Part 3

245 15 2
                                    

"Khamsahamnida, Oppadeul...." Yuri menunduk 90 derajat saat mengantar personil Suju ke pintu.

Ruang perawatan Yoona kembali sepi. Lagi-lagi, hanya tinggal Yoona dan Yuri. Personil lainnya sedang syuting CF. Barusan, seluruh personil Suju datang menjenguk, dan menjadikan ruangan itu ramai. Yoona juga terlihat gembira.

"Yul, kenapa dia nggak datang ya?" tanya Yoona, sambil memakan apelnya. Sudah tiga hari dia dirawat, dan kini sudah jauh membaik. Yoona tak lagi berteriak ketakutan.

"Maksudmu Wookpa?" Yuri melompat ke atas tempat tidur Yoona, lalu duduk di sebelahnya.

"Nae. Kenapa ya?"

"Karena ada Haeppa, Yoong. Kan kau juga yang bilang mau jaga jarak sama Wookpa."

Yoona mencebikkan bibir. "Iya sih.... Tapi.... Ah, sudahlah!"

"Annyeong...."

Seorang namja muncul dari balik pintu. Tinggi, tampan, bermata besar. Di tangannya ada kotak bekal. Dia langsung menghampiri Yoona dan Yuri sambil bergaya lucu, membuat Yoona dan Yuri tertawa-tawa.

"Hai, Noona. Merasa lebih baik hari ini?"

"Yup. Seperti yang kau lihat."

"Dan kau, Baby?" tanyanya, sambil mengecup pipi Yuri.

"Aku baik-baik saja, Chagi."

"Huh... Kau lebih sering mengunjungiku daripada Haeppa, Minho."

"Kata siapa aku menjengukmu? Aku hanya mengantarkan makanan untuk istriku yang tak mau keluar dari kamarmu."

"Kau ini!" Yuri memukul pelan lengan Minho.

"Anii, Yoona-ssi. Aku kemari juga untuk menjengukmu. Istriku ini adalah kembaranmu. Jadi, kau adalah saudaraku juga."

"Minho! Kalau ada orang lain yang mendengar, bisa-bisa mereka mengira kita sudah menikah."

"Tak apa. Santai sajalah, Chagiya...." Minho menaruh kotak bekal yang dia bawa di atas meja, kemudian menarik kursi dan duduk di sebelah Yuri.

"Huh, Haeppa payah!"

"Memang Donghae Hyung belum menjengukmu?"

"Sudah. Tapi baru sekali. Itu pun bersama teman-temannya."

"Mungkin dia sedang sibuk, Yoong."

Yoona bangkit dari kasurnya. Tiga hari di situ membuatnya kebosanan. Memang, teman-temannya rajin datang dan bercerita hal-hal lucu. Tapi, itu tidak dapat mengurangi rasa jenuh. Dia merasa dirinya sudah sembuh total, fisik dan mental. Sebab, dia bukan hanya ditangani oleh dokter, tapi juga psikolog.

Pada psikolog itu, Yoona bercerita tentang hal-hal yang membuatnya takut, lewat tulisan. Ya, lewat tulisan. Sebab, Yuri selalu ada di balik tirai saat psikolog itu mengunjungi Yoona. Yoona tak ingin Yuri mendengar semua masalahnya. Dia tak mau Yuri mengkhawatirkannya.

"Mau ke mana, Yoong?"

"Ke luar. Aku bosan di sini. Apa di luar ada taman?" Yoona wara-wiri di dalam ruangan. Tiang beroda tempat menaruh botol infus dia jadikan skuter.

"Tapi, kau kan belum boleh keluar."

"Yul... aku bosan. Sungguh."

"Baiklah. Tunggu sebentar. Aku akan pinjamkan kursi roda."

"Heh, kau pikir aku selemah itu? Aku kan sudah bisa main skuter di sini. Hanya saja, ruangan ini sempit."

Minho mendekati Yoona. Kalau saja itu Yuri, Minho pasti sudah mengacak rambutnya. Tapi, itu Yoona. Biar pun lebih muda dan lebih kekanakan dari Yuri, Yoona adalah noona yang harus dihormati Minho.

Forever (I'll Never Let You Go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang