"Aku pernah mendengar sesuatu yang jahat keluar dari bibirmu, tapi kau pintar, menyembunyikannya dibalik senyumanmu,"
🍃
Bel pintu berbunyi beruntun membuat kekesalan memuncak bagi orang yang mendengarnya, termasuk Stella dan Nix.
Segera dengan wajah setengah bangun Stella menuju pintu dan membukanya.
"Berisik," makinya dalam gumaman.
"Lah lari," katanya setelah tidak melihat seorangpun didepan teras rumah Nix.
Stella mengambil kotak kecil berbungkus kertas coklat lalu membawanya masuk ke rumah.
"Siapa?" tanya Nix.
"Gak tau, tadi gue kedepan orangnya lari," kata Stella.
"Terus itu," Stella mengangkat bahunya, memberikan kotak itu pada Nix.
Setelah Nix membukanya, Nix menerima satu lagi cupcake dan permintaan maaf yang ditulis tangan.
Gue minta maaf karena udah mukul lo, gue terlalu kebawa emosi waktu itu, sekali lagi gue minta maaf.
~BTulisannya semrawut, seperti di tuntun tapi yang menulis terpaksa menulis permintaan maaf ini.
"Mantan lo nih," Stella mendorong Nix menjauh, marah lagi.
Nix tertawa dengan mulutnya yang penuh cupcake, "Eh, gimana sih hubungan lo sama dia waktu itu?" tanya Nix kemudian melanjutkan mengunyah.
"Gak mau cerita, gue lagi marah sama lo," jawab Stella judes.
"Oke gue gak bakalan bahas, lo mau gak ikut gue?" tanya Nix melipat kecil bungkus cupcake lalu melemparkannya ke tempat sampah
"Ogah, gue mau pulang aja," kata Stella.
"Beneran?" Nix membuat suara sepelan mungkin.
"Ish gak tau ah,"
(Note:) Stella yang bingung membuat kita bingung gais.
Nix terkekeh, "Yuk lah ikut gue, jarang loh ada cewe gue ajakin kemana-mana kalo ke rumah gue," kata Nix seakan ingin membuat Stella adalah orang yang pertama.
"Hm? Kemana dulu nih, ntar ke kamar-ntar lo-" Stella bungkam ketika bertatapan dengan mata Nix, tajam dan menelanjangi.
"Gak kemana-mana kok, udah ikut aja" kata Nix kemudian menggenggam tangan Stella dan mengajaknya ke belakang rumah.
Halaman belakang rumah Nix lebih asri daripada milik Stella meskipun rumah Nix tidak memiliki kolam renang, gantinya adalah tanaman dan pohon-pohon besar membuat halaman rumah Nix mirip hutan kecil.
"Lo yang rawat ini semua?" tanya Stella ketika melihat beberapa tanaman mawar beraneka warna tumbuh di sisi kanan kakinya.
"Enggak, itu punya mama, kalo ada waktu luang entah itu malem atau pagi, mama pasti nyempetin buat siramin bunga,"
"Bunganya cantik, gue suka,"
"Kaya lo 'kan?"
Stella menggoyangkan lengannya gugup sambil sembunyi dibalik punggung Nix.
Nix terkekeh melirik punggungnya, tempat Stella menyembunyikan wajahnya yang memerah.
"Apa lo liat-liat?" judes Stella yang masih bersembunyi dibelakang Nix.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIECES ✔
General Fiction[COMPLETE] Dia kacau, hilang dan terbebani masa lalu pahit yang menimpa tiga tahun silam. Tapi Dia tersenyum, tertawa dan bersenang-senang seakan masa lalu hanyalah sampah. Namun Dia paham, bahwa yang terjadi didalam hidupnya adalah skenario takdir...