Prolog - Childhood

357 17 0
                                    

Percobaan Devil yang pertama. Semoga ramuan-ramuannya nggak salah dan ngerusak ketel hehehe.

Mohon bantuannya para senior-senior Devil. Kalo nggak mau bantu ntar Devil sihir jadi nenek peyot huahahahaha.

Happy Reading~

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

10 tahun yang lalu

Tawa anak kecil terdengar merdu. 2 Anak kecil saling mengejar di halaman belakang rumah. Di wajah malaikat mereka terukir senyum polos. Berlarian tak kenal lelah.

"Ethan! Kejar aku kalau kamu bisa! Hahaha!" sahut anak perempuan itu.

"Tentu saja aku bisa Emma!" jawab anak laki-laki yang bernama Ethan, "hap! Kena deh!"

Ethan akhirnya berhasil juga menangkap Emma. Mereka duduk di rerumputan sambil tertawa bahagia.

"Ethan, kamu tau? Papaku baru aja pulang dari Amerika. Dia beliin aku oleh-oleh banyaaak banget. Tapi aku paling suka sama 1 barang. Kamu mau liat nggak?" kata Emma setelah tawa mereka reda. Ethan menganggukan kepala dengan semangat.

Mereka langsung berdiri dan berjalan beriringan masuk ke dalam kamar Emma yang berada di lantai 2 rumah itu. Warna merah jambu dan ungu menghiasi kamar tersebut. Khas anak perempuan. Apalagi dengan boneka teddy bear dan barbie di penjuru ruangan. Ethan dan Emma langsung menuju jendela di kamar itu.

"Ini nih oleh-oleh dari Papaku," pamer Emma dengan bangga.

"Itu apa, Em?" tanya Ethan dengan muka kebingungan.

Jelas saja karena itu kali pertama Ethan melihat benda itu. Benda seperti gantungan itu berayun pelan di jendela kamar Emma. Mengikuti arah angin yang berhembus. Benda bulat dengan banyak tali merah melintang teratur di tengah-tengah bulatan itu. Di bawahnya menjuntai tali dengan bulu-bulu beraneka warna. Dihiasi dengan manik-manik berbagai bentuk. Menambah keunikan dan keindahan benda itu. Tapi tetap saja Ethan tidak mengerti benda apa itu.

"Kata Papa, ini namanya Dreamcatcher. Asli dari Amerika," kata Emma.

"Ha? Aku masih nggak ngerti."

"Ini tu gantungan ajaib. Dulu banget ada spider woman namanya Asibikaashi. Dia sukanya ngerawat sama ngejaga anak-anak di sukunya. Tapi, lama kelamaan sukunya makin luas. Otomatis Asibikaashi susah kalo mau ngerawat semua anak di sukunya. Akhirnya para ibu dan nenek di suku itu bikinin Dreamcatcher buat anak-anaknya. Katanya Dreamcatcher ini bisa menyaring mimpi-mimpi kita. Yang mimpi indah lolos tapi yang mimpi buruk nyangkut di sini dan bakal hilang kalo matahari terbit. Keren ya?" jelas Emma disertai senyum manisnya. Emma memang terkenal pintar dan memiliki daya ingat juga daya tangkap yang lebih cepat dari anak-anak biasanya.

"Wah, keren banget. Aku juga mau." sahut Ethan terpukau.

"Besok aku bilangin Papaku deh. Biar besok kalo pulang dibeliin buat kamu."

"Tapi aku nggak mau yang warna pink atau ungu. Norak!"

"Ih, kok kamu gitu. Yaudah nggak aku mintain ke Papaku."

"Aku bisa bilang sendiri ke Om Steve ye." ujar Ethan sambil menjulurkan lidahnya dan berlari meninggalkan Emma.

"Ethan nyebelin!!" teriak Emma sambil mengejar Ethan.

Dan kejar-kejaran merekapun berlanjut.

***

"Nggak! Aku nggak mau! Aku mau di sini aja sama Ethan!" raung Emma.

"Nggak bisa Emma sayang. Emma harus ikut mama. Nggak enak ntar sama Ethan kamu gangguin terus," bujuk Tante Vienna lembut.

"EMMA NGGAK MAU MA! EMMA MAU TINGGAL DI SINI! EMMA NGGAK MAU IKUT MAMA!" jerit Emma dengan muka merah dan beruraian air mata. Emmapun berlari dan mengurung diri di dalam kamarnya.

Ethan hanya bisa mematung melihat bujukan Tante Vienna dan penolakan Emma. Entah angin apa yang membuat Tante Vienna tiba-tiba membujuk Emma pergi dari rumah ini saat ia baru saja sampai. Ethan dan Emma yang sedang bermain monopoli, harus terhenti ketika Tante Vienna langsung mendekati Emma. Muka Tante Vienna seperti ditekuk-tekuk dan menahan air mata. Ia mengajak Emma keluar dari rumah ini dan pindah ke luar negeri. Tentu saja Emma menolak mentah-mentah. Karena sebenarnya Emma lebih dekat dengan papanya, Om Steve.

Sebenarnya keluarga Emma tidak begitu harmonis. Om Steve yang bekerja di Amerika jarang pulang. Paling-paling hanya sebulan sekali. Dan itu saja mungkin hanya 3 hari. Setelah itu ia harus kembali ke Amerika dan mengurus perusahaannya di sana. Sedangkan Tante Vienna sering berada di luar rumah. Entah mengurus butiknya, arisan, atau shopping dengan teman-temannya. Emma di rumah hanya sama Bi Inah, pembantu yang setia di rumah itu.

Berbeda dengan Ethan. Keluarga Ethan sangat harmonis dan ramai. Papa Ethan, sahabat Om Steve memiliki kepribadian kocak dan humoris. Ditambah lagi Mama Ethan yang terbuka dan suka berbicara namun lembut. Dan semua kepribadian mereka menurun pada dua anaknya, Edwin dan Ethan. Ethan yang memang seumuran dengan Emma, sering ke rumah Emma atau sebaliknya untuk bermain bersama. Apalagi rumah mereka hanya bersebelahan. Memudahkan mereka untuk bersama.

Tante Vienna yang hendak menangis, harus menahannya lebih lama karena melihat Ethan yang masih mematung di tempatnya. Muka Tante Vienna lebih mendung dari yang tadi. Membuat Ethan agak ketakutan dan menundukkan kepalanya.

"Ethan, maaf ya nggak bisa main sama Emma lagi gara-gara Tante. Ethan mending pulang ya. Nanti dicariin Mama kamu," kata Tante Vienna pelan.

"I... iya Tante. Ethan pulang dulu," jawab Ethan masih menundukkan kepalanya dan segera berjalan cepat. Takut kalo ada hal-hal yang tidak diinginkan kalo lama-lama di dekat Tante Vienna.

***

Tak lama dari kejadian itu, Emma datang ke rumah Ethan dan mengetuk pintu kamar Ethan. Ethan yang sedang bermain komputer tidak langsung membukanya. Hingga ketukan ketigapun Ethan tidak mendengarnya. Akhirnya suara ketukan itu berhenti.

Ketika akan makan malam, Ethan baru keluar kamar. Ketika membuka pintu, sebuah benda jatuh di depan pintunya. Tenyata benda itu adalah Dreamcatcher Emma. Dreamcatcher yang selalu ia bangga-banggakan di depan semua anak. Dreamcatcher pemberian Papanya. Pemberian yang tanpa Emma sadari pemberian Papanya yang terakhir. Ethan memungut Dreamcatcher itu. Ternyata sebuah surat berwarna merah jambu menempel di Dreamcatcher itu. Ethan kembali masuk dan membaca surat Emma.

Surat pendek dengan tulisan indah seorang Emma. Surat perpisahan dari sahabatnya. Entah Emma akan kembali kapan. Atau mungkin Emma tak akan kembali. Ethan tidak yakin. Malam itu Ethan hanya bisa menangisi kepergian sahabat pertamanya hingga terbuai indahnya malam.

***

Huaaaaa pendek bangett. Devil bikin di gadget jadi kalo kependekan, maaf! Semoga seneng dengan percobaan Devil yang baru.

DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang