"Bayangkan hari barumu adalah lembaran baru, hari untuk memulai semua dari awal,"
🍃
Keesokan harinya, hari pertama sekolah, Geraldine dengan senang hati menjemput putrinya itu, meskipun potongan-potongan kenangan dikepalanya sering membuatnya pusing, Geraldine yakin, dialah ibu dari anak ini.
"Nix? Tante?"
Stella terkaget-kaget melihat kedua orang itu berada didepan pintu rumahnya.
"Ayo berangkat, hari ini pukul enam lima belas, gerbang akan segera ditutup," kata Geraldine.
Stella mengangguk, segera dia mengenakan sepasang sepatunya laku menyandang tasnya dipunggungnya.
"Ayo!"
"Kau tidak sarapan Stella?"
"Nanti saja di kantin," katanya senang. Geraldine segera melajukan mobilnya menuju sekolah dengan perlahan tapi pasti.
"Aku tidak sabar," kata Stella berulang kali.
"Nix, kau akan jadi kakak yang baik bagi Stella kan?" tanya ibunya.
"Tentu saja ma," Stella tersenyum senang karena itu, dikelilingi orang-orang baik dan menyenangkan dalam hidupmu membuat kau lupa serapuh apa dirimu.
Sesampainya di sekolah, Nix turun dari mobil lalu berdiri didepan mobilnya, menunggu kedua perempuan selesai dengan urusannya.
Setelah itu Nix mencium pipi ibunya, lalu berjalan menuju koridor sekolah.
"Boleh aku menciummu?" tanya Stella canggung.
Geraldine tersenyum sayang, "Tentu sayang," Stella memeluk Geraldine lalu mencium pipinya, Geraldine mencium balik lalu melepaskan pelukan.
"Hati-hati, jangan lupa sarapan," kata Geraldine laku setelah itu Stella berlari menyusul Nix dan berjalan disampingnya.
"Ini menyenangkan Nix," Nix hanya tersenyum melirik Stella.
-+-
Tidak, atau tepatnya belum ada pelajaran di hari pertama sekolah, lagipula banyak juga siswa maupun siswi yang belum melunasi biaya daftar ulang.
Stella membuang waktunya di sekolah dengan makan di kantin, sarapan, itulah yang muncil dipikirannya dan mendorong tubuhnya untuk duduk di tempat ini, menunggu pesanan nasi gorengnya diantarkan.
Sejauh ini baik-baik saja, Stella mendapat kelas 10 Ipa 5 bersama sepupunya Wolf, dia tidak menyangka bisa bertemu Wolf di sekolah ini.
"Stella, kau sendirian?" Stella menoleh, menemukan Nix dan Wolf yang berdiri bersisihan.
Bibirnya mengerucut, "Kalian tidak bisa lihat? Apa kursi disampingku terlihat ada orangnya?" tanya Stella sewot.
Wolf terkekeh, "Kami mengerti, jangan marah gitu dong," kata Nix.
Seperti biasa Wolf akan selalu menjadi pendiam, Stella memperhatikannya sejak sepuluh menit tadi, mulai dari pesanannya yang datang hingga minumannya yang habis, Wolf selalu diam, paling Wolf akan menjawab pertanyaan Nix dengan jawaban "Ya", "Tidak", dan "Mungkin," selebihnya dia diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES ✔
General Fiction[COMPLETE] Dia kacau, hilang dan terbebani masa lalu pahit yang menimpa tiga tahun silam. Tapi Dia tersenyum, tertawa dan bersenang-senang seakan masa lalu hanyalah sampah. Namun Dia paham, bahwa yang terjadi didalam hidupnya adalah skenario takdir...