merepotkan." Prilly tersenyum tipis dengan wajah pucat pasif.

"Selamat, nak. Kata dokter, nak Prilly sedang mengandung hampir dua bulan." Ella berbinar membuat Prilly ikut tersenyum senang lalu kembali redup.

"Aluna, main sama mbak desi dulu ya." Ella berkata pada anak majikannya. Desi, dimaafkan karena memang bukan sepenuh salahnya. Aluna mengangguk patuh lalu mengecup pipi Prilly dengan sayang.

"Sebaiknya nak Prilly harus berjuang, karena Bibi yakin kalo nak Ali masih mencintai nak Prilly namun seperti ada sebuah tuntutan yang membuatnya harus menikahi nak Keisha. Ditambah ada janin dalam perut nak Prilly membuatnya menjadi kekuatan." Ella menyemangatkan dengan tulus membuat Prilly tidak merasa sendiri dan langsung memeluknya.

"Insyaallah, Bibi dan semua assisten akan membantu. Malam ini kita harus merencanakan karena besok hari pernikahan nak Ali." Tambahnya membuat Prilly menjatuhkan air mata karena terharu.

"Trimakasi, Bi. Trimakasih. Prilly beruntung punya bi Ella."

Pagi hari Prilly mengajak Aluna ikut bersamanya menghadiri acara pernikahan Ali dan Keisha. Mereka dandan sangat cantik. Membuat yang melihatnya terkagum. Rencana dimulai.

"Saya nikahk--"

"STOP!!" teriak Prilly diikuti Alena yang sudah diajarkan sedikit.

"Ada apa ini? Tolong satpam." Fanni berteriak dengan wajah Ali datar menatap Prilly sendu.

"Tunggu."

"Ali. Kamu jahat yah!! Aku sama anak kamu ditelantarin. Kamu tau aku sedang mengandung anak keduamu. Masih kurang dengan satu istri? Iya?" teriak Prilly membuat orang sekitar menatap pengantin gagal itu horor.

"Kasian yah istri pertamanya."

"Mau aja dijadiin istri kedua malah punya buntut."

"Cantikan istri pertama, oneng suaminya."

Dan masih banyak lagi bisikan lain. Membuat Keisha gerah dan keluarganya yang sangat kaget saat mengetahui Ali beristri.

"Saya mau batalkan pernikahan ini. Saya gak mau anakku dijadikan istri kedua." Mama Keisha berkata tajam dan meninggalkan semuanya.

"Dan kau Fanni membuat keluargaku malu." Teriaknya.

"Tunggu!!! Ita.. jangan percaya omongan dia." Fanni berteriak histeris mengejar sampai mobil berukuran sedang melaju sangat cepat.

Brak!!

"Astaga." teriak Prilly menghampiri.

"MAMAA!!" Ali berlari sangat kencang menghampiri sang ibunda.

"SEMUA GARA GARA LO!!" Ali membentak Prilly didepan banyak orang.

Ali langsung membawa kerumah sakit terdekat, keadaanya kritis. Prilly masih menemani walau dengan keadaan sesak dan Aluna dibawa oleh assiten pulang kerumah setelah menangisi.

"Pak. Paisen butuh donor A." Dokter berkata sangat buru buru.

"Golongan darah saya AB. Saya akan berusaha mencari." Ali berkata lirih.

"Biar saya dok. Golongan darah saya A." Prilly maju selangkah, menatap Ali was was. "Please. Kali ini biarin aku bertanggung jawab. Setelah itu aku janji akan pergi dari hidup kamu." Tangis Prilly pecah tanpa persetujan Ali, Prilly mengikuti sang dokter.

"Maaf bu. Golongan darah anda memang cocok tapi keadaan tak memungkinkan karena anda sedang mengandung!!"

"Lakukan saja dok. Apapun yang terjadi saya siap. Kehilagan nyawa sekalipun."

"Tap--" Dokter itu berenti berucap saat mendapag pelototan dari Prilly.

"Baiklah. Bismillah."

* * * *

Kalo alurnya makin gajelas, maapin ya. Acu pucing wkwk.

Lanjut?

Jakarta, 01-June-2018.

KESALAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang