8.

20 1 0
                                    

"Mungkin gak sekarang Nix, gue lagi kacau, gue gak mau terbebani lagi,"

🍃

Isakan gadis di ujung lorong sepi terdengar menggema di telinga laki-laki yang tengah panik mencari sumber suara.

Decakan terdengar dari bibir laki-laki itu ketika menghentikan langkah kakinya.

"Sorry, gue ninggalin lo,"

Stella tidak berkata-kata karena sesenggukan membuat dadanya sesak.

Stella berdiri dan memeluk Nix, "Sakit," katanya parau.

Nix merasa bersalah karena tidak mau menemani Stella karena ingin mencicil tidurnya agar hari pertama sekolah Nix tidak merasa malas.

"Kita pulang," kata Nix menggiring Stella berjalan perlahan keluar dari sekolah.

Ketika hampir mendekati gerbang, mereka berdua bersitatap dengan orang itu, satu-satunya orang yang memukul Nix dan yang menampar Stella.

Rahang orang itu mengeras, ketika Nix dan Stella melewatinya, tapi bukan Nix jika tidak masa bodoh dengan tatapan orang sekitar, jadi Nix hanya terus berjalan sambil mendekap Stella di sisi kanan tubuhnya dan membawa Stella keluar dari sekolah itu.

Bugh!

"Sialan!" Umpat Nix ketika bogem mendarat di kepala bagian belakangnya.

"Gue bilang apa tadi?!" Bentak orang itu.

Nix melepaskan tangannya dari pundak Stella, namun Stella menatap orang itu terang-terangan tanpa memindahkan tangannya yang menggegam erat pakaian Nix.

"Udah lah kak, gak ada gunanya mukulin Nix, dia gak salah, kakak harusnya ngaca," kata Stella tenang dan menusuk.

"Lo makin kurang ajar ya setelah deket sama dia,"

"Kurang ajar gimana kak? Aku cuma ngomong soal fakta, sadar kak, buka mata kakak lebar-lebar, jangan terlalu buta sama keadaan," kata Stella lalu mendekap Nix lagi, kali ini Stella yang menggiring Nix.

Nix sedari tadi bingung menatap perdebatan keduanya, tapi sekarang bukan saatnya untuk bertanya. Terlebih lagi Nix yang kena pukulan di kepala bagian belakang.

"Sorry Nix, gara-gara gue, lo jadi kena pukul dua kali," kata Stella.

"Bukan salah lo, makan yuk," ajak Nix ketika mereka akhirnya keluar dari sekolah dan masuk ke mobil.

Nix tidak langsung duduk di kursi pengemudi, dia membuka pintu tengah, mencari-cari sesuatu.

"Cari apa Nix?"

"Hm? Ini, sapu tangan," kata Nix setelah mengeluarkan seutas sapu tangan dari belakang jok pengemudi.

Setelah itu Nix duduk di kursi pengemudi, siap menjalankan mobilnya.

"Kemana ini?" tanya Nix sambil mencoba keluar dari parkiran.

"McD aja, gue yang traktir," kata Stella dengan suara kecil, tidak berani berkata banyak karena Nix tahu, tamparan orang itu pasti sakit, orang Nix yang kena pukul aja sakit.

-+-

"Gue bener-bener minta maaf Nix atas semua yang udah terjadi sama lo hari ini," kata Stella menyandar di punggung kursi dengan ekspresi lesu.

"Bukan salah lo Stella," sangkal Nix.

Stella malah melotot, "Itu jelas-jelas salah gue Nix. Lo baru dateng udah kena pukul gara-gara mau nenangin gue, terus lo kena pukul lagi tadi waktu bawa gue keluar," jelas Stella.

PIECES ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang