Part 4

232 15 2
                                    

Ryeowook mengaduk-aduk jus mix fruitnya tanpa semangat. Isi gelas itu belum berkurang sedikit pun. Padahal, punya Yuri dan Minho sudah tandas, dan mereka sudah memesan gelas kedua. Hari menjelang petang. Kafe di depan rumah sakit tidak terlalu ramai. Mereka juga memilih tempat di sudut, agar tidak menarik perhatian.

"Yul, apa Yoona bercerita padamu tentang Donghae hyung?"

Yuri menggeleng pelan, sambil berusaha menyusun rangkaian cerita Ryeowook dengan keanehan Yoona. Yuri sudah tahu kalau Yoona sedang di ambang frustasi. Tapi, dia tidak pernah menemukan Yoona seperti yang Ryeowook ceritakan.

"Oppa, maaf kalau aku bertanya tentang masa lalu kalian."

"Tak apa. Tanyakan saja, Yul."

"Siapa yang meminta putus? Kau atau Yoona?"

"Aku. Harusnya aku tak pernah melakukan hal itu."

"Oppa tahu, saat menceritakan kalian sudah putus, tak ada ekspresi apa pun di wajah Yoona. Yoona sangat kuat, Oppa."

"Nae. Nae. Aku tahu. Karena itu, aku yakin ada sesuatu yang sedang terjadi padanya."

"Ancaman," gumam Yuri.

"Ancaman? Siapa yang mengancam?"

Yuri mengedikkan bahu. "Sejak Yoona sakit, perilakunya berubah. Dia sering ketakutan dan... sepertinya memiliki trauma pada pisau."

Ryeowook menghela napas, berat. "Yoong.... jeongmal mianhae. Oppa tak bisa menjagamu."

"Sudahlah, Hyung. Bukan salah Hyung." Minho menepuk-nepuk bahu Ryeowook. Dia memang tidak pernah merasakan apa yang Ryeowook rasakan. Namun, dia berjanji untuk tidak akan pernah membawa dirinya dan Yuri dalam masalah seperti itu.

"Oppa, maaf aku membuka masa lalumu lagi. Kalau kau masih mencintai Yoong, kenapa kau malah melepaskannya?"

"Donghae hyung menyukai Yoong. Dia mengatakannya padaku."

"Kenapa kau tak bilang kalau Yoong pacarmu?"

"Aku mengenal Donghae hyung cukup lama. Ya... dia sangat ambisius. Apa yang dia inginkan, akan dia dapatkan dengan cara apa pun. Aku tak ingin Yoong tersakiti dengan caranya. Karena itulah, aku memilih mengakhiri hubungan kami."

"Apa Yoong tahu alasanmu?"

"Nae. Dia juga berpesan untuk menjaga jarak jika dia sudah jadian dengan Donghae hyung." Ryewook membuang napasnya, keras, berharap kegalauannya ikut terbuang.

Yuri meminum lagi jusnya, hingga hanya tersisa seperempat gelas. Sungguh, ini bukan masalah yang mudah. Seperti menyatukan kepingan puzzle sebesar Jeju Island. Yuri bertekad dalam hati untuk mencari tahu dan menyelesaikan masalah ini.

"Sebaiknya aku pulang dulu. Terima kasih kalian sudah menjaga Yoona. Khamsahamnida."

"Yoona itu segalanya buat aku, Oppa. Karena itu, aku akan melakukan apa pun untuknya."

"Lalu? Aku?" Minho memajukan bibirnya.

"Kau seseorang yang diturunkan Tuhan untukku. Lebih dari apa pun."

Minho merangkul Yuri, erat. Dia juga merasakan hal yang sama. Tuhan telah menetapkan takdirnya untuk bertemu Yuri, dan memberi cinta di antara mereka. Sekali lagi Minho bersumpah dalam hati, atas nama Tuhan, akan selalu membahagiakan Yuri.

"Andai aku dan Yoona bisa seperti kalian."

"Tak ada yang tak mungkin." Yuri tersenyum meyakinkan Ryeowook. Dan aku janji akan menyatukan kalian lagi.

"Ya sudah, aku pulang dulu. Tolong jangan katakan apa yang aku bicarakan pada Yoona."

"Kau tidak ingin menunggu Donghae oppa?"

Forever (I'll Never Let You Go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang