"Ku kirimkan seseorang untukmu, jaga dia seperti kau menjaga ku, jangan kecewakan dia, cintai dia setulus hati mu. Apabila kamu menyakiti dia, sama saja kamu menyakiti ku."
"Jadilah diri mu yang dulu."
"Kamu sudah terlalu lama menangisi kepergiaan ku. Ikhlas kan aku, jangan khawatir kan aku. Aku baik-baik saja."
"Apalagi kau mengikhlaskan ku, maka aku akan sangat baik-baik saja"
"Ingat kata-kata ku. Jangan sakiti dia, jadilah dirimu yang dulu, dan ikhlaskan aku."
"Mengikhlaskan bukan berarti melupakan."
"Andra bangun. Kamu nggak sekolah, sayang? Setengah jam lagi bel masuk bunyi lo." ucap wanita paruh baya membangunkan anaknya.
Andra membuka matanya perlahan, ketika ia merasakan dibangunkan. Ia mengumpulkan sedikit demi sedikit nyawanya. Merasa nyawanya sudah terkumpul, ia bergegas menuju kamar mandi yang ada dikamarnya.
Wanita paruh baya yang tak lain adalah mamahnya Andra itu tersenyum miris melihat Andra.
Ia tak tega melihat anaknya yang terbelenggu dengan masa lalunya.
Ia sudah berusaha mengingatkan anaknya itu supaya mengikhlaskan masa lalunya itu. Akan tetapi anaknya itu selalu berkata, 'Andra nggak bisa, mah'.
Ia tidak akan menyerah menasehati anaknya itu. Ia akan berusaha mengembalikan sifat anaknya yang dulu.
"Mah!" ucap Andra sambil menepuk pelan pundak ibunya itu ketika sang ibu terlihat melamun.
"Sudah selesai mandinya sayang? Kalau gitu mamah kebawah dulu." ucap sang mamah
Sang mamah menghilang dari balik pintu, Andra bergegas memakai seragamnya.
"Andra berangkat dulu" ucap Andra ketika ia melihat mamahnya yang duduk diruang makan.
"Kamu nggak sarapan, sayang?" tanya mamahnya
"Disekolah aja", "Assalamualaikum" ucap Andra, lalu ia mencium punggung sang mamah.
Menempuh perjalanan hanya lima belas menit saja dari rumah Andra ke sekolah, ia melajukan motornya untuk menerobos pagar yang hampir ditutup.
Andra menyusuri koridor sekolah yang masih terlihat ramai, walaupun bel masuk sudah berbunyi.
Berjalan menyusuri koridor, banyak siswi yang melontarkan pujian. Ada yang secara bisik-bisik, tapi masih bisa didengar oleh Andra, dan ada juga memujinya terang-terangan.
Andra mendengarkan pujian-pujian itu hanya bersikap acuh. Ia sudah terbiasa mendengarkan pujian yang dilontarkan untuknya. Pujian itu setiap hari dilontarkan untuknya.
Sampainya dikelas Andra langsung duduk dibangkunya. Dista teman sebangku Andra sekaligus sahabat Andra, dua tahun belakangan ini sudah terbiasa melihat sikap Andra ketika datang tanpa melontarkan sapaan ataupun mengucapkan sepatah kata pun.
"Ndra, gue kangen lo yang dulu. Kangen kejahilan lo, kangen kehebohan lo. Kapan Andra yang dulu balik lagi?" ucap Eky lirih yang duduk dibelakang Andra.
Andra yang mendengar ucapan Eky hanya menanggapinya dengan santai. Karena beberapa bulan belakangan ini Andra sudah berkali-kali mendengarkan kata-kata itu dari mulut Eky.
"Sejak kapan lo jadi cowok mellow kayak gini, Ky?" tanya Dion mengejek, yang duduk disebelah Eky.
"Jangan ngubah suasana deh, Yon" ujar Eky.
"Erisky Meldan yang notabenenya seorang playboy berubah jadi cowok cengeng, karena kangen sifat sahabatnya yang dulu" ucap Dion dengan nada dramatis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadhira
Teen Fiction[Complete] Gimana kalau kalian memiliki perasaan bersalah sehingga sulit berdamai dengan masa lalu? Pernah nggak kalian takut sama orang, karena tatapannya? Parahnya lagi keadaan membuat kalian sering bertemu. Begitulah yang terjadi diantara Dhira d...