Jaka memerhatikan tubuh seseorang yang sangat mirip dengannya. Jaka memajukan tubuhnya, meneliti wajahnya.
"Anjir! Jerawat gue!" Jaka meringis merasakan nyut-nyut di bagian hidung mancungnya. Tonjolan kecil berwarna pink itu membuat Jaka berdecak kesal.
Dengan perasaan dongkol, Jaka mengambik tas hitamnya kemudian membawa tas itu dan ia melangkah keluar dari kamarnya. Jaka menghampiri perempuan yang sedang menyiram bunga di halaman rumahnya.
"Ma, Jaka berangkat ya. Assalamualaikum." Setelah mencium punggung tangan Bunga, mamanya, Jaka mengecup pipi Bunga dan beralih menuju parkiran mengambil motor maticnya.
Jaka membawa motornya menuju rumah yang berada tepat di depan rumahnya. Kemudian ia menekan klakson motornya berkali-kali.
"IYA SABAR!"
Jaka terkekeh geli mendengar teriakan itu. Tidak lama kemudian, sosok perempuan berambut pendek dengan seragam khas SMA berlari kecil dengan selembar roti di genggamannya.
Jaka menyodorkan helm berwarna coklat muda pada perempuan itu. Setelah helm terpakai, alih-alih perempuan itu naik ke jok belakang motor Jaka, melainkan menatap wajah Jaka dengan lamat-lamat.
Mendengus kesal, Jaka menatap malas perempuan yang tertawa lebar di hadapannya itu. "Jangan ketawa, Dar. Cepetan naik!"
Dara mengusap air matanya yang keluar sedikit dengan dasi yang ia pakai. Ia mengikuti instruksi Jaka untuk segera naik ke atas motor. "Anjir, jerawat lo, Jak. Asli muka lo..." Dara melanjutkan tawanya saat Jaka sudah mengendarai motornya.
Di balik helmnya, Jaka memutar mata malas. "Puas lo? Gara-gara lo nih segala nyuruh gue pake masker, gini jadinya!" Gerutu Jaka dengan perasaan kesal.
Dara terkekeh geli. "Sori-sori, tapi sumpah Jak, muka lo jadi lebih cute."
Bukannya senang, Jaka malah mendengus dan mencibir. "Cute pala lo peyang!"
🌹🌹🌹
"Sit, pinjam pr lo dong!" Jaka menepuk bahu Sita, tidak lupa dengan kedipan matanya yang membuat Sita gelapan dan tidak memerlukan waktu lama untuk menyerahkan buku tugasnya pada Jaka.
Jaka tersenyum puas. "Makasih, Sit. Terbaik deh lo!"
Setelah mendapat apa yang ia mau, Jaka segera menyalin jawaban Sita. Terhitung bel masuk berbunyi lima menit lagi.
Disaat Jaka fokus menyalin jawaban Sita, buku Sita sudah melayang entah kemana. Jaka mendongak, menatap malam pada pelaku yang telah mengambil buku Sita.
"Balikin, Put. Udah mau masuk nih!" Jaka melotot kesal saat Putri mengembalikkan buku Sita ke pemiliknya.
Putri kembali ke hadapan Jaka. "Liat punyaku aja ya, Jak." Kemudian Putri mengulurkan buku dengan sampul coklat ke hadapan Jaka.
Bukannya Jaka meragukan kepintaran Putri, perempuan itu justru menjadi juara kelas selama tiga tahun berturut-turut. Namun, Jaka menggeleng. Ia tidak mau semakin berhutang banyak pada Putri.
"Nggak usah, Put. Lo balik ke bangku lo sana, udah mau bel." Jaka menunjuk tenpat duduk Putri dengan dagunya.
Putri memanyunkan bibirnya, tidak membantah ucapan Jaka dan segera duduk di tempat duduknya.
"Rejeki lo, Jak, lo nolak dia." Bisikan itu membuat Jaka mendengus. Ia mendorong wajah Bani yang semula sangat dekat dengan telinganya.
Putri Safira, tidak diragukan lagi kepintaran dan wajah cantiknya. Perempuan itu sudah menyukai Jaka sejak pertama kali Jaka masuk ke sekolah ini. Namun, percuma, karena Jaka sudah memusatkan seluruh hatinya pada perempuan yang sama sekali tidak ada cantik-cantiknya.
"Kalo lo mau, ambil noh, gratis." Jaka berucap pelan karena guru yang mengajar pelajaran pertama sudah datang.
"Gratis-gratis, anak orang itu, Jak. Btw, jerawat lo ucul, Jak." Bani terkekeh geli melihat tonjolan pink di hidung Jaka.
Jaka menunjukkan kepalan tangannya di hadapan Bani, membuat kekehan laki-laki itu terhenti seketika.
"Ngomong gitu lagi, gue gorok leher lu!"
🌹🌹🌹
Jaka menatap perempuan yang sedang tertawa lebar dari jarak yang lumayan jauh. Di samping perempuan itu ada seorang laki-laki yang tidak asing lagi di mata Jaka.
Saat bola mata coklat gelap perempuan itu bertemu pandang dengan Jaka, barulah perempuan itu menghampiri Jaka meninggalkan laki-laki yang sedari tadi berbicara dengannya.
"Udah balik lo, Dek? Bukannya lo les?" Dara langsung bertanya saat sudah tiba di depan Jaka.
Mendengar panggilan Dara, Jaka berdecak kesal. "Dek, dek, emang gue adek lo? Males les."
Dara terkekeh geli. "Lo kan emang adek gue. Celana lo aja masih biru," ucap Dara lalu memeletkan lidahnya ke arah Jaka.
Jaka menurunkan pandangannya. Menatap seragam yang ia pakai. Logo yang berada di saku baju putihnya berwarna kuning dan celana biru donker. Berbeda dengan Dara, perempuan itu memakai seragam dengan rok abu-abu di bawah lutut.
"Dar," Dara menoleh ke samping, menemukan Dariel, laki-laki yang tadi bersamanya.
"Jadi ke toko buku?" Lanjut Dariel bertanya. Respon Dara berupa anggukan.
Dara beralih menatap Jaka yang sudah memasang wajah bete. "Sori, Jak, gue mau mampir ke toko buku dulu. Lo balik hati-hati ya." Dara menepuk-nepuk bahu Jaka yang setara dengan tingginya.
Jaka membuang wajah, kemudian naik ke atas motornya tanpa merespon ucapan Dara.
Dara menghela napas menatap punggung Jaka yang perlahan menghilang dari pandangan. Ia mengulas senyum tipis.
"Si Jaka nggak apa-apa?" Dariel yang memang mengetahui rahasia Dara langsung menyuarakan pertanyaannya.
Dara mengedikkan bahunya. "Lo bisa nebak sendiri."
"Yaudah, yuk pergi. Keburu sore, gue ada futsal."
Dara mengikuti langkah Dariel menuju parkiran motor.
How's?
Jangan lupa comment dan vote ya. 10+ vomments langsung update! Makasii❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaka & Dara
Genç KurguMau bagaimanapun, Dara Berliana tidak akan pernah bisa Jaka miliki. Perempuan yang lebih tua dua tahun darinya itu akan selalu menganggap dirinya sebagai 'adik'. Padahal Jaka paling benci dengan panggilan itu. Bagi Jaka, Dara adalah pusat dunianya...