Jaka Sableng: Dar, atap kamar gue bocor coba.
Jaka Sableng: tukang perbaiki dmn dar? Masa gue lg ngorok tb2 ada air masuk ke mulut gue
Jaka Sableng: woy BURUNG DARA!Dara menggeliat dalam tidurnya. Tangan kanannya meraba nakas, mengambil benda yang sedari tadi bergetar. Layar ponselnya menunjukkan pukul 05.43 beserta rentetan chat unfaedah dari tetangganya itu.
Dara Berliana: Jaka plis, msh subuh, brsk.
Dara meletakan kembali ponselnya di atas nakas. Kemudian meraih boneka beruang coklat untuk ia peluk. Baru saja ia akan terlelap, ponselnya kembali bergetar dengan getaran yang lama.
Dara berdecak, mengambil kembali ponselnya dan menggeser icon berwarna hijau dan meletakkan ponselnya di telinga dengan mata yang masih terpejam.
"Burung Dara! Bangun lo! Temanin gue lari, kuy! Kuy!" Suara di sebrang telepon yang terdengar memaksa membuat Dara tidak bergeming dalam tidur ayamnya.
"DARA! BANGUUUUNNNN!!!"
Dara berdecak, memilih mematikan panggilan itu daripada menggubrisnya. Kemudian Dara kembali melanjutkan tidurnya.
Namun, sepertinya takdir berkehendak lain. Dara tidak diizinkan kembali tidur, karena si pengganggu kini sudah kembali menjalankan aksinya untuk membuat Dara bangun. Dara menenggelamkan wajahnya di atas bantal, merasakan kasurnya bergoyang-goyang karena si pengganggu asik meloncat di atasnya.
Melihat respon Dara, pengganggu itu kemudian berhenti meloncat. Ia berbaring tengkurap menghadap badan Dara.
"Bangun, Dar. Kebo banget lu!" Ucapnya sambil menepuk-nepuk kepala Dara pelan.
Alih-alih bangun, Dara semakin mengantuk akibat perlakuan tersebut. "Ngantuk, Jak, masih pagi ini."
Jaka berdecak, beralih mengusap lembut rambut Dara dan membalikkan tubuh perempuan itu. "Begadang lo? Ngapain?" tanya Jaka memerhatikan kantung mata Dara yang terlihat gelap daripada warna asli kulit wajahnya.
"Video call sama Dariel?" Sebelum Dara menjawab, Jaka terlebih dahulu menyeletuk. Laki-laki itu berdecak pelan penuh kekesalan.
Dara membuka kelopak matanya. "Kalo iya, kenapa?" tanya Dara dengan suara serak khas bangun tidur.
Jaka mengubah posisi menjadi duduk dengan bersandar pada kepala ranjang. Tangannya terulur untuk mengambil ponsel Dara dan memainkannya.
"Lo kepoin IG gue, Dar?" Nada jahil tercetak jelas saat Jaka berucap.
Dara merutuk dirinya. Ia lupa mengeluarkan search IG nya. "Kepencet," kilah Dara dengan ketus.
Dara memerhatikan wajah masam Jaka. Beberapa detik kemudian, ponsel Dara sudah dikembalikkan Jaka bersamaan dengan laki-laki itu beranjak dari tempat tidur.
"Pacar lo nelpon." Setelahnya, Jaka keluar dari kamar Dara.
Dara terkekeh kecil sambil menggelengkan kepala. "Jaka... Jaka..."
🌹🌹🌹
"AYO DARIEL, BISA! BISA!" Dara berteriak menyoraki Dariel yang saat ini sedang menggiring bola ke arah gawang lawan. Tentunya tidak mudah, ada dua orang pemain lawan yang mencoba merebut bola itu.
Jaka memasang wajah malas. Ia memainkan ponsel untuk mengurangi kekesalannya. "Alay banget lu, brisik." Jaka berucap ketus.
Dara menoyor kening Jaka hingga kepala laki-laki itu terdorong ke belakang diikuti decakan dari Jaka. "Suka-suka gue lah. Lo balik sono, udah sore."
"Mal--"
"GOLLL!! DARIEL, I LOVE YOU!"
Dara meloncat-loncat kegirangan saat pacarnya itu berhasil mencetak gol. Terkesan lebay bin alay, tapi Dara tidak peduli. Dara melambai-lambai saat Dariel berjalan sambil melihat ke arahnya.
"Alay."
Dara hanya memeletkan lidah ke arah Jaka yang sudah bete maksimal.
"Dar, temenin gue beli minum, kuy!" Jaka sudah berdiri, menunggu jawaban Dara.
Tanpa melihat Jaka, Dara menjawab cepat. "Nggak, pergi aja sendiri."
Jaka menyentil dahi Dara sebelum pergi, meninggalkan ringisan perempuan itu.
Sepuluh menit berlalu, Dara mengalihkan pandangan dari lapangan. Ia memerhatikan sekeliling, mencari bocah menyebalkan yang sampai saat ini belum balik dari membeli air tadi.
"Mana sih?" Dara bergumam. Lalu, kedua matanya menangkap siluet Jaka yang sedang tertawa bersama seorang perempuan yang memakai baju berwarna maroon dengan celana jeans.
Melihat itu, Dara terkekeh kecil.
"Keren, nggak?" Suara bass itu membuat Dara membuang pandangan dari wajah Jaka. Menemukan Dariel dengan seragam futsal yang basah akan keringat.
Dara mengulurkan air mineral dan selembar sapu tangan pada Dariel. "Nggak, kurang lo nyetaknya." Dara menjawab.
Dariel menggeleng-gelengkan kepala, menyudahi acara meminumnya. "Dua aja udah lumayan, Dar. Sedangkan tim lawan masih nol."
"Iyadeh iya."
Dariel tersenyun gemas, menarik Dara menuju dadanya yang tertutupi baju yang basah. Dara memukul lengan Dariel dengan kencang, sambil menjauhkan wajah.
"Bau, El." Dara mencebikkan bibir, menjelit hidung dengan jari-jarinya.
"Halah, tapi lo suka juga nempel-nempel sama gue," kata Dariel sambil terkekeh.
Dara hanya terkekeh pelan.
"Dar, gue balik ya," suara dari belakang tubuh Dara membuat perempuan itu membalikkan badan, ada Jaka dan perempuan yang tadi bersamanya.
Dara melirik pegangan tangan antara Jaka dan perempuan itu, lalu ia mengangguk. "Yaudah, balik sono lu, jangan keluyuran."
Jaka tersenyum, melirik Dariel sejenak, kemudian pergi bersama perempuan itu.
Dariel menepuk-nepuk puncak kepala Dara. "Gue lanjut main ya, semangatin dong!"
"Semangat, Sayang!" Dara malah tertawa, disambung dengan Dariel. Pasalnya, panggilan itu dalam hubungan mereka dapat dihitung dengan jari.
Baik Dara maupun Dariel, tidak masalah tidak ada panggilan sayang. Yang terpenting mereka hanya butuh kasih sayang yang benar-benar nyata, bukan sekedar ucapan.
Sesuai janji, update lagi! Semoga suka, Aamiin! Maaf kalau pendek.
10+vomments, langsung lanjut!❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaka & Dara
Teen FictionMau bagaimanapun, Dara Berliana tidak akan pernah bisa Jaka miliki. Perempuan yang lebih tua dua tahun darinya itu akan selalu menganggap dirinya sebagai 'adik'. Padahal Jaka paling benci dengan panggilan itu. Bagi Jaka, Dara adalah pusat dunianya...