Chapter 13 - Berpisah Lebih Baik

844 107 5
                                    

Masa lalu?
Dua kata ini bisa dengan cepat mengubah segalanya.
.
.
.
.

Kim Jisoo berlarian cepat menuju ke kelas Jaebum. Gadis Kim itu menampakkan raut wajah cemasnya.

Sesaat setelah ia menyerahkan surat dispensasi kepada guru piket, dirinya mendengar satu fakta yang membuat hatinya bak ditusuk panah beracun. Fakta itu kembali membuka masa lalu yang padahal sudah hampir ia lupakan.

Mereka bilang, Jaebum memiliki adik bernama Im Jin ah.

BUGHH

"Argh"

Jisoo meringis ketika tak sengaja tubuhnya oleng dan tersungkur. Gadis itu meruntuk kakinya yang lemah.

Berlari seperti ini saja jatuh terus. Tak peduli dengan segores luka yang mengeluarkan darah di lutut dan betisnya,Jisoo tetap berdiri dan berlari kembali. Kini ia bahkan menangis, entah karena rasa sakit dihatinya atau luka perih di kakinya.

Jisoo benar-benar tidak bisa berpikir jika ternyata fakta mereka memiliki hubungan saudara itu memang benar. Ia tak dapat bayangkan bagaimana nanti Jaebum yang akan sangat terkejut dan mulai menjauhinya jika ia tahu apa yang sudah ia perbuat pada adiknya 1 tahun lalu. Sungguh, Jisoo berharap itu tidak terjadi. Sepanjang perjalanannya ia terus berdoa.

Gadis itu mulai kesulitan mengatur napasnya. Ia begitu terengah-engah dan rasanya jantungnya semakin berdegub tak karuan. Jujur, ia tak pernah tahu jika Jin ah mempunyai kakak baik Jaebum maupun Nayeon.

"Namaku Kim Jisoo, bagaimana jika kita mulai berteman Jin ah-ya"

"Tidak, bukan yang itu Jin ah"

"Kau benar-benar baik Jin ah"

"Aku menyayangimu Jin ah"

"Jin ah jangan lupa minum obatmu"

Jisoo tersenyum kala ia mengingat kilasan momen manis persahabatan ia dengan Jin ah. Namun senyum itu seketika luntur tergantikan senyum pahit saat ia kembali mengingat bagaimana buruknya ia yang meninggalkan dan menjauhi Jin ah ketika temannya itu sedang mendapatkan musibah.

Flashback

1 tahun lalu...

"Teman-teman kalian sudah tahu berita terbaru? Ayahnya Im jin ah ternyata tersangka melakukan kasus pembunuhan pada seorang sekretaris kantornya" Sahut Seulgi selaku ketua kelas 10A. Bergosip kepada teman-temannya.

"Omo, benarkah?"

"Nde"

"Astaga aku tidak bisa percaya ini"

Seulgi lalu melirik ke arah Jisoo yang juga sedang memperhatikan gosip mereka. "Hey Jisoo-ya, bukankah kau berteman dekat dengan anak si pembunuh" Seulgi tertawa remeh.

Jisoo sempat terdiam beberapa detik namun saat Jin ah tiba-tiba masuk ke kelas suasana menjadi riuh. Mereka membully Jin ah dengan kalimat-kalimat laknat dan kotor membuat Jisoo khawatir. Ia tidak ingin menjadi gosipan satu sekolah,dan entah kerasukan apa Jisoo malah menyangkal pertanyaan yang dilontarkan Seulgi.

"Aku bukan temannya" tegas Jisoo. Nadanya sedikit bergetar. Ia benar-benar merasa seperti orang jahat sekarang. Dapat dilihat dari sudut matanya Jin ah yang menatapnya terluka namun tetap berusaha untuk tersenyum.

Saat jam pelajaran berlangsung tanpa sengaja pandangan Jin ah dan Jisoo bertemu. Jin ah melemparkan senyum manisnya namun Jisoo malah membuang muka. Begitupun dengan seterusnya. Jisoo tetap berpura-pura bersikap cuek dan seakan telah melupakan Jin ah yang terus-terusan menjadi korban bully di sekolah. Meskipun ia tak tega namun tak ada yang bisa Jisoo lakukan. Ia juga tak ingin menjadi seperti Jin ah.

A Girlfriend Contract [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang