Part 4 - Dia kan-

712 166 17
                                    

Tamara mempercepat langkahnya menuju ke kelasnya, tanpa melihat apapun yang ada di hadapannya, ia hanya mengfokuskan langkahnya agar cepat sampai.

Brakk..

Seketika tubuhnya terhenti otomatis, ia merasa dejavu. Tamara meringis entah sudah ke berapa kali hari ini, kenapa ia sial sekali? Mungkin sudah lebih 4 kali ia menabrak sesuatu dan ini yang ke 5.

Tamara menatap marah lelaki yang ada dihadapannya. Ia menghela nafasnya pelan, sosok yang ia tabrak adalah mantan Putri yang tak lain adalah Roman, lelaki ini hanya menatapnya sekilas lalu pergi membuatnya mendengus kesal. Sebelum itu ia mendengar umpatan Putri karena kejadian barusan. "Anjir ganteng!" Lagi-lagi ia menggeleng-gelengkan kepalanya, kalimat itu sering terdengar jika ia tidak sengaja melihat berbagai ekspresi Roman.

Sial! Jika dilihat-lihat, lelaki itu parasnya biasa saja namun kenapa Putri 'pernah' mengagumi? Dari segi sikap/sifat tidak ada yang baik bahkan jauh dari kata 'baik' ah sudahlah! Tidak baik menceritakan orang lain.

Ia berjalan ke bangkunya dan langsung menggebraknya kasar. "Emosi gua!"

Tamara duduk di kursinya lalu menghembuskan nafasnya tak terkendali. "Lo tau? Kemaren gue gak sengaja ketemu Rey di mall," ucapnya menggebu-gebu.

Aisha mengangkat alis kanannya. "Terus masalahnya dimana? Kok ente ngegas?" Tanyanya protes.

"Masalahnya, lo tau dia jawab apa pas gue ngomong? Dia bilang 'lo siapa?' Kan anjing woi!"

"Tuh cowok emang gak tau diuntung ya," lanjutnya kesal.

Aisha tertawa terbahak-bahak. "Seharusnya lo ngerti, itu berarti dia gak suka kehadiran lo di hidupnya!" Balasnya tajam.

Seketika keadaan menjadi hening, mereka saling tatap seperti orang bodoh sebelum akhirnya Tamara kembali berbicara. "Nggak apa-apa, gimana kita bisa memiliki kalau nggak berjuang," balasnya acuh tak acuh.

"Percuma juga lo berjuang kalau emang dia gak suka ya tetep aja kayak gitu," jelas Aisha sok tau.

Tamara menoyor pelan kepala Aisha. "Jangan sotoy!"

Aisha yang tidak terima diperlakukan seperti itu langsung membalas dengan melakukan hal yang sama tetapi lebih keras. Tamara mendelik tajam seraya memegang kepalanya. "Najis lo!" Aisha memutar bola matanya. "Iyain aja."

"Btw, gimana sih lo bisa sampai gak dikenal gitu?" Tanya Aisha penasaran.

Tamara menggeleng lesu. "Dia pura-pura kali ya?"

Aisha mengedikkan bahunya tidak tahu. "Mungkin."

"Chat aja," lanjutnya. Tamara menghela nafasnya kasar. "Masalah keduanya, gue BELUM dapet ID line nya," kata Tamara sambil menekankan kata BELUM.

Aisha menepuk pelan dahinya. "Bener dah! Sadar diri sih, kontak dia aja lo kagak punya."

Tamara berdiri dari tempatnya lalu menarik tangan Aisha untuk ikut dengannya. "Eh-eh lo mau kemana?" Ia berusaha melepaskan genggaman Tamara yang sangat kuat, enak saja asal tarik lo pikir gue kambing apa, batin Aisha.

"Ikut aja elah!"

*****

Mata Aisha membulat ketika mengetahui tujuan Tamara mengajaknya adalah ke kelas Rey! Dalam hati ia mengutuk terus, bisa-bisanya Tamara mengajaknya kesini?

"Lo ikut masuk atau disini aja?" Itu kalimat pertama yang Tamara tanyakan setelah hening dari tadi. "Disini aja," jawab Aisha cepat.

Tamara mengangguk lalu masuk ke dalam, semua pasang mata yang berada di dalam kelas tersebut langsung menatapnya dengan berbagai tatapan, ia tidak ambil pusing dan langsung ke meja Rey. "Kok lo kemarin gak kenal gue sih?" Tanyanya to the point.

TAMARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang