Part 1

659 26 6
                                    

"Please, baby baby baby."

"Yoboseo." Yoona menjawab panggilan di handphonenya. "Aku baik-baik, Oppa. Aniyo. Mianhae, aku tak bisa menemui Oppa. Aku ada pekerjaan."

Yuri hanya tersenyum mendengar pembicaraan Yoona dan orang di seberang telepon, sambil meletakkan kompres di kening Yoona. Yoona demam tinggi sejak siang tadi. Sepulang pemotretan, Yoona ambruk di kasur. Wajahnya pucat. Dari hidungnya mengalir darah segar yang langsung membercak di bantal. Yuri panik. Tapi, usahanya membawa Yoona ke rumah sakit gagal total. Yoona menolak dan memilih beristirahat di dorm. Sejak itu, Yuri tidak jauh-jauh dari Yoona.

"Pasti Donghae oppa," tebak Yuri, setelah Yoona menyelesaikan obrolannya di telepon.

"Nae."

"Waeyo? Kau sepertinya tak bersemangat."

"Aku inginnya Wookpa yang telepon."

Yuri mengacak rambut Yoona. Teringat dulu, setiap kali Yoona sakit, Ryeowook selalu menelepon dan mengajak Yoona bercanda. Hanya perlu beberapa jam setelah itu, Yoona pulih. Seolah ada ikatan hati yang sangat kuat antara mereka. Dan Yuri hanya bisa bengong waktu Yoona bilang, hubungannya dengan Ryeowook telah selesai.

"Kau mau aku meneleponnya?"

Yoona menggeleng. "Aku bukan siapa-siapa lagi untuknya."

Yuri tersenyum lagi, lalu menggenggam tangan Yoona. "Tidurlah."

"Kau juga tidur ya, Yul."

"Nae."

Yuri mengangkat handuk kecil yang sudah kering dari kening Yoona, kemudian menggantinya dengan yang masih lembab. Setelah merapatkan selimut Yoona, Yuri kembali ke kasurnya. Masih pukul delapan malam. Masih terdengar suara heboh teman-temannya di living room. Yuri akan berlatih yoga dulu sebentar, namun dia sudah berniat akan menjaga Yoona semalaman.

"Yul," panggil Yoona.

"Nae... Waeyo, Yoong? Kau haus?"

"Tidur di sini, Yul." Yoona menepuk bagian kasur yang kosong di sebelahnya.

Tatapan Yoona yang begitu memelas membuat Yuri langsung mengangguk. Dia yakin, Yoona tak akan mungkin bergerak ekstrim dengan kondisinya yang seperti itu. Berada di dekat Yoona membuat Yuri bisa memantau suhu tubuh Yoona yang sedari tadi belum juga turun. Setelah mematikan lampu, Yuri masuk ke dalam selimut Yoona.

"Yul," panggil Yoona, lirih. Kepalanya disembunyikan di dekat leher Yuri. "A... aku... aku... takut...."

"Aku nyalakan lagi lampunya, ne?"

Yoona menggeleng pelan. "Bukan itu.... A... aku takut...."

"Tenanglah Yoong, kau akan segera pulih. Sekarang, tidurlah."

Yoona memeluk Yuri, erat, sehingga Yuri bisa merasakan suhu tubuh Yoona yang masih sangat tinggi. Yuri membalas pelukan Yoona, lalu mengusap rambutnya. Dia sangat khawatir melihat Yoona seperti itu.

Jadwalnya dan Yoona saat ini tidak terlalu padat. Hanya ada beberapa pemotretan dan wawancara. Yoona juga selalu olahraga bersamanya dan rajin minum vitamin. Saat syuting drama beberapa waktu lalu, Yoona tetap segar bugar meski kelelahan.

Yoong, apa yang mengganggu pikiranmu? Donghae? Ryeowook?

"Yuri-ya... Tolong aku... Aku takut...."

"Iya, Yoong. Aku di sini."

"Aku takut...."

Yuri menyalakan lampu kamarnya. Mata Yoona masih terpejam. Namun, mulutnya masih saja berucap ketakutan. Yuri mengerutkan kening, mencoba menghubungkan antara igauan Yoona dan keanehannya akhir-akhir ini.

Ya, Yoona jadi aneh. Paling tidak, menurut Yuri. Yoona tidak mau lagi diajak jalan-jalan sepulang pemotretan atau wawancara. Sekadar duduk di taman pun dia enggan. Yoona juga seperti kehilangan keceriaannya jika berada di luar. Baru saat di dorm Yoona kembali menjadi dirinya yang Yuri kenal.

"Yuri-ya... T... tolong... aku... Takut."

"Yoong, kau kenapa? Bangunlah. Ceritakan padaku. Jangan begini, Yoong.... Aku khawatir."

"Yuri-ya...."

Yuri mengangkat Yoona, lalu memeluknya. Sungguh, dia tak tega melihat Yoona seperti itu. Seolah ada yang mengganggu dan mengancamnya. Yoona tidak bicara lagi. Yuri mengusap lembut rambutnya. Tiba-tiba, dia merasakan pundaknya basah oleh cairan yang hangat. Darah.

"Yoong, Yoona, bangun! Bangun, Yoong. Ppali... Bangunlah."

Yuri mengguncang-guncang tubuh Yoona. Namun mata Yoona tetap terpejam. Tak ada reaksi samasekali dari Yoona. Hanya hidungnya saja yang masih terus mengeluarkan darah. Kekhawatiran Yuri sudah sampai puncaknya.

"Yoong... Ayo bangun...."

Tetap tak ada reaksi.

"TAEYEON...!!!"

*****

Ruang tunggu rumah sakit masih ramai. Yuri tepekur, duduk diam sambil menunduk. Sesekali dia menyeka air matanya. Taeyeon, yang duduk di sebelah Yuri, juga diam. Seohyun masih sesengukan dalam pelukan Hyoyeon. Dia sangat shock saat tadi paramedis berlarian sambil berteriak saat menangani Yoona. Tiffany meremas tangannya, gelisah. Sooyoung terus bolak-balik di ruangan itu, hingga Sunny harus memeganginya. Semua menunggu hasil pemeriksaan dengan cemas.

"Please baby, baby, baby."

Yuri menatap iPhone-nya yang bernada dering sama dengan handphone Yoona. Untuk beberapa saat dia tertegun membaca nama pemanggil di layar. Ryeowook. Seseorang yang sangat Yoona nantikan, yang hampir setahun ini menghilang dari kehidupan pribadinya dan Yoona. Mereka hanya bertemu saat SMTown. Yuri menggeser tombol hijau di layar.

"Yo... yoboseo."

"Hai Yul, maaf meneleponmu malam-malam begini."

"Ah, tak apa, Oppa. Ada apa? Tumben Oppa menelepon."

"Ng... Yul, perasaanku tidak enak. Apa yang terjadi dengan Yoona?"

"Ah, a... aniyo. Yoona baik-baik saja."

"Katakan saja, Yul. Aku sungguh cemas."

"Ng... Yoo... Yoona sakit, Oppa. Aku dan member lain masih di rumah sakit."

"Baiklah, aku ke sana."

Percakapan diputus oleh Ryeowook. Yuri kembali dibuat terbengong-bengong. Dia bahkan belum memberi tahu nama rumah sakit tempat Yoona berada. Tapi, Yuri sangat yakin Ryeowook bisa menemukan Yoona.

"Keluarga pasien Im Yoona?" Seorang dokter menghampiri mereka.

"Ya. Saya." Taeyeon dengan sigap berdiri.

Dokter setengah baya itu menatap Taeyeon, sebentar. "Ah, ya, ya. Kau pasti Taeyeon-ssi, leader So Nyuh Shi Dae. Bisa ikut ke ruanganku?"

"Aku juga ikut!" Member-member lain bergegas bangun dari duduknya.

"Maaf, dua orang saja."

"Yul, temani aku," ajak Taeyeon.

Yuri mengangguk. Dia merasa harus mendengar langsung keterangan dokter tentang seseorang yang selama ini sudah dia anggap sebagai kembaran. Apapun itu. Baik, atau buruk. Yuri berusaha menguatkan hatinya.

Forever (I'll Never Let You Go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang