Part 8 - Sial lagi

607 146 12
                                    

Sorry gak update dh lama bgt, udah berdebu dsni. Intinya jgn cape nunggu ya👌🏻 tegarnya harus sama kyk Tamara :V btw vote ya, komen jg, kritikan juga dehhh.
1059 kata.
Pendek y? Bodo!

_________________

Tamara tersenyum licik melihat kontak Rey di ponselnya, ia sudah merencanakan semuanya jauh sebelum ia mendapatkan ID line Rey. Semua sudah tersusun dengan rapi, ia bahkan sudah lebih dari kata siap untuk melaksanakan misi barunya.

"Apa sih yang Tamara gak bisa lakuin?" Ucapnya menyombongkan diri. Ia melihat pantulan dirinya di cermin meja riasnya, sesekali ia tersenyum manja merasa bangga dengan apa yang ia miliki.

Ia memutar-mutar ponselnya, raut wajahnya berubah menjadi serius seolah ia sedang memikirkan hal besar. "Chat apa ya?" Tanyanya pada diri sendiri.

Tamara mengetik sesuatu disana namun ia menghapusnya kembali, ia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gak boleh agresif!"
"Gak boleh alay!"
"Gak boleh lebay!"
"Gak boleh ngegas!"
"Gak boleh kekanakan!"

Gumamnya meyakinkan dirinya sendiri. Ia pasti bisa, dan Tamara sangat yakin akan hal itu. Entah apa yang ada dipikiran gadis ini, sangat pede dan kelebihan percaya diri.

🔒 Rey

'Halo pacar gebetan suami gue'

Tamara membulatkan matanya lalu bergidik ngeri, ia kembali menekan tombol delete di ponselnya.

'Siang Reynaldi Tandriawan jodoh sehidup matiku'

Ia tertawa pelan lalu menghapusnya lagi, Tamara menghirup napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan, Tamara kembali mengetikkan sesuatu disana.

"Hai oppa"

"Kok alay sih!" Kesalnya tiba-tiba. "Emang gue suka korea?" sambung Tamara dengan tampang polosnya, siapa saja yang melihatnya pasti ingin meninju wajah itu.

Jari-jemari nya ingin menghapus kalimat sapaan diatas namun ternyata jarinya sedikit mabuk! Tamara meringis, kalimat itu malah ter—send dan tidak mungkin ia urung kirim. Pasti muncul notif chatnya dan terlihat bahwa ia sengaja menghapusnya.

Tamara mengetuk-ngetuk kepalanya sambil merengek-rengek seperti anak tk yang tidak dibelikan es krim. "Duh kok gue jadi malu gini sih?" Dumelnya. "Gue kan gak ada malunya sebenarnya!" Sambung Tamara.

"Bego! Bego! Bego!" Rutuknya kesal. "Kok bisa kekirim sih? Padahal tadi kan gue pencet delete." Ia memutar bola matanya dengan raut wajah seperti ingin menangis, kenapa ia sangat ceroboh? Selalu salah, selalu keliru.

Paling tidak pernah benar, paling tidak pernah beres melakukan sesuatu, pasti ada-ada saja hal yang menggagalkannya dan membuatnya seperti ini misalnya. Mungkin dia yang sial atau seperti apa sih?

"Hua!"

Setelah beberapa kali mondar-mandir di kamarnya, tiba-tiba muncul notif diponselnya, dengan cepat ia langsung mengeceknya. Seketika wajahnya menjadi cerah, ia menggigit bibir bawahnya keras. "Omg!" Pekiknya senang.

"?"

Tamara mengerutkan keningnya melihat balasan Rey, lelaki ini memang berniat membalas atau apa sih? Apa tidak ada kata lain selain tanda tanya? Setidaknya agak panjangan lah balasannya, masa iya seperti itu?

Ia mengedikkan bahunya tidak peduli.

"Lagi ngapain?"

Setelah mengirim itu Tamara bergidik ngeri, ini bukan dia banget! Sangat jauh dari sosok Tamara. Lagi-lagi ia mengangguk-anggukkan kepalanya yakin, ingat Tamara harus bisa!

TAMARA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang