ー Hujan

919 115 5
                                    

Note: Seokmin lebih tua dari Yuna.


____________________




















Siang itu suasana langit kota terlihat baik-baik saja. Tak ada tanda-tanda akan turun hujan disana. Maka dari itu Seokmin memberanikan diri untuk berkelana. Hitung-hitung bisa mengobati hatinya yang masih gundah gulana.

Tujuan pertamanya kini adalah perpustakaan kota. Bukan tanpa sebab dia kesana. Melainkan dirinya yang masih tak bisa lepas akan bayang kenangan masa lalu. Jika sudah seperti ini, rasanya Seokmin ingin menertawakan dirinya sendiri.

Sudah terhitung hampir tiga bulan sejak hari perpisahan mereka. Dan Seokmin sama sekali belum beranjak dari titiknya. Ah, mungkin bukan belum, tapi Seokmin sendiri yang tidak punya niatan untuk pergi dari sana.

Puas memandangi keadaan perpustakaan dari pintu masuk. Seokmin mulai melangkahkan kakinya ke arah rak buku di barisan pertama. Keadaannya masih sama tak ada yang berubah. Seperti perasaannya.

Sebuah buku bersampul biru gelap menarik perhatiannya. Dia lihat sebentar buku itu dan kemudian Seokmin berlalu menuju tempat petugas berada. Tak memerlukan waktu lama untuk mendapat stempel pinjam dari sana dan setelah itu Seokmin kembali melangkah keluar menuju tempat berikutnya.

Baru sekitar sepuluh meter Seokmin berjalan dari tempat tadi. Rintikan hujan datang dengan tidak santainya. Awalnya memang hanya tetesan biasa, namun lama kelamaan berubah menjadi deras dan mau tidak mau Seokmin harus meneduh di pinggiran toko.

Saat sedang sibuk membersihkan air yang masih bersarang di sweater dan rambutnya. Sepasang kaki beralaskan flat shoes biru gelap berhenti tepat di depannya. Seokmin yang merasa familiar dengan kedua benda tersebut lantas mengangkat wajahnya hingga bertubrukan dengan kedua hazel hitam yang dia rindukan sejak tadi. Mantannya, Yuna.

"Kakak ko bisa ada disini?"

Seokmin berpikir sesaat. Berusaha meyakinkan dirinya bahwa ini bukan mimpi.

"Eh Yuna, tadi habis dari perpus terus hujan," dan pada akhirnya Seokmin yakin kalau dirinya tidak sedang berhayal.

"Kalau hujannya kaya gini biasanya redanya lama ka. Mau mampir dulu ga?"

Ajakan dari adik tingkatnya itu sontak membuat Seokmin tergegun. Mau diterima tapi agak gengsi, tapi kalau ditolak dia juga rindu bercengkrama dengan Yuna.

Lalu pada akhirnya Seokmin menerima ajakan tersebut. Masa bodoh dengan segala rasa gengsinya, untuk sekarang ada rasa rindu yang harus segera dituntaskan. Dan mereka berdua berakhir berjalan berdua dengan saling berbagi payung. Seokmin baru sadar jika berjalan ditengah hujan bisa segerah ini.







___________________







Sudah sepuluh menit lamanya sejak Yuna meninggalkannya sendirian di ruang tamu. Seperti biasa, rumah adik tingkatnya ini terkesan sepi. Kedua orang tua Yuna tak ada dirumah, yang Seokmin yakini mereka sedang bisnis keluar kota.

Sebelum pergi Yuna berkata akan membuatkan teh agar kakak tingkatnya ini sedikit merasa hangat. Tak dapat dipungkiri Seokmin memang sedang merasa kedingan karena sweater dan celananya yang basah. Namun siapa yang membuat secangkir teh dengan waktu selama ini?

Dengan perasaan yang amat penasaran dan kebiasaannya mengitari rumah itu. Seokmin beranjak dari duduknya dan pergi ke tempat Yuna berada, dapur.

Dan apa yang dia lihat semakin membuatnya bingung. Disana terlihat Yuna yang diam memandangi dua cangkir teh yang mulai mendingin.

"Hei, kenapa diam saja? Tehnya sudah mulai mendingin."

Tepukan pada pundaknya lantas membuat Yuna tersadar dari lamunanya. Dengan wajah tak enak hati Yuna menjawab. "Ini aku lupa kalau persediaan gula dirumahku habis. Jadi aku bingung harus menambahkan apa agar terasa manis."

Setelah mengatakan hal tersebut Yuna menunduk menatap lantai. Seokmin yang melihatnya hanya terkekeh pelan akan perlakuan gadis dihadapannya.

"Ga perlu di tambahain gula, biarkan saja mereka hambar. Aku tahu kok gimana caranya biar manis,"

Sontak Yuna kembali mengangkat kepalanya. Memandang pria di hadapannya dengan binar keingintahuan.

"Ha? Gimana caranya ka?"

Sebelum menjawab. Seokmin menciptakan seringai nakal di wajah tampannya.

"Caranya, dengan mengecup kedua bibirmu setelah meminum tehnya."


















____________________

FIN

Yaampon nulis apa aku ini nulis apa .-.
Niat awal mau bikin Seokmin galau kok jadi gini .-.

DokJu Series | Dokyeom YujuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang