tujuh

80.4K 2.6K 26
                                    

"Semoga aja gue nggak ketemu dia lagi. Malu gue kalau ketemu dia. Mau ditaruh kemana muka gue yang udah nuduh dia mau bunuh gue" batin Dhira

Menikmati angin dan ditemani suasana yang begitu sepi menciptakan ketenangan bagi Dhira, "Mamah apa kabar disana? Mah, Dhira baru beberapa hari tinggal di Jakarta, dan baru beberapa hari juga Dhira disekolah baru udah banyak aja cerita" kata Dhira lirih sambil memandang langit yang begitu cerah.

"Gue bukan pembunuh" ucap seseorang tiba-tiba.

Dhira menoleh ke sumber suara, "Duuhh... Mau ditaruh dimana muka ini" batin Dhira ketika mengetahui siapa orang itu.

Siapa lagi kalau bukan Andra.

Dhira beranjak dari duduk, "Gue minta maaf kalau udah sering nabrak lo, gue minta maaf kalau waktu itu ngeganggu lo, dan gue minta maaf udah nuduh lo. Gue permisi" selama mengucapkan kata-katanya ia hanya menunduk, lalu ia meninggalkan rooftop itu.

Merasa atau tidak sudut bibir Andra tertarik yang menghasilkan lengkungan senyum tipis. "Lucu" batin Andra.

Setelah meninggalkan rooftop tadi, Dhira mempercepat langkahnya menuju lantai tiga. Dimana lantai tiga itu letak kelas XIIA IPA 1, yang lebih tepatnya kelas Dhira.

Bel berbunyi sudah lima menit yang lalu, Dhira berharap guru yang mengajar belum memasuki kelasnya.

Sampai dikelas Dhira bernafas lega, "Sesuai harapan" batin Dhira.

"Lo dari mana, Dhir?" tanya Lisa ketika Dhira sudah duduk.

"Rooftop"

"Aduh gue malu banget, Lis" lanjut Dhira sambil mengusap wajahnya kasar.

"Malu kenapa, Dhir?" tanya Rika

"Jadi..." ucapan Dhira terputus, karena guru yang mengajar masuk, "Selamat siang anak-anak" ucap sang guru

"Siang bu" balas murid serempak

Rika menoleh ke Dhira, "Istirahat lanjut" ucap Rika yang dibalas anggukan Dhira.

Mapel fisika yang diajar oleh guru yang bernama bu Zeze yang masih muda dan cantik diselingi rayuan dari siswa untuk sang guru.

Bu Zeze yang dikenal dengan guru yang asik dibawa bercanda, akan tetapi kalau bu Zeze lagi menjelaskan materi beliau dikenal tegas.

"Anak-anak apakah ada yang tidak dimengerti?" tanya sang guru.

"Ada bu" ujar salah satu siswa yang bernama Langit.

"Yang mana yang tidak dimengerti Langit?"

"Yang itu lo, bu. Yang ibu nggak mengerti perasaan saya ke ibu" ucap Langit tanpa malu.

"Mana mengerti saya perasaan kamu. Coba kamu kasih kode-kode dulu, siapa tahu ibu bisa mengerti sedikit demi sedikit" ucap sang guru dengan nada bercanda.

"Saya aja ngasih kode keras, tetap aja bu si gebetan nggak mengerti perasaan saya" ujar Rika

"Lo mungkin salah orang, Rik. Coba sama gue, lo nggak perlu ngasih kode gue udah ngerti perasaan lo" timpal siswa yang bernama Riko sang ketua kelas XIIA IPA 1.

"Males banget gue sama ketua kelas sok berkuasa dan suka ngatur-ngatur orang"

"Gue suka ngatur itu supaya nanti rumah tangga kita tertata rapi"

"Males banget gue. Jadi pacar lo aja gue ogah, apalagi jadi istri lo"

"Jangan ngomong kayak gitu Rika. Kalau kejadian kamu nikah sama Riko baru tahu kamu. Nama kalian berdua aja hampir sama" ujar bu Zeze

NadhiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang