Part 8

257 20 2
                                    

Minho menerobos masuk begitu Seohyun membukakan pintu dorm untuknya. Pikirannya tak tenang setelah menerima telepon dari Taeyeon saat syuting tadi. Meski tanpa izin dari directornya, Minho tetap pergi dari lokasi. Dia tak peduli tatapan kecewa dari yeoja-yeoja lawan mainnya. Yang ada di pikirannya hanya Yuri.

"Baby!" seru Minho, sambil membuka pintu kamar Yoonyul.

"Pst...." Seohyun meletakkan telunjuknya di depan bibir, menyuruh Minho tenang.

Minho mengangguk pelan, meski hatinya tetap tak tenang. Dia belum bertemu Yuri. Namun, suasana di ruangan itu sangat membuatnya khawatir. Di atas tempat tidur Yoona, ada Sooyoung yang masih sesengukan di pelukan Sunny. Tiffany terisak di pojok kamar. Taeyeon dan Hyoyeon duduk di dekat Yuri, yang terbaring di balik selimut tebal. Mata keduanya sembab. Minho mendekati Yuri, lalu mengecup kening gadis itu dengan penuh cinta.

Baby, mianhae.... Harusnya aku menemuimu lebih awal. Harusnya aku bersamamu sejak kejadian itu. Harusnya aku....

Setetes air jatuh dari sudut mata Minho. Rasa bersalah memenuhi hatinya. Dia sudah mendengar dari teman di grupnya kalau Yoona hilang dan Ryeowook menjadi korban penusukan orang tak dikenal. Kalau saja bisa, dia ingin berada di sisi Yuri, seketika itu juga. Kemudian memberikan gadis itu pelukan terhangat untuk menenangkannya dan memberikan kekuatan, sambil bertukar analisis. Namun, dia tak bisa mendapatkan izin syuting, bahkan untuk sekadar menemani Yuri beberapa menit. Puncaknya tadi, saat Taeyeon mengucap maaf berkali-kali padanya, dan memberitahu kondisi Yuri menurun. Kekhawatiran Minho menjadi kenyataan. Perlahan, Minho menggenggam jemari Yuri, lalu mengecupnya.

Panasnya sangat tinggi. Kau pasti sangat tertekan. Mianhae... Jeongmal mianhae... Bangunlah, Mrs. Choi. Aku tak mau melihatmu begini. Biarkan aku ikut merasakan sakitmu.

"Apa kau tahu Yoona hilang?" tanya Hyoyeon, sambil mengganti kompres di kening Yuri.

"Nae. Taemin yang memberitahuku. Mianhae, Noona."

"Kami yang harusnya minta maaf karena sudah mengganggu syutingmu, dan tak bisa menjaga Yuri," tambah Taeyeon.

"Gwenchana, Noona. Aku sangat berterima kasih karena Noonadeul telah merawat Yuri dengan sangat baik. Pasti hal ini sangat berat untuknya."

"Nae. Mereka memang sudah seperti saudara kembar." Taeyeon mengacak rambut Yuri, lembut. "Kemarin Yuri masih bisa makan meski sedikit, dan masih bisa bercerita. Dari semalam, suhu tubuhnya terus naik, dan dia berkali-kali mengigau. Kami sangat khawatir."

"Apa dia sudah minum obat?"

"Semalam dokter memberinya obat. Tapi, panasnya hanya turun sebentar, lalu naik lagi."

Minho menatap Yuri yang masih lelap. Guratan di wajah Yuri menandakan kesedihannya yang sangat mendalam. Dengan lembut, Minho mengusap setitik air yang jatuh dari sudut mata Yuri.

"Yoong... jangan pergi, Yoong. Aku mohon...."

"Hentikan igauanmu, Yuri-ya! Yoona baik-baik saja! Iya, kan?! Yoona baik-baik saja!" teriak Sooyoung, dengan suara bergetar. Tangisnya pecah di pelukan Sunny.

"Baby, ada apa? Bangunlah.... Apa yang kau khawatirkan?"

Airmata Yuri jatuh makin deras, meski matanya tak juga terbuka. Tubuhnya bergetar hebat. Minho mengangkat sedikit tubuh Yuri, lalu memeluknya, erat. Sungguh dia tak tega melihat orang yang dicintainya menderita seperti itu.

"Ye... Yeobo?" ucap Yuri, pelan.

"Nae, Baby Boo. Ini aku. Mianhae."

Yuri balas memeluk Minho erat, dan menumpahkan tangisnya di pundak Minho. Sejenak, dia merasakan kenyamanan yang selama ini dia rindukan dari seseorang yang selalu memberinya kekuatan menghadapi masalah apapun yang menderanya.

Forever (I'll Never Let You Go)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang