Sekarang
Ethan's POV
"ETHAN! BANGUN! NTAR DIAMUK SENIOR GALAK! NIAT MOS NGGAK?!"
Ugh, siapa yang ngeganggu acara tidurku?
"ETHAN ANAK MAMA YANG GANTENGNYA NGGAK KETULUNGAN, BANGUN! UDAH JAM SETENGAH 7!" teriak seorang wanita yang ternyata Mama.
Tunggu. Tadi Mama bilang jam berapa? Setengah 7? Oh aja. Eh....
"APA?! KENAPA MAMA NGGAK BILANG DARI TADI?!" jawabku langsung ngacir ke kamar mandi.
"Siapa suruh nggak bangun dari tadi," kata Mama dengan santainya dari kamarku. Aku hanya bisa memutar bola mataku.
"Abis itu cepet turun trus sarapan ya!" suruh Mama yang keliatannya udah keluar dari kamarku.
"Ih... ah... uhuk! Uhuk!" jawabanku membuatku tersedak saat menyikat gigi rapiku.
Pagi itu aku hanya sempat sikat gigi kilat, mandi bebek, dan menyabet roti selai yang udah disiapin Mama. Nggak lupa make seragam SMPku. Memangnya aku sudah gila, ke sekolah nggak pake baju? Saat akan keluar rumah, jarum panjang jam rumahku sudah menunjukkan angka sembilan. Alamat telat ini mah.
Ya, seperti yang Mama teriakin tadi, hari ini hari MOS di SMA ku yang baru. Hari terakhir tepatnya. Kemarin, para senior yang sangarnya luar biasa sudah mewanti-wanti kami biar kami nggak telat. Karena hari ini hari yang penting dan inti dari 3 hari MOS SMA Nusa Bakti.
Paling-paling cuma gertak sambel doang.
Keringat sudah membasahi bagian belakang kemeja putihku saat aku sudah sampai di depan gerbang sekolah. Untungnya gerbang masih terbuka lebar. Jadi, aku masih bisa jalan santai. Saat masuk kelas, aku hanya bisa melongo. Kelasku masih kosong melompong! Aku langsung menengok jam kelas yang tergantung manis di samping foto Ki Hajar Dewantoro. Jam 6 lewat 10.
Kepalaku mendadak pening. Aku langsung bertumpu pada meja terdekat. Mamaku sudah gila. Aku tau memang Mamaku ini jail. Tapi sungguh kurang kerjaan pagi-pagi udah ngerjain anak remajanya ini. Pake ngeganti angka di jam pula. Niat Mama harus diberi penghargaan tersendiri.
Sewaktu berjalan, aku memang tidak memperhatikan sekitar. Aku terlalu sibuk menormalkan nafasku yang memburu dan detak jantungku yang berdebar kencang. Juga seragamku yang belum sempat aku rapikan karena terburu-buru ke sekolah.
Tiba-tiba seorang gadis berjalan masuk ke kelas dan duduk di bangku depan. Gadis itu membuatku terheran-heran. Ngapain dia pagi-pagi udah masuk? Dia nggak mungkin kayak aku yang seorang korban penipuan. Apalagi seragam asingnya yang rapi. Jelas bukan seperti aku.
"Um... hei," sapaku kaku.
"Hai juga," jawabnya singkat.
Ini anak keliatannya emaknya kulkas. Dingin bener. Oke, aku ngelantur. Tapi dari logatnya, dia seperti orang yang tinggal di luar negeri dengan waktu yang lama. Logat bulenya kental. Juga keliatan dari tubuhnya yang seperti bule. Hanya saja, ia nggak punya badan tinggi menjulang. Tingginya sedikit di bawahku. Tinggi rata-rata orang Asia. Mukanya juga seperti ada Chinesenya. Bola mata biru lautnya dibingkai dengan mata yang sipit. Aku merasa agak familiar dengan mukanya. Tapi, apa ya? Aku nggak bisa mengingatnya.
"Pindahan dari mana?" tanyaku setelah menyerah dengan pikiranku sendiri.
"Wina," jawabnya.
"Wih, keren. Wina kan terkenal keindahannya. Cerita dong," bujukku namun hanya ditanggapinya diam.
Okelah kalo dia nggak mau cerita. Bukan urusanku juga.
***
Nasib sial sepertinya masih enggan meninggalkanku. Hari ini pengundian tempat duduk selama 1 bulan kedepan. Dan sialnya, aku harus duduk bersama gadis es itu. Di depan pula. Mimpi apa aku semalam? Atau, jangan-jangan kemarin aku salah makan? Jangan-jangan keusilan Mama masih berlanjut dengan masukin sesuatu ke makanan aku? Nggak deh, Mama nggak sejahat itu.
Setelah saling menebar hawa dingin, aku berhasil mengajaknya kenalan. Bukan modus ya pemirsa sekalian. Nggak lucu kalo sebulan ke depan aku masih nggak tau namanya. Lyn. Singkat banget ya. Mungkin orangtuanya kurang kreatif bikin nama.
Ternyata aku salah. Namanya malah terlalu susah disebut. Aku nggak sengaja ngeliat nama panjangnya di sampul buku catatan kecilnya. Ashlyn E. Oliver. Penasaran aku E nya itu artinya apa. Tapi aku nggak mau kena aura dinginnya. Cukup yang tadi aja. Aku kapok. Aku hanya bisa berharap sebulan kedepan, aku bisa belajar dengan baik tanpa gangguan anak es ini.
***
Terlalu pendekkah? Hehehe. Api di bawah ketel Dev kurang membara soalnya. Jadi tidak dapat memuaskan pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamcatcher
Teen FictionKetika Dreamcatcher dipercaya bisa memberikan mimpi indah, akankah berlaku pada Ethan dan Emma? Mimpi indah apa yang akan diberikan Dreamcatcher pada mereka? Dan apakah mimpi itu akan menjadi kenyataan? Copyright © 2014-2015 devilnoona. All Right R...