[08]

1.8K 80 2
                                    

Terkadang pergi menjadi pilihan terbaik saat dia berbahagia tanpa kehadiranku.

***

Operasi berjalan sangat lancar. Setelah usai Prilly pergi begitu saja walau kondisinya sangat lemah, namun sempat menengok mertuanya yang terbaring tak berdaya.

"Aluna.. wakeup sayang, ayo dong." Aluna merejapkan matanya lucu lalu menatap sang Ibunda.

"Mamiih.." Aluna tersenyum senang namun tak lama ia menyerit. "Kopel?" Tanyanya.

"Kita harus pindah sayang."

"Kenapa? Una mau cama Papih." Aluna mengalihkan pandangan.

"Aluna tau gak, Mbak Lala udah pulang. Katanya kangen sama Aluna lho." Prilly menyebut babysister lama Aluna yang sangat dekat dengannya maupun Anaknya.

"Benel?" Binaran Aluna terpancar dari matanya. Prilly mengangguk lalu mengendong Aluna setelah berpamitan dengan Bi Ella yang mengantarkannya begitu terpuruk.

Sementara lain, Ali menyadari apa yang sudah dilakukan. Menyakiti istrinya sama dengan menyakiti sang Mama. Lalu Ali berlari cepat kearah ruang Melati tepat dimana Prilly dirawat pasca Operasi.

"Dimana istri saya?" Bentak Ali membuat perawat itu ketakutan. "KATAKAN!!" ucap Ali lagi.

"E--eum, Paisen bernama Nyonya Prilly sudah meninggalkan tempat ini satu jam yang lalu pak." Takut takut salah berbicara suster itu menunduk takut.

"Kalian membiarkannya pergi? DIMANA OTAK KALIAN HAH. ISTRI SAYA BARU SELESAI OPERASI."

"Maafkan kami pak, tapi Nyonya Prilly mengotot untuk pulang. Dan katanya sudah berizin pada pak Ali." Suster cantik berkata pelan, "Tapi--- kondisi Nyonya Prilly sangat lemah begitupun kandungannya."

"Bodoh!!" Ali berlari kencang namun menoleh saat namanya disebut dengan teriakan seolah mengintrupsi untuk menghampiri.

"ALI!!" Wanita separuh baya yang berada dikursi roda.

"Mau kemana?" Tanya kembali.

"Prilly. Ali harus cari Prilly sebelum terlambat." Ali berkata lirih.

"Mama seperti ini, kamu lebih mentingin Prilly?" Fanni menatap Ali tajam, tak habis fikir dengan sikap anaknya.

"Mama tolong ngertiin Ali. Prilly baru saja selesai operasi dan pergi begitu saja. Kondisi Prilly sedang tidak baik mah."

"Operasi?" Fanni menatap anaknya was was. Entahlah perasaanya tiba tiba bergemuruh hebat.

"Mah. Ali menyesal bersikap gak baik sama Prilly. Prilly dengan baik hatinya mau mendonorkan darah untuk Mamah. Please, biarin Ali pergi. Kesekian kalinya Ali nyakitin Prilly. Sekarang kondisi Prilly dan anak Ali sangat lemah." Anggap saja Ali cengeng karena sudah tak kuat menjadi orang kuat.

"Anak?" Fanni mengerutkan dahinya.

"Prilly hamil." Ali tersenyum masam.

"Ya Tuhaan. Rasanya Mama jadi orang terjahat didunia ini. Pergilah. Bawa Prilly kembali, jangan khawatirkan Mama." Fanni berkata terbata karena terisak. Ali mengangguk cepat segera berlalu.

***

"Kalian semua tidak ada yang tahu? Kalian ada untuk KERJA!!" Ali terlihat begitu marah saat mengetahui Prilly tidak ada di rumahnya.

"Cari Istri saya sampai dapat!!" Bentak Ali kasar. Ali mengusap wajahnya kasar, sungguh ia menyesal. Tak lama ia merogoh ponsel.

'Pastikan. Wanita sialan itu tidak kabur.'

Tut.

Ali mematikan ponsel dan melempar sembarang arah. Namun Ali mengingat sesuatu, sedari tadi Ali tidak melihat Bik Ella dan Mbak Desi. Mereka berdua sangat dekat dengan anak dan istrinya.

"Dimana Bik ella? Desi?" Ali bertanya pada pelayan di dapur.

"Sedang keluar, Tuan."

'Shit!'

Tidak lama muncul orang yang sedari tadi dicari. Lalu Ali menghampiri dengan wajah mengintidimasi.

"Ikut saya!!!" Ali memerintah pada Desi dan Ella.

"Dari mana kalian?" Ali mentap tajam seolah haru berkata jujur.

"Mengantar Nak Prilly ke halte, Tuan Ali." Bik Ella berkata pelan.

"Katakan. Kemana tujuan istriku."

"Pu-- eum saya tidak tau tuan." Sekarang giliran Desi berkata namun kebohonganya dapat Ali rasakan.

"Mencoba bohong?" Ali tegas menatap manusia di depannya.

"Ibu Prilly pulang kerumahnya, Tuan. Itu yang saya ketahui." Desi membalas setelah beberapa menit menunduk.

"Benar, Bik Ella?" Ali lupa kalo Prilly memang punya rumah sebelum tinggal bersamanya. Bik Ella mengangguk cepat.

"Baik. kalian boleh keluar." usir Ali halus. ia memijit kening yang terasa pening.

Tbc

hehe, uda satu bulan lupa sama ini😂

KESALAHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang