Haruuuuuummmmmm!- Jaka
🌹🌹🌹🌹Seruan penuh kegembiraan terdengar menggema saat bel yang menandakan bahwa waktu seluruh pelajaran pada hari kamis telah usai. Setelah guru-guru yang mengajar pada setiap kelas keluar, barulah para murid langsung berhamburan keluar kelas untuk segera pulang ke rumah.
Jaka mendudukan bokongnya di atas meja, menunggu Shaira membereskan buku-bukunya. Laki-laki itu merogoh saku celananya, mengambil kertas milik Shaira yang sempat terjatuh tadi pagi.
"Yuk, Jak." Shaira berdiri di hadapan Jaka dengan kedua tangannya yang memegang beberapa buku yang cukup tebal.
Jaka turun dari meja, meraih buku-buku Shaira untuk ia ambil alih. Shaira terkesiap, hendak melontarkan penolakkan, tapi Jaka lebih dulu menyela sambil mengulurkan kertas yang tidak asing baginya. "Tadi pagi kertas lo jatuh. Nih ambil."
Dengan cepat Shaira mengambilnya, gelagatnya ia sedang gugup. "Mmm ... lo nggak baca kan isinya?" tanya Shaira, penuh harap atas jawaban tidak dari Jaka.
Jaka menggeleng sembari tersenyum kecil. "Niatnya sih gitu, hehe. Tapi nggak gue lihat kok isinya, emang penting banget apa?" Mata Jaka memicing, sedikit penasaran.
Shaira segera tersenyum lebar, menggeleng. "Bukan apa-apa sih. Yaudah yuk, nanti kesorean."
Lalu keduanya melangkah keluar beriringan menuju parkiran dengan diselingi lelucon Jaka yang garing.
"Lampu-lampu apa yang kalau dipecahin keluar orang, Sha?" Jaka mengeluarkan kembali jokes-nya.
Shaira nampak berpikir, bingung sekaligus geli. Laki-laki seperti Jaka banyak sekali teka-tekinya. "Mmm ... lampu aladin?" Shaira menebak asal.
Jaka tertawa geli seraya menggeleng. "Itu jin kali Sha, bukan orang."
Shaira menyengir, lalu kembali berpikir. Jaka menahan tawa gelinya melihat Shaira.
Cukup lama, Shaira mendesah sebal. "Nggak tau ah. Emang apaan? Jangan ngaur lagi jawabannya."
Sambil menahan tawa, Jaka menjawab. "Lampu tetangga."
Shaira melongo, "hah?"
Jaka mengangguk sembari terkekeh geli. "Iya, coba kalau lo mecahin lampu tetangga lo, keluar nggak orangnya ntar?" Jaka menaik-turunkan alisnya secara bergantian.
Mengerang sebal, Shaira memukul lengan Jaka hingga laki-laki itu menyemburkan tawanya.
Tawa Jaka seketika terhenti saat keduanya menangkap seorang perempuan berambut pendek sedang berdiri di samping motornya. Wajah perempuan itu terlihat bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaka & Dara
Novela JuvenilMau bagaimanapun, Dara Berliana tidak akan pernah bisa Jaka miliki. Perempuan yang lebih tua dua tahun darinya itu akan selalu menganggap dirinya sebagai 'adik'. Padahal Jaka paling benci dengan panggilan itu. Bagi Jaka, Dara adalah pusat dunianya...