8 - The Truth

77 4 0
                                    

FLASHBACK ON

AUTHOR POV

"Ayo Emma!" teriak Tante Vienna sambil menarik lengan Emma.

"Emma nggak mau, Ma! Emma maunya sama Papa!" ronta Emma.

"Tapi Papa udah nggak mau sama kita! Ayo masuk!" Tante Vienna menarik Emma masuk ke dalam mobil.

Setelah Ethan pulang, Tante Vienna segera menyiapkan segala kebutuhannya dan Emma. Ia segera berlari ke kamar Emma dan membujuk sambil menarik Emma menuju keluar rumah. Emma terus menangis dan meronta karena tidak mau pergi dari rumah kesayangannya itu. Namun apa daya karena Emma masih terlalu kecil tentu tenaganya kalah besar dari Tante Vienna.

"Emma ga mau, Ma..." tangis Emma mulai memelan saat mobil itu mulai meluncur di jalanan.

"Emma harus mau sama Mama ya. Mama harap kamu ngerti," jawab Tante Vienna pelan.

Hanya ada suara tangis sesenggukan dari sepasang ibu dan anak selama perjalanan itu. Saat sudah sampai bandara, Tante Vienna segera merapikan riasannya dan mengelap muka Emma. Berusaha agar tidak ada yang tahu bahwa mereka habis menangis. Namun hasilnya sia-sia belaka.

Ternyata Tante Vienna sudah memesan tiket ke Wina. Namun tak disangka pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan. Untungnya tidak terlalu parah hingga tidak ada korban nyawa. Hanya luka-luka. Tapi Emma mengalami kondisi yang parah karena terkena pecahan kaca dan benturan yang cukup keras.

Butuh waktu 5 tahun hingga Emma pulih dari segala lukanya. Sayangnya semua ingatanya menghilang karena amnesia. Kondisi itu dimanfaatkan Tante Vienna untuk menghilangkan kenangan masa kecil Emma. Kenangan bersama Papanya, teman-teman sekolahnya, bahkan kenangannya bersama Ethan.Tante Vienna tidak mau bila Emma teringat pada Papanya bila Ethan tanpa sengaja menanyakan. Ia pun mengganti nama Emma menjadi Lyn.

Emma tumbuh menjadi gadis yang cantik. Semua luka di tubuh Emma tidak mengurangi kecantikan Emma. Walau ia memang menjadi pribadi yang cukup tertutup. Hal itu tidak membuat popularitasnya berkurang di sekolahnya di Wina. Namun ia tidak pernah tertarik pada cowo manapun bahkan menjalin hubungan.

Setelah 10 tahun, hal yang paling ditakuti Tante Vienna muncul. Kembali ke Indonesia. Kembali ke kampung halamannya. Ia ditugaskan oleh kantor tempat ia bekerja untuk mensurvey pasar Indonesia. Tante Vienna tidak bisa menolak dan mau tidak mau berangkat ke Indonesia bersama Emma. Emma hanya menurut karena ia hanya tahu bahwa Indonesia itu kampung halaman ibunya dan tempat ia lahir.

Tak disangka Emma masuk di sekolah yang sama dengan Ethan. Bahkan sekelas dan sebangku dengan Ethan. Namun mereka berdua tidak mengenali satu sama lain. Hingga akhirnya Ethan mulai merasakan bahwa Emma itu familiar. Sekalipun ia sudah berganti nama panggilan. Sebuah takdir memang tidak bisa dihilangkan.

Hingga akhirnya semua kenyataan itu muncul ke permukaan dan terungkap....

FLASHBACK OFF

***

"Begitulah Nak Ethan. Maaf Tante tidak bermaksud melarangmu untuk berteman dengan Lyn. Tapi Tante takut hal buruk akan terjadi. Dan Tante tidak mau," jelas Tante Vienna setelah semuanya selesai.

"Iya Ethan ngerti kok, Tante," kata Ethan.

"Tante mohon bantuannya ya, Nak Ethan. Jangan berkata sepatah katapun tentang kenangan masa kecil Lyn ya," mohon Tante Vienna.

"Baiklah, Ethan berjanji," senyum tulus Ethan mengembang, "tapi Ethan boleh tanya satu hal lagi, Tante?"

"Katakan saja," sahut Tante Vienna mempersilahkan.

DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang