6. Dibonceng Gema

84 6 2
                                    

Kesal sekaligus bingung, itulah yang di rasakan Nelvira saat ini. Hanya ada dua pilihan, di bonceng Gema atau Arie pacarnya Sifa ?, Semuanya bukan pilihan yang tepat.

"Ayo mau enggak ? Keburu gue berubah pikiran nih?" Tanya Gema sekali lagi.

"Yaudah gue sama Elo." Jawab gadis itu yang terdengar pasrah.

"Gitu dong daritadi." Sifa menepuk bahu Nelvira. Kemudian naik ke atas motor Ninjanya Arie.

"Bos, duluan yak?"

Gema yang sedang mengeluarkan motor, mengangguk. Penglihatannya beralih ke gadis itu.

"Lo pake baju yang bener dikit apa, bikini kok di pake." Sindir Gema.

"Ini baju dance, bukan bikini!" Jawab Nelvira kesal.

"Udah cepet naik, gue mau amal bensin."

Dengan kesalnya, Nelvira naik ke atas motor Ninja lelaki itu dengan kerepotan, karena jok belakangnya yang tinggi.

Kendaraan beroda dua itu melaju cepat membelah jalan raya. Bersamaan suara derum knalpot motor Gema yang menderu-deru memekakkan telinga membuat mereka menjadi pusat perhatian.

Langit seolah menyambutnya,, dibuktikan dengan jatuhnya rintik-rintik hujan, Nelvira menyukai hujan, tapi tidak untuk kali ini. Cengkraman tangan Nelvira di bahu Gema semakin erat, kala Lelaki itu menembus tiap tetesan yang turun dari langit, namun sayangnya hujan kian deras.

Gema menepikan motornya, berniat untuk meneduh sebentar.

"Hujannya deres, Lo bawa jas hujan gak?" Tanya Gema. Lelaki itu menyatukan kedua tangan, menggesekannya pelan, dia kedinginan.

Sebetulnya, Nelvira masih kesal, tapi hari ini bukan waktu yang tepat untuk menuruti egonya.

Nelvira menggeleng.

Gema berdiri di dekat tihang, menatap langit, berharap hujan reda.

Dalam beberapa menit mereka hanya terdiam, hanyut dalam pikirannya masing-masing, tidak ada yang berani untuk memulai topik pembicaraan.
Sebelum akhirnya, derum motor dari Remaja yang menepi, memecah keheningan antara mereka.

"Bro ada cewek tuh, seksi bro."

"Mirip cewek yang suka maen di club."

Walaupun samar-samar, Nelvira masih mampu menangkap apa yang dia dengar. Gadis itu menatap kedua remaja yang kini berdiri tidak jauh darinya, sudah beberapa kali tertangkap memerhatikan, disusul dengan bisik-bisik mencurigakan. Gema sendiri masih sibuk dengan ponselnya.

Salah satu dari kedua remaja tersebut, berjalan menghampiri Nelvira. Refleks gadis itu menarik sedikit roknya ke bawah, menutupi sebagian pahanya yang terlihat.

"Hai ?" Sapanya.

Nelvira menoleh, tersenyum canggung.

Lelaki tersebut menggeser tubuhnya, membuat dirinya dan Nelvira duduk berdampingan.

"Lo anggota geng Rador ya ? Yang beberapa kali kalah sama Cobam." Gema tersenyum menyeringai, ketika di lihatnya remaja tersebut memakai jaket almamater geng Rador. "Ini cewek gue, Lo deketin dia besok tinggal nama. Mau ?" Ucapnya tegas, malah terdengar seperti ancaman

Gema menarik lengan Nelvira menjauh dari cowok tersebut.

"Jangan deket-deket dia, gue takut Elo rabies." Bisik Gema tepat di telinga Nelvira.

Keduanya berdiri di dekat tihang, menatap hujan yang kian deras, disertai dengan petir.

"Jangan pegang-pegang gue, Lo sengaja ya cari-cari kesempatan!" Kata Nelvira. Gadis itu menarik tangannya.

Gema tersenyum, menampilkan deretan giginya yang putih. "Tangan Lo dingin, Lo grogi ya ?" Gema mengedipkan kedua matanya.

"Apaan sih orang enggak, ini tuh situasinya lagi hujan, wajar kalo tangan gue dingin." Nelvira menggesekannya kedua tangannya pelan.

Gema melepaskan jaket miliknya. Jaket beridentitas ketua geng Cobam pada bagian belakang. Kemudian menyampirkannya di pundak Nelvira

"Biar Lo gak kedinginan." Kata Gema. "Gue tau tadi kode kan ?"

"Gausah geer, gue gak butuh jaket Lo." Nelvira mengembalikan jaket milik Gema dengan kasar.

Lelaki itu mengangguk. "Lo mau gue peluk ?" Godanya.

Kemunculan gerombolan remaja dengan suara knalpot yang menderu-deru, membuat percakapan antara keduanya terhenti. Mereka ada 9 orang, jaket yang dipakainya sama, beridentitas geng Rador.

Lelaki berperawakan tinggi besar itu memimpin di depan, menatap tajam ke arah Gema, kemudian tersenyum menyeringai.

"Cewek Lo ?" Tanya lelaki bernama Rendi. "Selera Lo boleh juga."

"Apaan bous, ini mah chili-chili goceng."

"Seksi Mann."

"Daripada sama dia,mending temenin abang."

"Abang-abang!" Sahut salah seorang. "Abang tukang bakso kali."

Koor membahana terdengar di telinga Gadis itu, Nelvira kini menjadi objek candaan yang bersifat negatif di mulut mereka.

Gema mengepalkan tangannya. Emosinya sudah tersulut sejak tadi. Ada ekspresi kecemasan yang tergambar, bukan karena Gema takut, bukan ! Cobam sudah beberapa kali berkelahi dengan geng Rador dan hasilnya Cobam selalu menang. Yang membuat Gema cemas adalah dirinya kini bersama Nelvira, Jumlah mereka terlalu banyak, keadaan tersebut akan membuat fokusnya terpecah dalam berkelahi.

Nelvira memegang lengan Gema, gadis itu merasa takut. Kakinya sudah terasa gemetar.

Gema mengusap tangan Nelvira pelan, seolah memberi tahu gadis itu lewat gestur, bahwa dirinya akan baik-baik saja.

"Uuuhhh sosweet." Sorak dari salah seorang.

Rendi berjalan lebih dekat, membuat mereka kini berhadapan.

"Yang pulang tinggal nama, temen gue ? Apa Elo?"

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang