Di suatu malam, saat Jaka menatap Dara dengan gemas.
🌹🌹🌹Langit mendung. Hal itu awalnya membuat Jaka sangat malas untuk bangun dari tidur nyenyaknya untuk pergi ke sekolah. Dipicu dengan udara yang dingin, semakin membuatnya terlelap dalam mimpi indah yang ia alami. Sebelum, suara Bunga berhasil membuat Jaka terduduk dengan wajah sebal sekaligus ngantuk.
"JAKA! Nggak bangun lagi mama sunat kamu dua kali, ya!" Bunga datang, dengan sebuah spatula di tangan kanannya. Perempuan itu berkacak pinggang, memerhatikan anak semata wayangnya yang kini sedang menggeliat kembali di atas kasur.
Bunga berdecak, melangkah mendekat ke arah Jaka dengan wajah sebal. Suara ringisan Jaka menjadi irama tarikan pada kuping telinganya. Jaka yakin, tarikan Bunga di telinganya pasti membekas.
"Iya, Ma, aduh duh, lepas dong." Jaka meringis sambil mengusap kedua telinganya yang terasa panas habis tarikan pedas dari Bunga.
"Mandi sana, Dara udah nunggu kamu dari tadi tuh," ucap Bunga yang seketika membuat kedua mata Jaka yang semula masih mengantuk kini terbuka lebar.
Tanpa basa basi, Jaka langsung berlari masuk ke dalam kamar mandi yang terletak di pojok kamarnya, meninggalkan Bunga yang meringis seraya menggelengkan kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.
🌹🌹🌹
Jaka merangkul Dara sepanjang koridor sejak mereka sudah keluar dari parkiran. Sesekali keduanya tertawa karena lelucon garing Jaka.
"Dar, ntar pas lo udah nikah lo mau punya anak, nggak?" Celetuk Jaka di saat keduanya melintasi koridor yang agak padat oleh murid-murid SMA Kharisma.
Dara mengerutkan dahi, sedikit heran dengan pertanyaan Jaka kali ini. Siapa coba yang tidak mau punya anak setelah menikah? Bukankah itu keinganan dari setiap pasangan suami istri?
"Ya maulah. Siapa coba yang nggak mau," jawab Dara dengan sedikit sebal.
Jaka terkekeh, menahan senyumannya setelah kekehan itu berakhir. "Semoga nanti anak lo jadi anak yang pintar, baik, nggak bandel ya,"
Dara semakin dibuat bingung, tapi ia tetap mengangguk mengamini ucapan Jaka.
"Dan hormat sama kita berdua nantinya," lanjut Jaka sambil menaiki turunkan kedua alisnya secara bergantian.
Gemas, Dara menepuk pipi Jaka kencang dan menjauh dari jangkauan laki-laki yang sedang tertawa puas itu.
"Belajar yang bener, Calon Masa Depan!" Jaka menyeru saat Dara akan menaiki tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaka & Dara
Roman pour AdolescentsMau bagaimanapun, Dara Berliana tidak akan pernah bisa Jaka miliki. Perempuan yang lebih tua dua tahun darinya itu akan selalu menganggap dirinya sebagai 'adik'. Padahal Jaka paling benci dengan panggilan itu. Bagi Jaka, Dara adalah pusat dunianya...