Author's POV
Dengan takut-takut Lyn mendekati Ethan yang sedang menyeruput es tehnya. Akhirnya Lyn memutuskan untuk menghampiri Ethan. Ia duduk tepat dihadapannya. Ethan hanya mendongakkan kepalanya sebelum kembali sibuk berciuman dengan sedotan itu.
"Eum, lu kaga papakan?" tanya Lyn. Disambut tautan Ethan tanda tidak mengerti.
"Masalah waktu itu. Gue disuruh Doni minta maaf," jelas Lyn. Masih ditanggapi Ethan dengan diam.
Ini anak ngejait mulutnya kali ya. Kaga bisa ngomong apa, batin Lyn kesal.
"Hei, gue nanya woi," kata Lyn.
"Iye gue gapapa," akhirnya batu itu bicara juga.
"Serius?" tanya Lyn sambil membelalakan matanya.
"Duarius," balas Ethan.
"Oke dah. Ngomong-ngomong gue mau nagih janji lo."
"Janji?" Ethan kembali kebingungan. Namun akhirnya ia mengerti dan menyipitkan matanya, "dasar lu. Inget aje ama tu janji."
Lyn hanya bisa nyengir melihat Ethan mulai mengeluarkan dompetnya dan memberinya selembar uang 50 ribuan. Mata Lyn berbinar-binar. Ia langsung melesat menuju abang tukang bakso.
Tak lama ia kembali membawa semangkuk bakso dan segelas es sirup. Ethan hanya bisa geleng-geleng kepala sambil menerima kembaliannya. Lyn langsung makan dengan semangat.
"Eh... nyam, nyam. Emang nyam... tu dream..." tanya Lyn di tengah-tengah kunyahannya.
"Jorok banget sih lu jadi cewek. Ditelen dulu napa," protes Ethan.
"Ah, enak. O iya. Emang tu dreamcatcher berharga banget ya?" lanjut Lyn setelah menghabiskan makanan di mulutnya. Ethan hanya bisa mengangguk pelan.
"Cerita napa. Guekan temen lu," rajuk Lyn.
"Sejak kapan kita temenan?" tanya Ethan bercanda.
"Oh jadi lu gitu. Oke cukstaw. Gue pindah kelompok aje," sahut Lyn sambil beranjak dari tempatnya.
"Eh? Jangan! Oke oke gue cerita," mengalirlah kenangan manis namun pahitnya Ethan.
Dari situ Lyn mengerti kalo Ethan punya masa kecil yang menyenangkan dan pahit. Di masa kecilnya Ethan udah harus menghadapi apa yang namanya perpisahan. Selama Ethan cerita, Lyn nggak berani buat nyela. Sekedar tanya atau berkomentar. Mata Ethan menyinarkan rasa rindu yang teramat sangat. Rindu akan sosok Emma.
"Gitu ceritanya. Menyedihkan ya?" Ethan tersenyum kecut.
"Andai gue ketemu Emma. Pasti gue kasih tau lu. Sayangnya wajahnya kayak apa aja gue gatau," sahut Lyn menerawang. Ia sungguh-sungguh ingin membantu.
"Gue ada fotonya kok," Ethan mengeluarkan sebuah foto mungil dari dompetnya, " nih, cantik ya?"
Ethan menunjukkan foto masa kecil yang selalu ia bawa. 2 Orang anak sedang tersenyum lebar tergambar jelas di foto itu. Ethan dan Emma begitu serasi. Namun Lyn berpikir hal lain.
Lho, inikan..., batin Lyn sambil memandangi foto itu.
***
Hari itu Lyn dan Ethan mengerjakan tugas kelompok mereka yang sempat tertunda. Si Dion malah mangkir dengan alasan ekskulnya. Jadilah mereka berdua di rumah Lyn.
"Ini gimana sih, kok gue nggak ngerti," keluh Lyn.
"Sini-sini gue liat," Ethanpun mengambil alih laptop dihadapannya.
Setelah menelusurinya Ethan bergumam, "ah ini mah gampang buat anak pinter kayak gue."
"Idih. Sok pinter lu mah," timpal Lyn nggak terima.
"Bilang aja lu ngirikan," Ethanpun tertawa. Lyn hanya bisa menggembungkan pipinya.
"Udah ah, gue mau ngambil minum. Lu juga mau kaga?" tawar Lyn.
"Mau, mau! Es teh ya. Yang dingin dan gulanya banyak," Ethan menyunggingkan senyum lebarnya.
"Lu kira warteg pake nawar," Lynpun berlalu meninggalkan Ethan yang masih nyengir.
Setelah Lyn pergi ke dapur, Ethan melanjutkan pekerjaannya. Kepintaran Ethan yang udah keliatan dari kecil pun nggak hilang hingga sekarang. Dulu Ethan masih bisa diskusi bareng sama Emma. Sampai Emma pergi tentunya. Hingga sekarang Ethan belum bisa menemukan orang yang bisa menggantikan Emma. Dalam hal diskusi maupun hal yang lainnya. Termasuk cinta.
Tak lama pekerjaan Ethan selesai. Dan Lyn tak kunjung kembali dari dapur. Padahal Ethan sudah haus pake banget. Tenggorokannya sudah kering seperti gurun sahara.
Lyn bikin minumannya nggak sampe di Eropakan? Kok lama banget, pikir Ethan.
Ethan akhirnya memutuskan untuk pergi ke dapur. Walaupun nggak sopan masuk tanpa permisi, ini terlalu aneh. Ethan menelusuri setiap tempat. Hingga akhirnya ia sampai di dapur. Ethan sangat terkejut melihat Lyn sudah tergeletak di lantai. Ethan segera menghampiri Lyn.
"Lyn! Sadar Lyn!" kata Ethan sambil menepuk-nepuk pelan pipi Lyn. Ethan mengecek denyut nadi dan dahi Lyn.
"Nggak ada yang aneh," gumam Ethan. Ia segera menelepon ambulan.
Ethan juga mengambil iPhone Lyn dan membuka kontak. Ia menemukan kontak dengan nama 'Mom' dan segera meneleponnya. Ethan memberitahu keadaan Lyn.
Beberapa menit kemudian seorang wanita muda datang. Wanita itu langsung menghampiri Lyn yang tergolek lemas di sofa. Ethan memang sudah memindahkannya.
"Lyn kenapa? Kenapa bisa kayak gini?" tanya wanita yang tak lain adalah mama Lyn itu cemas.
"Nggak tau, tante. Tiba-tiba aja dia udah jatuh di dapur," jawab Ethan masih menepuk-nepuk pipi Lyn.
Saat itu juga, tiba-tiba ambulan datang. Lyn langsung dibawa ke rumah sakit. Dan di situ Ethan baru melihat jelas wajah Mamanya Lyn. Wajah yang sangat familiar untuknya. Akhirnya ia teringat siapa pemilik wajah itu. Sayang, ambulan sudah membawa pergi Lyn dan Mamanya.
Author's POV END
***
Kelamaan ya? Huehehe *smirk* abis nggak mood ngetik. Bawaannya males mulu. Maapkan Devil >.< O iya hayo pada penasaran nggak? Semoga part ini bisa bikin pelanggan penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreamcatcher
Teen FictionKetika Dreamcatcher dipercaya bisa memberikan mimpi indah, akankah berlaku pada Ethan dan Emma? Mimpi indah apa yang akan diberikan Dreamcatcher pada mereka? Dan apakah mimpi itu akan menjadi kenyataan? Copyright © 2014-2015 devilnoona. All Right R...