8. Taruhan

63 6 2
                                    

Nelvira masih belum sadarkan diri, Gema sendiri sudah diijinkan pulang oleh pihak rumah sakit, namun dia hanya meninggalkan ruangannya dan menemani Nelvira di ruang ICU.

Dilihatnya gadis itu dengan tatapan nanar. Wajahnya begitu teduh dan menenangkan, seolah dirinya sedang tidak melawan kematian, bibirnya yang memucat malah membawa kesan cantik tersendiri di wajahnya.

"Raa ?" Panggil gema. Dia duduk di dekat Nelvira berbaring. Tangan Nelvira begitu dingin, Gema menempelkan tangan Gadis itu ke pipi kanannya. Harum, ketika tak sengaja tercium aroma wangi dari tangan Nelvira.

Gema menemani Nelvira bukan karena dirinya suka pada gadis itu, tak semudah itu membuat Gema menyukai seseorang. hanya saja kemarin Gema sudah bertemu Ayas selaku abangnya Nelvira, Ayas banyak bercerita tentang Dia dan Nelvira yang ternyata sudah yatim piatu, Ayas yang sibuk bekerja berpesan pada Gema untuk menjaga Nelvira sementara waktu. Gema hanya merasa bersalah, kemudian perasaan tersebut berubah menjadi rasa kasihan.

Kelopak mata Nelvira mengerjap perlahan-lahan, hingga akhirnya gradasi yang semula blur kini terlihat jelas. Kepalanya yang di perban masih sangat terasa sakit. Ketika dirasakannya tangan kanan di pegang oleh seorang cowok, Nelvira langsung menarik tangannya. Menarik tubuhnya ke ujung untuk menjaga jarak membuat Gema menoleh.

"Santai." Ujar Gema. Dia berjalan keluar.

Beberapa menit kemudian datanglah dokter dan beberapa suster. Mereka memeriksa keadaan Nelvira. Dokter tersebut menjelaskan bahwa keadaan Nelvira sudah membaik, satu atau dua hari lagi sudah boleh pulang. Lalu memberikan resep obat yang harus ditebus pada Gema.

"Lo ngapain disini ?" Tanya Nelvira setelah kepergian dokter.

"Gue juga pasien, cuman udah sembuh sih." Katanya. " Tapi gue di suruh abang Lo buat nemenin Lo disini." Ujung sudut bibir Gema terangkat, membuat wajahnya yang manis menjadi kian manis.

Nelvira mengernyit, darimana Gema tau bahwa Nelvira mempunyai kakak.

"Sok kenal Lo, abang gue kenal sama Elo aja enggak."

Kemunculan Indrie, lintang, dan Sifa membuat percakapan terhenti. Mereka masih mengenakan atribut sekolah. Ketiganya langsung memeluk Nelvira khawatir.

"Gimana keadaan Lo Raa ?" Tanya Sifa yang kini duduk di tepi ranjang.

Gema keluar ruangan, memberi ruang untuk mereka saling mengobrol.

"Udah mendingan kok." Jawab Nelvira.

"Gila, Gema ganteng banget sih." Ucap Indri kagum. "Kata Sifa kemaren Lo boncengan yak sama Gema ? Ciiee-ciie tanda-tanda move on Lo sukses tuh raa." Indri menyikut lengan Nelvira.

"Apaan sih Lo, sakit tau."

"Bentar lagi Nelvira taken nih, jadi spesies jomblo tinggal Lo doang ndrie" kata lintang

"Jomblo kok teriak jomblo." Delik Indrie sebal. "Tapi tadi gue liat berita katanya Justin Bieber udah putus sama pacarnya, jangan-jangan dia pilih gue." Katanya.

"Stop ndrie, berhenti ngayal." Sifa mengangkat tangan kanannya. "Yang di bilang sama Lintang itu bener, soalnya Lintang udah jadian sama Ronal, tinggal Lo berdua yang belum punya cowok, mangkanya cepet nyari." Jelas Sifa.

"Jadi kita bisa Double date." Teriak Lintang antusias.

"Yeeyyy." Sifa yang tak kalah sumringah melompat-lompat bersama dengan Indrie.

"Serius Lo Tang pacaran sama Ronal ? Lo gak mikir-mikir dulu buat jadian sama dia ? Itu cowok seminggu sekali ganti cewek dan Lo adalah cewek kesepuluh entah kedua puluhnya Ronal yang bakalan jadi korban yang sama kaya cewek-cewek lain." Nada suara Nelvira terdengar khawatir, dia takut sahabatnya bernasib sama seperti cewek-cewek lainnya.

"Temen gue cowok baik-baik." Ucap Gema. Gema sedari tadi menguping dari luar, dia penasaran, apa yang akan di obrolkan perempuan ketika sedang berkumpul. Lelaki itu berjalan mendekat. "Berhenti ngambil kesimpulan hanya karena Lo liat Ronal cuma dari satu sisi." Gema duduk di tepi ranjang.

"Orang Lo temennya, jelas lah bakalan belain, temen Lo tuh emang bukan cowok baik-baik." kata Nelvira.

"Elo mau gue ngapain biar Lo percaya kalo temen gue cowok baik-baik ?" Tanya Gema.

"Taruhan." Ucap sifa antusias.

"Taruhan ?" Kata Gema, nampak menimbang-nimbang tawaran Sifa. "Boleh juga." Sambungnya.

"Taruhan apaan sih ? Gue gak mau." Kata Nelvira.

"Terima aja Ra, gue yakin Lo bakalan menang, Bentar lagi juga palingan si Lintang bakalan jomblo sama kayak kita." bisik Indrie.

"Enggak mau !" Jawab Nelvira keras.

"Kenapa Lo ? takut kalo gue menang?" Tanya Gema. "Mangkanya jangan nuduh orang yang enggak-enggak." Sambungnya.

"Orang gue ngomong sesuai fakta, si Ronal emang playboy, Lo liat aja kelakuan dia, Bentar lagi omongan gue bakalan terbukti." Nelvira sangat yakin dengan ucapannya, tipe-tipe seperti Ronal mudah sekali di tebak.

"Yaudah kalo gitu Lo terima dong tantangannya Gema." Kata Lintang.

"Terima terima terima." Teriak ketiga gadis itu serempak.

Nelvira nampak menimbang-nimbang, sebelum akhirnya dia mengambil keputusan. "Oke gue terima." Kata Nelvira mantap.

"Kalo misalnya Gue kalah, Lo semua bisa minta apa aja yang Lo mau, gue bakalan turutin semua." Gema memberi jeda. "Tapi kalo misalnya Elo yang kalah, Lo harus nurutin apa gue mau?" Gema menunjuk ke arah Nelvira.

Nelvira yang tidak terima langsung angkat suara. "Kok gitu sih ? Kok cuma gue doang yang harus nurutin apa kata Lo?" Tanyanya.

"Dari awal'kan Lo yang gak percaya sama kata-kata gue."

"Enggak, ini gak adil." Bantahnya.

"Gak adil gimana ? Tadi kan Lo yang bilang sendiri kalo Lo yakin bakalan menang, kalo Lo menang Lo bisa minta apa aja sama gue, traktir makan, belanja, kalo perlu mobil juga bisa." Kata Gema.

"Raa lumayan Raa mobil, biar Lo gak terus-terusan nebeng sama gue." Kata Sifa berbisik. Nelvira membalas dengan tatapan tajam.

"Gue juga pengen ganti hp nih Raa."

"Gimana ?" Tanya Gema sekali lagi untuk memastikan.

Nelvira menjadi tidak yakin, dia takut kalah dan harus menuruti apa yang Gema mau. Tapi kalau dilihat dari pribadi Ronal sendiri, perkataan Nelvira sepenuhnya benar.

"Oke, deal." Nelvira menjabat tangan Gema.

GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang